Serangga sisik atau serangga teritip, (bahasa Inggris: scale insect) ialah serangga berukuran kecil dalam ordo Hemiptera, biasanya digolongkan sebagai superfamilia Coccoidea.[3] Terdapat kira-kira 8,000 spesies serangga sisik.

Kadang-kadang serangga sisik dijumpai hidup secara simbiosis dengan semut.[4]

Familia sunting

Famili utama serangga sisik antara lain:

Sejumlah familia hanya dikenali dari fosil, termasuk Arnoldidae, Electrococcidae, Grimaldiellidae, Grohnidae, Hammanococcidae, Inkaidae, Jersicoccidae, Kukaspididae, Labiococcidae, Lebanococcidae, Lithuanicoccidae, Pennygullaniidae, Serafinidae dan Weitschatidae.

Kocineal sunting

Pewarna kirmizi (merah tua keungu-unguan) yang terdapat dalam beberapa produk perona pipi dan pemulas bibir, berasal dari Kocineal (Dactylopius coccus), semacam kutu sisik pemakan kaktus tak berduri. Majalah internasional, Sedarlah, mengungkapkan, kocineal betina dewasa panjangnya sekitar 3 milimeter, atau kira-kira seukuran pentol korek api. Kocineal jantan ukurannya hanya kira-kira setengahnya betina. Sebuah karya referensi mengatakan, ’’Hewan ini merupakan salah satu serangga yang paling merusak.’’ Akan tetapi sejumlah petani justru mengembangbiakkan serangga ini, karena mereka ingin memperoleh carmine, bahan pewarna merah indah yang diambil dari tubuh Kocineal betina, setelah binatang itu dikeringkan dan diremukkan terlebih dahulu. Sejak zaman Mikstek purba, yang hidup di negara bagian Oaxaca, Meksiko, kocineal telah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna. Para penakluk asal Spanyol terpesona oleh warna kirmizi kocineal ini, dan tak lama kemudian banyak orang Eropa memuaskan selera mereka dengan warna-warna cerah dari pewarna alami ini. Dulu Inggris menggunakan kocineal untuk warna tradisional merah marak seragam militer. Pemanfaatan kocineal begitu meluas sehingga sejak kira-kira tahun 1650 sampai 1860, hanya emas dan perak yang mengunggulinya sebagai komoditas ekspor Meksiko yang paling bernilai. Pada pertengahan abad ke-19, bahan pewarna sintetis mulai menggantikan pewarna alami, karena pewarna sintetis kimia jauh lebih mudah diproduksi, lebih murah, dan lebih unggul kualitas pewarnaannya. Maka, dalam waktu singkat, warna-warna sintetis mengambil alih pewarna alami sebagai pewarna aditif dalam makanan, obat-obatan dan kosmetik. Namun, penelitian-penelitian pada tahun 1970-an memperlihatkan bahwa pewarna sintetis tertentu dapat menyebabkan kanker. Sejak itu, pewarna alami mulai popular kembali. Peru misalnya, sekarang memproduksi sekitar 85 persen pasokan Kocineal dunia. Kepulauan Canary juga terkenal karena hasil panen Kocineal, sebagaimana Spanyol Selatan, Aljazair, dan Negara-negara Amerika Tengah dan Selatan Tetapi, permintaan terhadap carmine dewasa ini melebihi pasokan, sehingga pemerintah Meksiko terus berupaya untuk meningkatkan produksinya. [5]

Produksi Carmine sunting

Serangga kocineal menghabiskan seluruh hidupnya di atas bantalan kaktus tak berduri. Hewan ini melindungi dirinya dari para predator dengan mengeluarkan senyawa semacam lilin berbentuk bubuk. Bahan yang halus ini menyelimuti serangga itu dan berfungsi sebagai rumahnya. Dan, hal itu juga membuat si serangga mudah dikenali pada musim panen. Hanya kocineal betina yang mengandung pigmen merah, "asam carmine". Kocineal yang hamil mengandung konsentrasi asam carmine tertinggi. Jadi untuk memperoleh pewarna berkualitas terbaik, para pekerja memberi perhatian khusus kepada kocineal yang hamil persis sebelum mereka bertelur. Di Pegunungan Andes, Peru, panen dilakukan sebanyak tiga kali dalam waktu tujuh bulan. Kocineal diambil dari tanaman kaktus dengan menggunakan kuas yang kaku atau dikeruk dengan pisau tumpul. Setelah dikeringkan, dibersihkan dan dilumatkan, tubuh-tubuh serangga yang berbubuk ini diproses dalam amonia atau larutan natrium karbonat. Bagian yang padat dari serangga ini kemudian disaring, sehingga tinggal cairan yang murni. Kapur dapat juga ditambahkan untuk menghasilkan gradasi warna ungu.[5]

Pranala luar sunting

Di situs University of Florida / Institute of Food and Agricultural Sciences Featured Creatures:

Referensi sunting

  1. ^ Johnson, M.S. (2001). "Acropyga and Azteca Ants (Hymenoptera: Formicidae) with Scale Insects (Sternorrhyncha: Coccoidea): 20 Million Years of Intimate Symbiosis". American Museum Novitates. 3335: 1–18. doi:10.1206/0003-0082(2001)335<0001:AAAAHF>2.0.CO;2. 
  2. ^ "Coccoidea Handlirsch, 1903". Integrated Taxonomic Information System. 
  3. ^ Parker, Sybil, P (1984). McGraw-Hill Dictionary of Biology. McGraw-Hill Company. 
  4. ^ Scale insects living symbiotically with ants Diarsipkan 2011-09-27 di Wayback Machine. Protea Atlas
  5. ^ a b "Kocineal: Serangga Pemerah Bibir". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-25. Diakses tanggal 2013-07-03.