Protektorat Uganda

Protektorat Uganda Britania adalah protektorat Imperium Britania dari 1894 hingga 1962. Pada 1893 Perusahaan Kerajaan Britania Afrika Timur (PKBAT) memindahkan hak administrasi wilayahnya yang sebagian besar terdiri dari wilayah Kerajaan Buganda menjadi di bawah administrasi Pemerintahan Britania Raya.

Protektorat Uganda

1894–1962
{{{coat_alt}}}
Lencana
Lokasi Uganda
StatusProtektorat
Ibu kotaEntebbe
Bahasa yang umum digunakanBahasa Inggris (resmi)
Luganda, Swahili, Luo Selatan, dan Nkore juga banyak digunakan
Agama
Kristen, Islam
PemerintahanProtektorat
Era SejarahImperialisme Baru
1894
• Pemerintahan sendiri
1961
• Kemerdekaan
9 Oktober 1962
Luas
1911282,309 km2 (109,000 sq mi)
Populasi
• 1911
2.466.325[1]
• 1921
2.854.608[1]
• 1931
3.542.281[1]
• 1948
4.958.520[1]
• 1959
6.449.558[1]
Mata uangCowrie (sebelum era kolonial–1906)
Rupee Afrika Timur (1906-1920)
Florin Afrika Timur (1920-1921)
Shilling Afrika Timur (1921–1962)
Kode ISO 3166UG
Didahului oleh
Digantikan oleh
Perusahaan Kerajaan Britania Afrika Timur
Uganda (1962–1963)
Sekarang bagian dari Uganda
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pada 1894, Protektorat Uganda didirikan dan wilayah itu diperluas melebihi wilayah Kerajaan Buganda hingga ke daerah yang kurang lebih sama luasnya dengan wilayah Uganda saat ini.

Latar Belakang

sunting

Perang saudara

sunting
 

Pada pertengahan 1880-an, Kerajaan Buganda dibagi di antara empat faksi agama: orang-orang non-agama samawi, Katolik, Protestan dan Islam yang semuanya bersaing untuk mengendalikan politik.[2] Pada 1888, Mwanga II digulingkan dalam sebuah kudeta yang dipimpin oleh faksi Muslim dan menjadikan Kalema sebagai pemimpin. Tahun berikutnya, Protestan dan Katolik membentuk koalisi guna menyingkirkan Kalema dan mengembalikan Mwanga II ke tampuk kekuasaan. Koalisi ini beraliansi dengan Perusahaan Kerajaan Britania Afrika Timur (PKBAT) dan berhasil mengusir Kalema serta mengembalikan Mwanga pada 1890.[2]

PKBAT mengirim Frederick Lugard ke Buganda pada 1890 sebagai wakil utamanya untuk membantu menjaga perdamaian antara faksi-faksi yang bersaing. Pada 1891, Mwanga membuat perjanjian dengan Lugard yang isinya Mwanga akan menempatkan tanahnya dan negara-negara kecil yang membayar upeti kepadanya di bawah perlindungan PKBAT.

Pada 1892, setelah menaklukkan faksi Islam, koalisi Protestan dan Katolik melanjutkan perjuangan mereka untuk mencapai supremasi yang mengarah menjadi perang saudara.[2] Pada tahun yang sama, pemerintah Britania Raya memperluas dukungannya kepada PKBAT agar tetap di Buganda hingga 1893. Meskipun ditentang keras karena terlibat di Buganda, pemerintah Britania Raya yakin bahwa menarik mundur pengaruh Britania Raya akan mengarah pada perang dan ancaman sesama kekuatan Eropa yang mulai merambah ke wilayah Britania Raya yang ada di Afrika Timur yang telah disepakati dengan Jerman pada 1890.[2]

Pada 31 Maret 1893, PKBAT secara resmi mengakhiri keterlibatannya di Uganda. Kelompok misionaris yang dipimpin oleh Alfred Tucker melobi pemerintah Britania Raya untuk mengambil alih administrasi Uganda menggantikan PKBAT, dengan alasan penarikan pasukan Britania Raya akan mengarah pada perang saudara antara berbagai faksi agama yang berbeda tersebut.[2] Tidak lama setelah itu, seorang perwakilan dari pemerintah Britania Raya di Uganda bernama Sir Gerald Portal mengusulkan rencana "kepala suku ganda" yaitu: setiap kepala suku akan memiliki satu kepala suku dari Protestan dan satu kepala suku dari Katolik. Pada 19 April 1893, pemerintah Britania Raya dan para pemimpin Uganda menandatangani perjanjian yang menyetujui rencana tersebut.[2]

Pada 18 Juni 1894, pemerintah Britania Raya menyatakan bahwa Uganda berada di bawah perlindungan Britania Raya sebagai Protektorat.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e https://unstats.un.org/unsd/demographic/sources/census/wphc/Uganda/UGA-2016-05-23.pdf
  2. ^ a b c d e f Griffiths, Tudor. “Bishop Alfred Tucker and the Establishment of a British Protectorate in Uganda 1890-94.” Journal of Religion in Africa, vol. 31, no. 1, 2001, pp. 92–114. JSTOR, www.jstor.org/stable/1581815.