Puritan

subkelas Protestan Reformasi Inggris

Puritan, lebih tepatnya Kaum Puritan dari Inggris pada abad ke-16 dan 17 adalah kumpulan sejumlah kelompok keagamaan yang memperjuangkan "kemurnian" doktrin dan tata cara peribadatan, begitu juga kesalehan perseorangan dan jemaat.

Galeria pakar teologi Puritan abad ke-17 yang terkenal: Thomas Gouge, William Bridge, Thomas Manton, John Flavel, Richard Sibbes, Stephen Charnock, William Bates, John Owen, John Howe, Richard Baxter.

Sejarah sunting

Pada pertengahan abad ke-16, gereja di Inggris terpecah menjadi dua kekuatan; anglikan yang memiliki kekuatan dan puritan yang menjadi saingan. Pada masa itu, Ratu Elizabeth I dari Inggris sebagai Ratu Inggris memiliki perasaan tidak suka terhadap Kaum Puritan. Ratu Elizabeth ini beragama Protestan, dia mengubah ajaran dan upacara-upacara ajaran Protestan. Hal ini mendapat protes dari kaum Protestan, mereka ingin pemurnian ajaran Protestan yang sudah banyak diubah Ratu Elizabeth. Kaum yang ingin memurnikan kembali ajaran Protestan ini disebut Kaum Puritan. Walaupun mendapat protes, Ratu Elizabeth tidak memedulikan dan tetap menjalankan prinsip agama yang dia anut. Kaum protestan ini menuntut agar kembali kepada ajaran Alkitab saja, tanpa terlalu bermegah-megah dan mengadakan upacara-upacara.

Ketika Ratu Elizabeth meninggal dunia pada tahun 1603, dia digantikan oleh sepupunya, Raja James VI dari Skotlandia. Kemudian Raja James menjadi raja Inggris menggantikan Ratu Elizabeth dan dikenal sebagai James I. Seperti Ratu Elizabeth, Raja James I ini juga memiliki rasa tidak suka terhadap Kaum Puritan. Maka keadaan Kaum Puritan di Inggris menjadi semakin buruk. Karena mendapat perlakuan yang buruk dari Raja James I, maka kaum puritan merasa harus pergi keluar dari Inggris. Pada tahun 1607, kaum separatis - sekte puritan radikal yang tidak percaya bahwa Gereja Negara dapat direformasi - memisahkan diri ke Leiden, Belanda, tempat mereka mendapat suaka dari penguasa di sana. Namun, kaum Calvin Belanda memanfaatkan mereka untuk menjadi pekerja kasar dengan bayaran yang murah. Beberapa dari mereka merasa tidak puas dan memutuskan untuk pindah.

Pada tahun 1620, sekelompok Kaum Peziarah (Pilgrims) menggunakan kapal Mayflower untuk berpindah menuju ke Amerika, sebuah benua di mana mereka bisa bebas dalam menjalankan agama yang mereka anut tanpa ada tekanan lagi dari kerajaan Inggris maupun dari pihak lain. Ketika putera James, Charles I naik takhta dalam tahun 1625, ketegangan di Inggris menjadi begitu hebat, bahkan bagi kaum Puritan moderat, sehingga sejumlah besar di antara mereka itu bersedia untuk mengarungi laut lepas dan menyusuri hutan belantara untuk menemukan masyarakat lain.

Kepustakaan sunting

  • Garis Besar Sejarah Amerika, halaman 18
  • George M. Marsden, Agama dan Budaya Amerika, halaman 24.