Pulau Onrust

pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta

Pulau Onrust merupakan salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta yang letaknya berdekatan dengan Pulau Bidadari. Pada masa kolonial Belanda, rakyat sekitar menyebut pulau ini adalah Pulau Kapal karena di pulau ini sering sekali dikunjungi kapal-kapal Belanda sebelum menuju Batavia. Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust.

Onrust
Koordinat6°01′59″S 106°43′59″E / 6.033°S 106.733°E / -6.033; 106.733Koordinat: 6°01′59″S 106°43′59″E / 6.033°S 106.733°E / -6.033; 106.733
NegaraIndonesia
Gugus kepulauanKepulauan Seribu
ProvinsiDKI Jakarta
KabupatenKepulauan Seribu
Luas3,5 km²
Populasi3 Kepala Keluarga
Peta
Foto udara Pulau Onrust, 1925

Nama 'Onrust' sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti 'Tidak Pernah Beristirahat' atau dalam bahasa Inggrisnya adalah 'Unrest'. Ada sumber lain yg mengatakan bahwa nama Onrust tersebut diambil dari nama penghuni pulau yang masih keturunan bangsawan Belanda, yaitu Baas Onrust Cornelis van der Walck.

Sejarah sunting

 
Lukisan pulau Onrust (tahun 1699)
 
Rumah sakit karantina Onrust (tahun 1917)

Masa VOC sunting

Pada zaman dahulu Pulau Onrust dan pulau-pulau lain di Teluk Jayakarta (sekarang disebut Kepulauan Seribu) pernah menjadi tempat peristirahatan keluarga raja-raja Banten. Namun kemudian terjadi sengketa antara Kerajaan Banten dan Jayakarta hingga tidak pernah ada upaya penyelesaian. Jayakarta merasa memiliki pulau ini karena lokasinya dekat (di hadapan Kota Jayakarta), sedangkan Banten mempunyai hak atas pulau tersebut sebab seluruh Kepulauan Seribu merupakan bagian dari teritorial kekuasaannya. Saat Belanda datang dan gagal memonopoli perdagangan di Banten kemudian mengalihkan perhatiannya ke Jayakarta dengan menggunakan salah satu pulau di Teluk Jayakarta, yakni Pulau Onrust.

Pada tanggal 10-13 Nopember 1610 terjadi perjanjian antara Belanda (diwakili L. Hermit) dan Jayakarta (diwakili Pangeran Jayakarta) yang isinya memperbolehkan orang-orang Belanda mengambil kayu untuk pembuatan kapal-kapalnya di Teluk Jayakarta. Melihat banyak kapal yang berlayar ke Asia, terutama Asia Tenggara, dan tinggal beberapa lama, sering memerlukan perbaikan kapal akibat perjalanan panjang, maka VOC berniat untuk membangun sebuah galangan kapal di teluk tersebut. Niat tersebut diizinkan oleh pangeran dengan menggunakan Pulau Onrust. Pembangunan dimulai tahun 1613.

Tahun 1615 VOC mendirikan sebuah galangan kapal dan sebuah gudang kecil. Selain sebagai galangan kapal, Jan Pieterzoon Coen mengharapkan Onrust menjadi koloni, sehingga VOC mengirim keluarga Cina ke Onrust dengan segala fasilitasnya. Kemudian tahun 1618 Coen menjadikan Onrust sebagai pulau pertahanan terhadap akibat memuncaknya ancaman Banten dan Inggris. Hingga Coen memerintahkan penyerbuan ke Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1619, dan memindahkan pelabuhan ke muara Sungai Ciliwung tersebut dan mengganti namanya sebagai Batavia.

Pembangunan sarana fisik terus dilakukan. Tahun 1656 dibangun sebuah benteng kecil bersegi empat dengan 2 bastion (bangunan yang menjorok keluar berfungsi sebagai pos pengintai). Tahun 1671 diperluas menjadi benteng persegi lima dengan bastion pada tiap tahap sudutnya, tetapi tidak simetris yang semuanya terbuat dari bata dan karang. Kemudian tahun 1674 dibangun gudang-gudang penyimpanan barang, gudang penyimpanan besi dan dok tancap yang semuanya dikerjakan oleh 74 tukang kayu dan 6 tukang lainnya. Pada tahun yang sama dibangun sebuah kincir angin untuk keperluan penggergajian kayu. Tahun 1691 dibangun sebuah kincir angin yang kedua, terdapat 148 abdi kompeni dan 200 budak pada tahun 1695.

