Suren, Kutoarjo, Purworejo
Suren adalah desa di kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Suren terletak kurang lebih 4 kilometer dari pusat kota kecamatan Kutoarjo dan sekitar 16 kilometer dari ibu kota kabupaten Purworejo. Desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Angkutan umum yang melewati desa Suren adalah angkudes Jalur 23 yang melayani rute Kutoarjo - Wareng - Sidomulyo pp, jika anda dari kota Purworejo bisa menggunakan Angkot Jalur A kemudian dilanjut dengan Angkudes Jalur 23 dari terminal Kutoarjo.
Suren | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purworejo | ||||
Kecamatan | Kutoarjo | ||||
Kode pos | 54251 | ||||
Kode Kemendagri | 33.06.09.2004 | ||||
Luas | 242,358 ha | ||||
Jumlah penduduk | 3776 jiwa (2017) | ||||
Kepadatan | 1.558 jiwa /km2 | ||||
|
Sejarah
suntingSejarah desa Suren berawal dari beberapa penggalan kisah ekspansi kolonialisme Belanda pada episode heroik Kerajaan Mataram yang mengakibatkan tercerai-berainya prajurit karena kewalahan dan lari menjauhi tlatah kraton. Konon, ada salah satu prajurit pelarian itu yang menuju arah Barat, menelusuri rute napak tilas perjalanan pasukan Sultan Agung melawan VOC, kemudian singgah di sebuah daerah, yakni Suren. Menurut warga setempat, manusia pertama yang mewariskan silsilah kepemimpinan desa Suren bernama Suro Yudho (Suro berarti berani dan Yudho berarti perang). Dia menetap dan menikahi perempuan setempat dan akhirnya berhasil membangun daerah ini menjadi surga agraris hingga namanya diabadikan menjadi nama desa.
Cerita sejarah lain tentang desa Suren yaitu konon pada zaman dahulu banyak petani dan pedagang yang melakukan perjalanan dari arah selatan untuk menuju ke Kutoarjo (saat masih menjadi Kadipaten Semawung). Perjalanan yang ditempuh cukup jauh maka para petani dan pedagang ini singgah untuk beristirahat, karena seringnya perjalanan yang dilakukan lama kelamaan tempat persinggahan tersebut menjadi populer. Para petani dan pedagang tersebut ahirnya menamai tempat peringgahan tesebut dengan nama Suren. Kata Suren berasal dari kata ngaso dan leren (bahasa Jawa) yang berarti "istirahat" dan "berhenti".
Geografi Wilayah dan Demografi
suntingDesa Suren membentang di dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 15 mdpl. Luas wilayah didominasi oleh lahan persawahan basah dan pekarangan.
Batas desa Suren:
Utara | Kelurahan Bayem dan Semawung Kembaran |
Barat | Desa Kepuh dan Majir |
Selatan | Desa Kebondalem, Karangwuluh dan Purwosari |
Timur | Desa Kuwurejo, Pringgowijayan dan Kiyangkongrejo |
Desa Suren dilalui oleh Saluran Induk Wadaslintang Timur yang mengalirkan air untuk irigasi dari Waduk Wadaslintang di Wonosobo.
Desa ini terbagi menjadi beberapa Dusun yaitu:
- Gayam
- Krajan
- Pandean
- Karangkulon
- Poncolan
- Kendal
Yang terbagi dalam 6 Rukun Warga dan 25 Rukun Tetangga
Mayoritas warga Desa Suren bekerja sebagai petani. Pekerjaan lain yang cukup banyak dilakoni warga Desa Suren adalah sebagai pandai besi. Pemuda-pemudi desa ini banyak yang bekerja meratau ke Jakarta, Bekasi, Tangerang dan kota besar lain selepas menyelesaikan pendidikan SMA/SMK. Terdapat 3 sekolah dasar (SD) di desa ini yaitu SD Negeri Pandean, SD Negeri Suren dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Imam Puro.
Budaya dan Kearifan Lokal
suntingSabanan
suntingMerupakan tradisi pasar malam yang diadakan setiap pertengahan bulan Sya'ban. Pedagang makanan dari berbagai desa di sekitar desa suren termasuk dari Kutoarjo, berbondong-bondong menuju desa Suren pada sore hari sebelum malam nifsu sya'ban. Pasar malam berlangsung selama 3-4 malam berturut-turut. Pedagang menjajakan berbagai jenis makanan, baik makanan berat maupun makanan ringan seperti mie ayam, bakso, cilok, siomay, lotek, dan sebagainya. Selain makanan banyak juga pedagang yang menjajakan barang dan mainan anak. Konon kabarnya Sabanan ada sejak Zaman Belanda. Belanda sengaja membuat rame rame di tengah desa suren agar warga tidak khusyuk berdo'a karena do'a di bulan syaban diijabah.