Sepur sempit adalah sebuah jalur rel dengan lebar jalur lebih kecil daripada sepur standar 1.435 mm (4 ft 8+12 in). Sebagian besar sepur sempit memiliki lebar antara 600 mm (1 ft 11+58 in) hingga 1.067 mm (3 ft 6 in).

Jalur ganda bersepur sempit 700 mm, yang masih rutin digunakan oleh Pabrik Gula Semboro di Jember, untuk mengangkut tebu dari lahan

Karena sepur sempit dapat dibangun dengan belokan lebih tajam, ukuran struktur lebih kecil, dan rel lebih ringan, maka sepur sempit dapat dibangun dan dioperasikan lebih murah daripada sepur standar dan sepur lebar (terutama di pegunungan). Sepur sempit biasanya dibangun untuk melayani industri dan masyarakat yang lalu lintasnya belum terlalu ramai, sehingga akan terlalu mahal jika harus membangun sepur standar ataupun sepur lebar.

Sepur sempit terutama digunakan pada tambang dan lingkungan lain yang memiliki ukuran struktur kecil, sehingga ukuran muatan juga harus kecil. Jalur sepur sempit non-industrial juga mudah dijumpai di Pegunungan Rocky Amerika Serikat, Pacific Cordillera di Kanada, Meksiko, Swiss, bekas Yugoslavia, Yunani, dan Kosta Rika. Pada beberapa negara, sepur sempit lebih mudah dijumpai, seperti di Jepang, Indonesia, Taiwan, Selandia Baru, Afrika Selatan, Queensland, Australia Barat, dan Tasmania yang memiliki jalur kereta api berukuran 3 ft 6 in (1.067 mm), serta Malaysia dan Thailand yang memakai sepur meter. Trem dengan sepur meter juga dapat dengan mudah dijumpai di Eropa

Nomenklatur sunting

Sepur sempit merupakan sebutan untuk jalur rel yang lebarnya kurang dari 1.435 mm (4 ft 8+12 in).[1]

Sejarah sunting

Jalur awal sunting

 
Pahatan tahun 1556 dari De re metallica, menunjukkan sebuah jalur kereta api sepur sempit di sebuah tambang
 
Kereta api di Stasiun Bad Bubendorf dengan lebar sepur 750 mm (2 ft 5+12 in), berada di Jalur kereta api Waldenburg antara Liestal dan Waldenburg, Swiss

Catatan paling awal mengenai jalur kereta api muncul pada De re metallica buatan Georgius Agricola pada tahun 1556, yang menunjukkan sebuah tambang di Bohemia dengan jalur rel selebar sekitar 2 ft (610 mm). Selama abad ke-16, jalur rel utamanya digunakan untuk mempermudah pendorongan gerobak dari dalam tambang dengan tangan di seantero Eropa. Pada abad ke-17, perkeretaapian tambang berkembang untuk juga menyediakan transportasi di atas tanah. Jalur ini merupakan jalur kereta api industri, yang menghubungkan tambang dengan titik transportasi terdekat, seperti kanal. Jalur ini biasanya dibangun dengan sepur sempit, sebagaimana jalur di dalam tambang.[2]

Pengenalan uap sunting

Lokomotif uap pertama di dunia dirakit pada tahun 1802 oleh Richard Trevithick untuk Coalbrookdale Company, yang berjalan pada sebuah jalur selebar 3 ft (914 mm). Lokomotif uap komersial pertama adalah Salamanca buatan Matthew Murray yang dirakit pada tahun 1812 untuk jalur selebar 4 ft 1 in (1.245 mm) di Jalur kereta api Middleton di Leeds. Salamanca juga merupakan lokomotif bergerigi pertama. Selama dekade 1820-an hingga 1830-an, sejumlah jalur kereta api industrial bersepur sempit di Britania Raya telah menggunakan lokomotif uap. Pada tahun 1842, lokomotif uap bersepur sempit pertama di luar Britania Raya dirakit untuk jalur selebar 1.100 mm (3 ft 7+516 in) di Antwerp-Ghent[3] di Belgia. Penggunaan lokomotif uap bersepur sempit pertama kali untuk mengangkut penumpang adalah pada tahun 1865, saat Jalur kereta api Ffestiniog memperkenalkan angkutan penumpang setelah menerima lokomotif uap dua tahun sebelumnya.[4]

