Sampoerna Agro

perusahaan asal Amerika Serikat

PT Sampoerna Agro Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: SGRO) yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pemrosesan produk-produk dari kelapa sawit (utama), ditambah sagu dan karet.[3]

PT Sampoerna Agro Tbk
Sebelumnya
PT Selapan Jaya (1993 - 2007)
Publik
Kode emitenIDX: SGRO
IndustriPerkebunan, Agribisnis
Didirikan7 Juni 1993
Kantor
pusat
Jl. Basuki Rahmat No. 788, Palembang, Sumatera Selatan[1]
Tokoh
kunci
Budi Setiawan Halim (Direktur Utama)
Ekadharmajanto Kasih (Komisaris Utama)[2]
ProdukKelapa sawit, karet, sagu
Karyawan
8.586 (2021)[1]
IndukSampoerna Agri Resources Pte. Ltd. (Sampoerna Strategic Group)
Situs websampoernaagro.com

Sejarah sunting

Perusahaan ini awalnya didirikan dengan nama PT Selapan Jaya di tanggal 7 Juni 1993, dengan bisnis awal mengelola kebun sawit di Sumatera Selatan.[1] Selapan Jaya dimiliki saat itu oleh Chan Salikin,[4] meskipun sejak 2001 ia tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan secara langsung dan menyerahkannya kepada profesional yang dipimpin Allan Goh (Goh Cheng Beng).[5][6] Di tahun 2004, Selapan yang tercatat meraih keuntungan Rp 107 miliar ini, tercatat sebagai produsen benih sawit terbesar kedua di Indonesia.[7] Lahan yang dikelolanya mencapai 64.253 ha dan didukung 4 fasilitas pengolahan sawit.[8] Salah satu fasilitas pengolahan sawit ini diresmikan pada tahun 2004 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.[1]

Selapan Jaya juga memiliki sejumlah anak usaha, yaitu PT Aek Tarum (mulai beroperasi pada 1976),[1] PT Telaga Hikmah dan PT Mutiara Bunda Jaya, serta memiliki pabrik pengolahan berkapasitas produksi 300-320 ton/jam.[6] Selapan juga berkeinginan untuk terus berekspansi dengan membangun pusat riset bibit,[6] melanjutkan kerjasama dengan petani dan koperasi sawit, meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawitnya menjadi 360 ton/jam,[6][7] dan hendak berbisnis sawit di Kalimantan Timur.[9] Untuk memuluskannya, Selapan mulai melirik beberapa investor strategis[7] dan hendak melepas sahamnya (go public) sebanyak 30% di bursa saham pada tahun 2005.[10]

Pada 26 Januari 2007, bekas raja rokok Putera Sampoerna mengakuisisi bisnis PT Selapan Jaya menggunakan dana penjualan perusahaan kreteknya, HM Sampoerna. Putera sendiri kabarnya sempat mencoba mengakuisisi PT Astra Agro Lestari Tbk, namun gagal.[11] Sebenarnya, Putera sudah menunjukkan minatnya untuk terjun ke bisnis agroindustri beberapa saat pasca-pelepasan HM Sampoerna, dengan saat itu berniat mengembangkan industri kelapa sawit di Kalimantan Timur dan membangun 4 pabrik gula di Merauke.[12] Putera kemudian mengawali bisnisnya di bidang tersebut dengan membeli PT Sungai Rangit di tahun 2006 yang beroperasi di Kalimantan Tengah,[13] yang pada 2004 tercatat berkapasitas produksi lebih dari 9.000 ton kelapa sawit dan telah beroperasi sejak 2002.[14] PT Sungai Rangit kemudian juga dikonsolidasikan sebagai anak usaha PT Selapan Jaya. Nama PT Selapan Jaya kemudian diganti menjadi PT Sampoerna Agro di tanggal 16 Februari 2007.[15] Beberapa bulan kemudian, tepatnya di tanggal 18 Juni 2007, Putera membawa perusahaan barunya tersebut melantai di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia) dengan melepas 24,4% sahamnya dengan harga penawaran Rp 2.340/lembar.[16][17]

