Pelacuran

transaksi meliputi menawarkan hubungan seks dengan uang
(Dialihkan dari Sejarah pelacuran)

Pelacuran atau prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan.[1] Pelacuran merupakan cabang dari industri seks yang sejajar dengan pornografi, tari telanjang, bahkan segala mata pencaharian yang berkenaan dengan eksploitasi aktivitas seksual dan pertunjukan yang berkenaan dengan seksualitas untuk menghibur orang lain demi mendapatkan materi yang dibutuhkan dalam kehidupan.

Pelacuran
Pekerjaan
NamaPelacur
Pekerja seks komersial
Wanita tunasusila
Lonte
Sundal
Pramuria
Kupu-kupu malam
Jenis pekerjaan
Profesi
Sektor kegiatan
Hiburan
Penggambaran
KompetensiLibido
Kecantikan
Seksologi
Bidang pekerjaan
Bordil
Bar
Diskotek
Pekerjaan terkait
Pemeran pornografi

Pandangan terhadap pelacuran

 
  Prostitusi dilegalkan dan diatur
  Prostitusi (transaksi seks untuk uang) dilegalkan, tetapi pelacuran adalah ilegal, prostitusi tidak diatur
  Prostitusi ilegal
  Tidak ada data

Dalam kehidupan manusia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat yang nista dan hina.

Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu kejahatan yang dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual demi mencegah tindak pemerkosaan. Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah seorang filsuf dan teolog bernama Augustinus dari Hippo. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya.

Pandangan yang negatif terhadap pelacur sering kali didasarkan pada standar ganda, karena umumnya para pelanggannya tidak dikenai stigma demikian. Ini jelas saja pelacur adalah golongan kelas bawah yang ingin mengubah kasta melalui jalan pintas yang ringkas.

Pelacuran dalam sastra

 
Karya sastra yang menggambarkan tentang pelacuran.

Penyair W.S. Rendra pernah menulis dua buah puisi tentang pelacur yang lebih netral dalam "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta!" Bahkan lebih dari itu, dalam puisinya "Nyanyian Angsa", Rendra melukiskan Maria Zaitun, seorang pelacur yang justru menjadi kekasih Tuhan, yang dikontraskannya dengan kaum agamawan yang menjauhkan diri daripadanya.

Istilah lain untuk pelacur

Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, (wanita) tunasusila, pramuria, gigolo, atau istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial.

Lihat pula

Referensi

Pranala luar