Tahun 1770, Captain Sir James T. Cook dan kapalnya HMS Endeavour sempat singgah di pulau ini untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan penjelajahannya ke Australia. Menurut catatan Cook, di pulau ini ada benteng Belanda dan penggergajian kayu.

Masa Kolonial Hindia Belanda - Perang Dunia II sunting

 
Calon Jemaah Haji yang dikarantina di P. Onrus

Tahun 1800 Inggris melakukan blokade terhadap Batavia, dan pertama kali mengepung Onrust dan sekitarnya. Semua bangunan yang terdapat di permukaan Onrust tersebut dimusnahkan. Setelah hancur, tahun 1803 Belanda merencanakan pembangunan kembali atas Onrust sesuai dengan rencana DM. Barbier, tetapi baru selesai pembangunannya tahun 1810 dihancurkan lagi oleh Inggris dan menduduki Onrust sampai 1816. Tahun 1827 baru mendapat perhatian dan pada tahun 1828 pembangunan dimulai dengan mempekerjakan orang-orang Cina, dan tahanan. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.

Dan 1848 kegiatan berjalan kembali. Tahun 1856 area pelabuhan ditambah lagi dengan sebuah dok terapung yang memungkinkan perbaikan kapal laut. Setelah Pelabuhan Tanjung Priok dibangun tahun 1883, Onrust kehilangan perannya dalam dunia perkapalan dan pelayaran. Baru kemudian 1905 Onrust mendapat perhatian lagi dengan didirikannya stasiun cuaca di pulau ini dan Pulau Kuyper (Cipir). Dan pada awal abad 20, P. Onrust dimanfaatkan sebagai sanatorium TBC.

Tahun 1911 Onrust diubah fungsinya menjadi karantina Haji hingga tahun 1933. Para calon haji dibiasakan dulu dengan udara laut, karena saati itu untuk mencapai Tanah Suci harus naik kapal laut selama berbulan-bulan lamanya, dan kemudian sebagai pos karantina jemaah haji yang kembali.

Selama tahun 1933 sampai 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (HNLMS Zeven Provincien), Ketika pecah Perang Dunia II tahun 1939, pulau ini dipakai Belanda sebagai kamp tawanan, yg isinya orang-orang Jerman yg bermukim di Hindia Belanda, yg dicurigai sebagai mata2 musuh.

Tahun 1942 setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan tempat penjara bagi para penjahat kriminal kelas berat.

Antara September 1945 - Januari 1946 sempat kembali dimanfaatkan kembali oleh Sekutu sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk 6 orang awak U-Boat U-195. Tawanan perang ini selanjutnya dipindahkan ke Malang, karena Belanda khawatir mereka akan dibebaskan oleh pejuang2 kemerdekaan RI.

Masa Kemerdekaan Indonesia sunting

Pada masa Indonesia merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina, terutama bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI hingga awal 1960-an. Tahun 1960 - 1965 dimanfaatkan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis, selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer. Pulau ini sempat terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas izin kepolisian setempat. Tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan SK (Surat Keputusan) yang menetapkan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah. Kini, Pulau Onrust, juga Pulau Cipir, Pulau Bidadari, Pulau Kelor dan Pulau Edam, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai daerah Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu.

Objek Wisata sunting

Di pulau ini masih terlihat bangunan-bangunan peninggalan penjajah Belanda seperti benteng dan pelabuhan kuno. Pulau-pulau lain di sekitarnya seperti Pulau Bidadari (dahulu bernama Pulau Sakit), Pulau Cipir (Pulau Kahyangan) dan Pulau Kelor dibangun untuk menjadi pendukung pulau ini.

Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Terdapat pula sebuah makam yang konon kabarnya merupakan makam dari pemimpin pemberontakan DI/TII yaitu S.M. Kartosoewirjo.

Transportasi sunting

Bila ingin menuju pulau ini dapat dilakukan melalui Pulau Bidadari yang menjadi resor pariwisata. Sedangkan perjalanan dari Jakarta melalui Marina Ancol menuju Pulau Bidadari dapat menggunakan speedboat reguler setiap hari. Atau bisa juga dari Pelabuhan Muara Kamal dengan menaikki kapal nelayan.

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting