Regosol merupakan tanah mineral yang berkembang sangat lemah dengan bahan yang tidak terkonsolidasi. Regosol tersebar luas di tanah yang mengalami erosi, khususnya di daerah kering, semi-kering dan di daerah pegunungan. Secara umum, regosol berkorelasi dengan taksa tanah yang ditandai dengan pembentukan tanah baru seperti entisol dalam taksonomi tanah USDA atau Rudosols dan mungkin beberapa tenosol dalam Australian Soil Classification.[1][1]

Regosol adalah kelompok tanah sisa dalam taksonomi yang mengandung semua tanah yang tidak dapat ditampung dalam kelompok lain. Sebagai pengecualian dari jenis tanah regosol yaitu tanah yang kurang berkembang misalnya, leptosol (tanah sangat dangkal), arenosol (tanah berpasir) atau fluvisol (baru-baru ini aluvial deposito). Tanah ini memiliki AC-profil. Perkembangan profil minimal akibat tanah yang masih muda dan/atau lambatnya pembentukan tanah.

Sifat dan Ciri Tanah Regosol sunting

Tanah regosol pada umumnya berasal dari alluvial. Tanah ini memiliki tekstur pasir halus sampai menengah. Strukturnya lepas dan tidak terkonsolidasi. Lapisannya terbentuk kurang signifikan karena pembentukan tanah ini terjadi di iklim ekstrem. Hal itu menyebabkan kemampuan menahan air dan unsur hara tanah ini sangat rendah. Oksidasi bahan organik terjadi begitu cepat sehingga tanah lebih cepat kering.[2][3] Tanah ini memiliki warna kelabu sampai kuning,[4] merah, coklat dan coklat kekuningan, coklat kemerahan. Warna tanah tersebut sangat bergantung pada kandungan material di dalam tanahnya.[5]

Pembentukan dan Kandungan Tanah Regosol sunting

Pembentukan tanah regosol terjadi di iklim yang sangat dingin ataupun sangat kering dan panas.[2] Tanah ini terbentuk karena penimbunan bahan induk yang terangkut dari tempat lain kemudian tertimbun,dan diendapkan di tempat tersebut. Tanah regosol termasuk ke dalam jenis tanah muda yang masih berkembang.[6] Bahan alluvial seperti abu vulkanik, endapan kuarsa laut yang banyak tersebar di sekitar sungai, dan sedimen sungai merupakan beberapa bahan utama pembentuk tanah jenis ini.[3]

Jenis tanah regosol yang berada di iklim kering menunjukkan adanya penumpukan gipsum atau kalsium karbonat. Pada iklim dingin, tanah jenis ini memiliki permafrost.[2] Putinella melakukan penelitian terhadap tanah regosol di kawasan Rumah Tiga Ambon. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tanah regosol di daerah itu memiliki kandungan fraksi pasir sebanyak 82,62%, kadungan fraksi debu sebanyak 13,16%, serta fraksi liat 4,22%. Dengan sifat fisika yang telah diketahui itu, tanah regosol tersebut termasuk ke dalam kelas tekstur pasir berlempung. Selain itu, penelitian mengenai sifat kimia tanah regosol dilakukan oleh Sonbai (2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanah regosol memiliki sifat kimia yang rendah dengan rincian sebagai berikut: kadar organik pada tanah ini 0,94%, nitrogen sebanyak 70,95 ppm, pH tanah 6,24, dan KPK tanah 6,04 me/100 g.[7]

Pengelolaan Tanah Regosol sunting

Tekstur tanah regosol yang kasar dengan kandungan pasir yang tinggi membuat tanah ini didominasi oleh pori makro sehingga porositasnya tinggi. Sayangnya, kondisi tersebut membuat tanah ini memiliki tingkat kesuburan yang rendah.[6] Tanah ini peka terhadap pencucian unsur hara. Kemampuan tanah ini untuk menyerap dan menyimpan air pun sangat rendah.[7]

Kepekaan yang tinggi terhadap pencucian unsur hara membuat tanah ini memiliki kandungan organik yang sedikit. Bahan organik yang ada pada tanah ini hanya berkisar 3 sampai 5%. Padahal, keberadaan unsur organik berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Guna menyiasati kondisi tersebut, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonbai (2013) pemberian pupuk organik kandang sebanyak 10 ton mampu memberikan peningkatan ketersediaan nitrogen, produktivitas tanaman, serta pendistribusian pori pada tanah regosol. Pemberian bahan organik ini, menurut penelitian Helmi (2010) dapat memperbaiki sifat fisika tanah regosol berupa perubahan porositas tanah, berat volume tanah, agregasi dan stabilitas tanah. Bahkan produktivitas tanah bisa meningkat sampai 32,84%.[7]

