Raja Lumu
Raja Lumu (Sultan Sallehuddin Shah ibni Almarhum Yamtuan Muda Riau ll Opu Daeng Chelak); 1705–1778) adalah Sultan Selangor yang pertama. Ia merupakan putra dari pangeran pejuang asal Tana Luwu yang terkenal Opu Daeng Chelak. Ia mengambil gelar Sultan Sallehuddin dari Selangor pada tahun 1742.
Sultan Sallehuddin Shah | |||||
---|---|---|---|---|---|
Sultan Selangor | |||||
Berkuasa | 1742 - 1778 | ||||
Penobatan | 1756 | ||||
Raja Muda | Ibrahim Shah | ||||
Kelahiran | 1705 | ||||
Kematian | 1778 | ||||
Keturunan | Raja Ibrahim Shah Raja Muda Nala Raja Punuh Raja Sharifah | ||||
| |||||
Ayah | Almarhum Daeng Chelak | ||||
Ibu | — |
beliau adalah keturunan Limola Luwu dan bugis wajo, beliau keturunan Kedatuan Luwu dari suku Limola Luwu sedangkan keturunan bugis nya beliau Dari kerajaan wajo, Luwu dan bugis tdk lah sama, kerajaan Luwu yang terkenal di sebut kedatuan Luwu bukan lah kerajaan bugis melain kan kerajaan nya bija To Luwu, atau orang Luwu sendiri,kedatuan Luwu iyalah kerajaan Multi etnis yang menopang 12 suku
Orang dari tana Luwu sudah mulai menetap di pantai Barat Semenanjung Malaya pada akhir abad ke 17.
Setelah Raja Lumu, dua orang Kepala suku Bugis lainnya menetap di daerah Selangor: Raja Tua di Klang dan Daeng Kemboja di Linggi, selatan Lukut. Raja Lumu awalnya menghadapi oposisi dari Sultan Perak dan Johor, juga dari Belanda, tetapi akhirnya berhasil mengkonsolidasikan posisinya sebagai pendaulat. Pada 1770, legitimasinya diperkuat dengan menikah dengan keponakan Sultan Perak.
Yang terakhir, Sultan Muhammad "yang diinvestasikan Salehuddin dengan lambang kerajaan Melayu dan juga menghadiri upacara penobatan berikutnya di Selangor". Untuk aliansi ini, ia segera menambahkan lagi, dengan menikahkan putrinya sendiri untuk Sultan Kedah, yang berada di paling utara di Barat Kesultanan Melayu.
Sumber
sunting- John Michael Gullick, A History of Selangor: 1742-1957 (Singapore, Eastern University Press, 1970)
Bacaan lebih lanjut
sunting- R.O. Winstedt, "A History of Selangor (1680-1874)", Journal of the Malayan British Royal Asiatic Society (JMBRAS)12(3), October 1934, pp. 1–34