Perusahaan ini mencatatkan pendapatan Rp 1,6 triliun di tahun tersebut, dan memiliki lahan sawit 35.000 ha ditambah pabrik pengolahan berkapasitas 350 ton/jam.[18] Di tahun 2009, lahannya bertambah menjadi 74.000 ha, termasuk 57.400 ha lahan yang sudah berproduksi, ditambah pabrik berkapasitas 395 ton yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Selain itu, ada juga lahan yang masih belum dikembangkan seluas 109.363 ha.[19] Melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh PT Selapan Jaya sebelumnya, Sampoerna Agro juga tetap memfokuskan usahanya dalam produksi benih-benih sawit terbaik.[20] Salah satu varietas unggulan benih sawit yang dijualnya adalah DxP Sriwijaya 6 yang dikelola anak usaha, PT Binasawit Makmur dan diluncurkan di tahun 2007.[1] Meskipun masih belum termasuk perusahaan sawit raksasa,[21] namun dengan kenaikan harga sawit di tahun 2000-an, Sampoerna Agro bisa dikatakan menjadi "mesin uang" baru keluarga Putera Sampoerna.[13]

Ekspansi terus dilakukan di tahun-tahun selanjutnya. Di tahun 2010, Sampoerna Agro Tbk melakukan diversifikasi usaha ke tanaman sagu melalui akuisisi PT National Sago Prima, yang memiliki kebun sagu sekitar 21.000 ha di Riau, dilanjutkan dua tahun sebelumnya dengan akuisisi PT Hutan Ketapang Industri yang memiliki kebun karet seluas 100.000 ha di Kalimantan Barat. Sampoerna Agro juga memperkenalkan bibit-bibit sawit baru dan membangun pembangkit listrik demi menunjang usahanya.[1] Kini, kebun sawit Sampoerna Agro Tbk diperkirakan telah mencapai 100.000 ha yang berlokasi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.[22]

Kantor pusat Sampoerna Agro kini berada di Jl. Basuki Rahmat No. 788, Palembang, Sumatera Selatan dengan kantor perwakilan utama di Jakarta, tepatnya di gedung Sampoerna Strategic Square. Hingga tahun 2021, Sampoerna Agro telah memiliki 8 pabrik kelapa sawit untuk mengolah tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi CPO dan palm kernel. Kapasitas produksi gabungannya mencapai 515 ton TBS per jam. Total lahan tertanam dari seluruh perkebunan inti dan plasma perseroan di Sumatra mencapai sekitar 83.000 ha, sedangkan di Kalimantan luasnya mencapai sekitar 51.000 ha. Sampoerna Agro juga memperdagangkan benih sawit, dengan merek DxP Sriwijaya dalam 12 varietas ragam; lahan karet 21.572 ha di Kalbar, dan lahan sagu tertanam seluas 12.872 ha yang menghasilkan 2.249 ton sagu. Kepemilikan saham Sampoerna Agro Tbk tercatat dikuasai Putera Sampoerna lewat Sampoerna Agri Resources Pte. Ltd. sebesar 67,05%, sisanya publik.[1]

Anak usaha (langsung) sunting

  • PT Usaha Agro Indonesia
  • PT Sungai Menang
  • PT National Sago Prima
  • PT Gunung Tua Abadi
  • PT Telaga Hikmah
  • PT Sawit Selatan
  • PT Aek Tarum
  • Sampoerna Palma Pte. Ltd.
  • PT Mutiara Bunda Jaya
  • PT Binasawit Makmur
  • PT Sungai Rangit
  • PT Tania Binatama
  • PT Hutan Ketapang Industri
  • PT Selatanjaya Permai[1]

Rujukan sunting

Pranala luar sunting