Samrah

salah satu tarian di Indonesia

Samrah adalah salah satu kesenian khas betawi yang terdiri dari tonil, orkes, dan tari samrah. Secara etimologi, Samrah berasal dari Bahasa arab samarokh yang berarti suatu perkumpulan santai atau pesta. Kata samarokh oleh orang Betawi dikatakan samrah atau sambrah.[1] Musik Samrah tersebar hanya di daerah budaya Betawi Jakarta Pusat, antara lain di Kemayoran, Sawah Besar, Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, dan Petojo.[2] Samrah membawakan nyanyian berupa pantun dengan tema lagunya tentang cinta dan keagamaan. Lagu-lagu pokoknya adalah lagu Melayu seperti, Cik Minah Sayang Sirih Kuning Masmura, Burung Putih, dan Pulau Angsa Dua. Selain itu, terkadang membawakan lagu khas Betawi, antara lain Lenggang Kangkung, Kicir-kicir, dan Jali-jali. Berdasarkan iramanya, lagu dalam Samrah dapat dapat dikategorikan ke dalam lagu berirama lembut dan berirama cepat.[3]

Perkembangan sunting

Musik Samrah berkembang di daerah Betawi pada tahun 1918 dan berasal dari kreativitas teater Riau Dulmuluk, yang dahulu dikenal sebagai teater bangsawan. Atas dasar itu, sebagian besar pendukung musik ini berasal dari masyarakat golongan menengah.[2] Teater Riau Dumuluk termasuk ke dalam kelompok tonil. Tonil adalah kesenian yang lengkap karena terdiri dari tari, musik, pantun, lawak, dan lakon. Seluruh pemain tonil ini adalah laki-laki, karena secara Islami tidak boleh jika ada perempuan yang bergabung dengan laki-laki dalam satu panggung. Pada tahun 1940-an terutama masa pendudukan Jepang, tonil sambrah sempat menghilang. Baru pada tahun 1950-an muncul kembali dengan nama Orkes Harmonium. Setelah kemerdekaan, Tonil sambrah ditata lebih rapi kembali dari segi sistem penampilan. Dikemas seperti halnya persiapan pementasan teater. Pemain perempuan sudah diperbolehkan ikut meramaikan pementasan.[4]

Dalam pertunjukan samrah, terdapat 10 orang yang memainkan beberapa alat musik suling, arkordeon, biola, gendang, tamborin, serta bas betot. Namun seiring berjalannya waktu dan modernisasi, alat musik kibor juga mulai dipadukan. Ditambah penyanyi dan penari yang memakai kostum khas Betawi.[5] Akan tetapi karena perkembangan kesenian ini menurun dari tahun ke tahun maka sering bergabung dengan orkes-orkes lain, seperti Orkes Keroncong dan Orkes Melayu.[2]

Alat musik sunting

Samrah merupakan bentuk kesenian tradisional perkembangan dari Orkes Harmonium. Pada zaman pendudukan Belanda, Harmonium lebih dikenal daripada Biola. Pada saat itu, harmonium terkenal sampai ke Timur Tengah, seperti Pakistan, Bangladesh, India, serta musik Melayu di Sumatera, Kalimantan, Malaysia dan daerah lainnya. Intsrumen Harmonium sendiri terdiri dari Harmonium, Gitar, Biola, Ketipung, dan Rebana yang sebagai pengatur irama musik. Akan tetapi pada dasarnya masyarakat memakai tepukan tangan sebagai musik pengiring pada tarian Samrah. Akibat pengaruh dari para pendatang harmonium berkembang menjadi Samrah. Hal ini berkaitan dengan penyebaran Agama Islam di Indonesia. Melalui kunjungan ke beberapa tempat, para tamu disuguhi hiburan yang berupa musik, tarian dan nyanyian. Tarian dilakukan dengan menggunakan busana Muslim (Gamis).[6]

Kostum sunting

Kostum pemain samrah ada 2 jenis, yaitu:

  1. jas, peci,kain pelekat atau baju sadariah dan celana batik.
  2. Model lama pemain samrah mengenakan jung serong (ujungnya serong) yang terdiri dari iket atau tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup dengan satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan di bawah jas dilipat melintang ujungnya menyembul ke arah bawah.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b Tourism, jakarta (2018-01-22). "ORKES SAMRAH". jakarta-tourism.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-23. 
  2. ^ a b c "Samrah, Musik | Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta". jakarta.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-01. Diakses tanggal 2020-09-23. 
  3. ^ mohammadwildan (2016-11-18). "Samrah Betawi, Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2016". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-09-23. 
  4. ^ "Samrah – Lembaga Kebudayaan Betawi" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-11. Diakses tanggal 2020-09-23. 
  5. ^ Liputan6.com (2009-10-24). "Betawi juga Punya Samrah". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-09-23. 
  6. ^ "Samrah-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". www.disparbud.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-03. Diakses tanggal 2020-09-23.