Podoluhur, Klirong, Kebumen

desa di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Podoluhur adalah desa di kecamatan Klirong, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini terletak dijalur tranportasi lingkar selatan. Pada awalnya Desa Podoluhur terdiri dari tiga pedukuhan besar dan empat pedukuhan kecil, yaitu pekeyongan, karangduwur, dan Krujon sebagai pedukuhan besar. Kemudian Nampu, Bendungan, Kaligandu, dan Sindutan sebagai pedukuhan kecil. Dahulunya masing-maisng pedukuhan dipimpin oleh seorang pimpinan yang disebut dengn lurah. Pekeyongan dan Karangduwur maisng masing memiliki satu lurah. Sedangkan Bendungan, Kaligandu, dan Sindutan tergabung dalam atu kelurahan. Baru kurang lebih tahun 1914 pada waktu itu Karangduwur dipimpin oleh seorang lurah yang bernama R Pringgodiharjo yang konon ia memimpin sampai 24 tahun.

Podoluhur
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKebumen
KecamatanKlirong
Kode pos
54381
Kode Kemendagri33.05.05.2023
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Inilah 4 pedukuhan yang masing masing kelurahnnya digabung menjadi satu dengan Nama Desa Podoluhur yang mungkin terkandung maksud agar pemimpin dan rakyatnya mempunyai budi pekerti yang luhur, dan ia memimpin Desa Podoluhur dengan sebutaan Glondong. Dengan menyatukan 4 pedukuhan menjadi satu, maka mulialah dibangun sarana irigasi. Jalan-jalan penghubung antara pedukuhan dilebarkan dan diperkeras. Saluran irigasi dibangun dan dirawat dengan baik. Sekolah pun mulai di dirikan sebagai sarana umum, masjid maupun mushola didirikan. Terlebih lagi degan didirikannya pesantren di Dukuh Pekeyongan yang dipimpin oleh KH. Zaenudin, sehingga pendidikan umum dan pendidikan gama mulai mengalami kemajuan yang pesat.

Dua puluh empat tahun kemudian, ia digantikan oleh putranya R.Pringgoseco melalui tradisi pada zaman itu. Tiga tahun ia memimpin Desa POdoluhur, kemudian digantikan oleh Janudin melalui pemilihan yang lazim yaitu dengan sistem jongkok/ dodokan. Kemudian pada tahun 1945 ia digantikan oleh R Achmad Buraidah dengan sistem pemerintahan yang tidak demokratis. Ia memimpin desa podoluhur sampai dengan tahun 1988. Pada saat itu jalan-jalan dirlebar dan diperkeras denngan krokos. Saluran irigasi dibangun lebih baik dengan diplester atau disender dan dibuatkan saluran cacing untuk menjamin pemerataan pengairan air di sawah. Gedung - gedung sekolah yakni dibangun dengan dana imprs, sehingga Desa Podoluhur memiliki 3 unit yakni, SD 1, SD 2, SD 3. Gedung pusat pemerintahan pun dibangun dengan swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah yang disebut BENDES.

Pada tahun 1988 ia digantikan oleh Arif Toyibun dengan menyisihkan 4 pesaingnya dalam sebuah pemilihan ynag emokratis. Kepala Desa ini melanjutkan pembangunan pendahulunya dengan cara lebih modern yakni, dengan dibangunnya Kantor Kepala Desa menjadi lebih besar dan megah, jalan-jalan lebih ditingkatkan, dan saluran irigsi lebih terawat sehingga desa podoluhur lebih maju dari sebelumnya.

Kemudian pada tahun 1993 belliau digantikan oleh Suroto Hadi dengan meyisihkan tiga pesaingnya dalam pemilihan yang lebih demokratis mengingat kesadaran masyarakat dalam politik lebih meningkat. Ia melanjutkan pemerintahan pembangunanDesa Podoluhur dengan didampingi BPD sebagai mitra kerja dan perwujudan demokrasi dalam sistem pemerintahan sekarang. Kemudian tahun 2007 ia digantikan oleh Haryono yang juga melalui pemilihan yang demokrastis dan menyisihkan dua rivalnya. Dengan didampingi BPD, beiau melanjutkan pemerintahan dan pembangunan sebelumnya dengan lebih maju lagi dnegan dibangunya Polindes dan sarana pendidikan yakni taman kanak-kanak. Saluran irigasi dibuat lebih permannen dengan senderan semen maupun dengan paangan batu pada saluran yang mempunyai stuktur tanah kritis.

Kemudian pada tahun 2013 digantikan oleh Robingah dengan menyisakan dua rivalnya. Dengan didampingi BPD, ia melanjutkan pemerintahan dan pembangunan sebelumnya dengan lebih maju lagi dengan memperbaiki jalan0jalan pedesaan. Kemudian pada tahun 2019 ia digantikan oleh Asrodin dengan pemilihan yang dmokratis dan menyisihkan dua rivalnya.