Penggunaan industrial sunting

Banyak jalur kereta api bersepur sempit merupakan bagian dari suatu kompleks pabrik dan beroperasi untuk mendukung pabrik, bukan untuk keperluan publik. Industri yang banyak menggunakan jalur kereta api bersepur sempit antara lain pertambangan, pengeboran terowongan, dan pengangkutan kayu. Industri kayu yang telah ada sejak abad ke-19 biasanya menggunakan kereta api bersepur sempit untuk mengangkut kayu dari pabrik ke pasar. Jaringan rel bersepur sempit untuk mengangkut tebu juga masih dapat dijumpai di Kuba, Fiji, Indonesia, Filipina, dan Australia.

Lokomotif pembakaran dalam sunting

Pemasangan motor bakar pembakaran dalam pada lokomotif bersepur sempit pertama kali dilakukan pada tahun 1902. F. C. Blake membuat lokomotif ini untuk instalasi pengolahan limbah di Mortlake. Lokomotif dengan lebar sepur 2 ft 9 in (838 mm) ini mungkin merupakan tiga lokomotif pertama di dunia yang ditenagai dengan bahan bakar solar.[5]

Perang Dunia I sunting

Jalur rel bersepur sempit banyak digunakan oleh kedua pihak pada Perang Dunia I.[6][7] Jalur ini hanya bertahan sebentar, karena hanya digunakan saat perang.

Keuntungan sunting

Jalur rel sepur sempit lebih murah untuk dibangun karena konstruksinya tidak terlalu sulit, menggunakan kereta dan lokomotif yang lebih kecil, jembatan dan terowongan yang lebih kecil, serta radius belok yang lebih kecil.[8] Sepur sempit sering digunakan pada pegunungan, untuk menghemat biaya konstruksi. Sepur sempit juga digunakan di kawasan dengan populasi yang belum terlalu banyak, sehingga pembangunan sepur standar tidak memungkinkan secara ekonomi, seperti di Australia dan sebagian besar Afrika Selatan.

Sepur sempit juga digunakan pada jalur rel yang bersifat sementara, seperti pada pertambangan, konstruksi, dan pengangkutan kayu, karena sepur sempit dapat lebih mudah dipasang dan dibongkar. Walaupun begitu, sepur sempit saat ini mulai di tinggalkan seiring meningkatnya jumlah truk yang lebih sedikit fleksibel.

Pada beberapa negara, jalur kereta api bersepur sempit dibangun sebagai jalur cabang, untuk mengangkut penumpang ke jalur utama yang bersepur standar.

Referensi sunting

  1. ^ Coulls, Anthony (15 April 2018). Narrow Gauge Locomotives. Amberley Publishing. Narrow gauge is defined as anything less than the standard gauge of UK main lines 
  2. ^ Whitehouse, Patrick & Snell, John B. (1984). Narrow Gauge Railways of the British Isles. ISBN 0-7153-0196-9. 
  3. ^ 2019-04-12. "Rixke Rail's Archives". 
  4. ^ Templat:Quine-FR
  5. ^ Quine, Dan (March 2019). "F.C. Blake and the Mortlake Tramways". Industrial Railway Record. the Industrial Railway Society (236). 
  6. ^ Dunn, Richard (1 Jan 1990). Narrow gauge to no man's land: U.S. Army 60 cm gauge railways of the First World War in France. Benchmark Publications. 
  7. ^ Westwood, J. N. (1980). Railways at War. Howell-North Books. 
  8. ^ Spooner, Charles Easton (1879). Narrow Gauge Railways. hlm. 71.