Situs Pataan (juga disebut Patakan, dari nama yang disebut dalam prasasti yang dikaitkan dengannya) merupakan satu kompleks kecil kepurbakalaan yang secara administratif terletak di Dusun Montor, Desa Pataan, Sambeng, Kabupaten Lamongan. Kompleks ini pada saat dilaporkan berupa reruntuhan bangunan dan berada di dalam lahan milik Perhutani KPH Mojokerto, meskipun berbatasan dengan lahan milik penduduk. Bangunan-bangunan yang ditemukan di sini mencakup candi, struktur yang diduga stupa, reruntuhan gapura, dan pagar keliling.

Masyarakat sekitar sebelumnya sudah mengetahui suatu gundukan besar tanah yang ditumbuhi pepohonan yang disebut-sebut sebagai Goa. Baru pada tahun 2011, Supriyo dalam penelusuranya berhasil menemukan candi yang ternyata bertempat di gundukan yang disebut goa itu. Selanjutnya BPCB Jawa Timur pada tahun 2013 setelah menerima laporan melakukan tindak lanjut pengecekan instansi yang berwenang.

Tidak ditemukan angka tahun pada kondisi saat ditemukan maupun penelitian. Bangunan ini diperkirakan berkaitan dengan apa yang disebut dalam prasasti Patakan (tersimpan di Museum Nasional Indonesia), yang berisi pemberian status sima (bebas pajak bumi) terhadap desa Patakan karena mereka bertugas memelihara bangunan suci Sanghyang Patahunan. Jika benar demikian, maka bangunan ini dibangun pada masa Airlangga dari Kerajaan Medang Kahuripan dan tampaknya terus terpelihara sampai masa Majapahit. Selain itu, dalam prasasti Terep (1032 M) diceritakan, Airlangga pernah dikalahkan dalam peperangan oleh pasukan dari selatan (Lodoyong, sekarang di Tulungagung) yang dipimpin raja perempuan, sehingga ia dan sejumlah bala tentaranya harus meninggalkan keraton di Wwatan Mas dan berlindung di Patakan, karena ada jaminan keamanan dan perlindungan dari masyarakat di sana.[1] Temuan pendukung dugaan pembangunan dari masa Airlangga adalah temuan pecahan tembikar dari dinasti Song, yang sezaman dengan masa tersebut.[2]

Pihak BPCB Jawa Timur telah melakukan empat kali ekskavasi penelitian terhadap situs ini: pada tahun 2013, 2018, 2019, dan 2020.[1][3]

Seusai kegiatan penelitian pada tahun 2019, bangunan ini diperkirakan berciri Buddhisme, namun sampai penelitian tahun 2020 tidak ditemukan bukti kuat yang mengarah kepada ciri keagamaan tersebut. Bangunan-bangunan di situs ini disusun dari batu blok yang dibuat dari batu putih (gamping). Ini menjadikannya sebagai situs unik, karena kebanyakan candi di Jawa dibangun dari batu andesit atau batu bata. Selain bangunan di situs ini, bangunan kepurbakalaan yang dibuat dari batu putih contohnya adalah kompleks makam Sunan Drajat dan situs Bulujowo (Tuban).

Rujukan sunting

  1. ^ a b Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (26 Juli 2019). "Ekskavasi Penyelamatan Situs Pataan, Lamongan". Indonesia Platform Kebudayaan. Diakses tanggal 19 September 2020. 
  2. ^ Eviana (2016). "ARTI HISTORIS PRASASTI PATAKAN DALAM JEJAK AIRLANGGA DI LAMONGAN". Avatara. 4 (2): 297–311. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-19. Diakses tanggal 2020-10-10. 
  3. ^ Sudjarwo, Eko (19 September 2020). "Ekskavasi Situs Candi Patakan Lamongan Kembali Dilanjutkan". detikNews. Diakses tanggal 19 September 2020.