Persebaran Tanah Regosol sunting

Sekitar 2% wilayah daratan di bumi merupakan tanah regosol. Tanah ini tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pulau Greendland, dan Tengah, China Utara, Timur Tengah, serta barat laut Australia.[2] Regosol mencakup sekitar 260 juta hektare di seluruh dunia, terutama di daerah kering di bagian barat tengah Amerika Serikat, Australia, dan Afrika Utara. Sekitar 50 juta hektare regosol terdapat di daerah tropis basah/ kering, terutama di Australia Utara, dan 36 juta hektare lainnya di daerah pegunungan.[8] Di Indonesia, tanah regosol ini tersebar di Nusa Tenggara, Jawa, dan Sumatera.[4]

Jenis Tanaman sunting

Tanah regosol ini cocok ditanami buah-buahan, palawija, dan tembakau.[4] Salah satu tanaman palawija yang dapat ditanaman di atas tanah regosol yakni jagung pulut. Jagung pulut merupakan varietas jagung lokal. Jagung jenis ini sangat rentan dihinggapi penyakit bulai jika ditanam di lahan yang lembap. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2020) kondisi tanah regosol bukit-pasir yang cenderung kering akan menguntungkan pertumbuhan jagung ini karena terjauh dari hama bulai, dengan catatan, perlu upaya perbaikan terhadap kondisi tanah tersebut juga.[9]

Daftar Referensi sunting

  1. ^ a b Jacquier, David; CSIRO Land and Water. "Interactive Key to the Australian Soil Classification". www.clw.csiro.au (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-04-24. 
  2. ^ a b c d "Mengenal Jenis Jenis Tanah di Indonesia: Latosol, Regosol, dan Andosol". Geologinesia. Diakses tanggal 2021-04-24. 
  3. ^ a b Fahmi, Arifin; Syamsudin; Sri Nuryani H Utami, Bostan Rajdagukguk (2019). "Peran Pemupukan Posfor dalam Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Regosol dan Latosol" (PDF). Berita Biologi Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. 9 (6): 745. 
  4. ^ a b c Fahrudin, Nanang, ed. (2019-01-08). "10 Jenis-Jenis Tanah di Indonesia dan Persebarannya". Liputan6.com. Diakses tanggal 2021-04-24. 
  5. ^ "Regosol, Tanah yang Cocok Untuk Tembakau Virginia Tumbuh Subur". Komunitas Kretek (dalam bahasa Inggris). 2020-07-02. Diakses tanggal 2021-04-24. 
  6. ^ a b Putinlla, June A (2011). "PERBAIKAN SIFAT FISIK TANAH REGOSOL DAN PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brasicca juncea, L.) AKIBAT PEMBERIAN BOKASHI ELA SAGU DAN PUPUK UREA". Jurnal Budidaya Pertanian. 7 (1): 35. 
  7. ^ a b c Nikiyuluw, Venus; Rudy Soplanit; Adelina Siregar (2018). "Efisiensi Pemberian Air dan Kompos Terhadap Mineralisasi NPK Pada Tanah Regosol" (PDF). Jurnal Budidaya Pertanian. 14 (2): 105–112. doi:10.30598/jbdp.2018.14.2.105. 
  8. ^ IUSS Working Group WRB (2022). World reference base for soil resources, 4th edition. International soil classification system for naming soils and creating legends for soil maps. Vienna: IUSS. ISBN 979-8-9862451-1-9. 
  9. ^ Mulyono, ; Azwin Intan Yufantasi (2020). "Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Pulut Sulawesi". Plantropica: Journal of Agricultural Science. 5 (2): 107.  line feed character di |title= pada posisi 77 (bantuan)

Bacaan lebih lanjut sunting

  • IUSS Working Group WRB: World Reference Base for Soil Resources, fourth edition. International Union of Soil Sciences, Vienna 2022, ISBN 979-8-9862451-1-9. ([1]).
  • W. Zech, P. Schad, G. Hintermaier-Erhard: Soils of the World. Springer, Berlin 2022, Chapter 11.3.2. ISBN 978-3-540-30460-9