Nama keluarga Tionghoa

Marga Tionghoa merupakan marga yang digunakan orang Tionghoa. Marga (Hanzi: 姓氏, hanyu pinyin: xingshi) biasanya berupa satu karakter Han (Hanzi) yang diletakkan di depan nama seseorang. Ada pula marga yang terdiri dari 2 atau bahkan 3 sampai 9 karakter – marga seperti ini disebut marga ganda (Hanzi: 復姓, hanyu pinyin: fuxing). Marga Tionghoa juga diadopsi oleh suku-suku minoritas yang sekarang tergabung dalam entitas Tionghoa. Marga dalam suku-suku minoritas ini biasanya berupa penerjemahan pelafalan dari bahasa suku-suku minoritas tadi ke dalam Hanzi. Penggunaan marga di dalam kebudayaan Tionghoa telah mempunyai sejarah selama 5.000 tahun lebih.

Xingshi ditulis dalam Hanzi

Asal usul

sunting
 
Marga muncul pada masa Huangdi

Sejarah marga di dalam kebudayaan Tionghoa bermula dari 5.000 sampai 8.000 tahun yang lalu sewaktu masyarakat Tionghoa masih bersifat matrilineal. Pada masa itu, marga diwariskan dari garis ibu, itu yang menyebabkan marga-marga pertama dalam kebudayaan Tionghoa banyak yang mempunyai radikal perempuan (女).

Dua karakter xing (姓) dan shi (氏) yang membentuk arti marga sebenarnya berbeda dalam penggunaannya. Seiring bertambah kompleksnya struktur sosial masyarakat Tionghoa, xing merujuk kepada marga dan shi merujuk kepada klan.

Bila xing muncul pada masa 8.000 tahun yang lalu, maka shi baru muncul pada masa pemerintahan Huangdi (Hanzi: 黃帝, bahasa Inggris: Yellow Emperor). Klan (shi) ini sedikit berbeda dengan marga (xing), bertambahnya jumlah penduduk yang mempunyai marga yang sama kemudian menjadikan beberapa keluarga yang sama marga menginginkan adanya pembedaan garis keturunan lagi. Dari sinilah muncul pembedaan klan dalam marga yang sama. Jadi, shi adalah satu marga kecil dalam marga. Dalam satu marga dibagi lagi atas beberapa klan menurut garis keturunan yang berbeda.

Evolusi dan komposisi marga

sunting

Menurut catatan sejarah, jumlah keseluruhan marga Tionghoa sekitar 12.000 buah marga. Marga dengan karakter tunggal mencapai 5.000 buah, marga ganda mencapai 4.000 buah dan sisanya adalah marga antara 3 karakter sampai 9 karakter.

Namun marga yang masih digunakan sampai sekarang hanya berkiar antara 3.000 lebih marga. Marga tunggal mencapai 2.900 buah sedangkan marga ganda hanya 100 marga. Marga dengan 3 karakter ke atas sangat jarang ditemui. Selain itu banyak pula marga yang telah punah.

Komposisi marga di masyarakat Tionghoa sangat tidak merata. Sekitar 100 marga yang paling banyak diketemukan mencakup 87% dari jumlah penduduk Tiongkok.

Tingkatan marga

sunting

Di zaman dulu, marga-marga tertentu mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada marga-marga lainnya. Pandangan ini terutama muncul dan memasyarakat pada zaman Dinasti Jin dan sesudahnya. Ini dikarenakan sistem Men Di (门第) yang serupa dengan sistem kasta di India. Pengelompokan tingkatan marga ini terutama juga dikarenakan oleh sistem feodalisme (封建) yang mengakar zaman dulu di Tiongkok. Ini dapat dilihat pada zaman Dinasti Song (宋朝) misalnya, Bai Jia Xing (百家姓) yang dilafalkan pada masa tersebut menempatkan marga Zhao (赵) yang merupakan marga kaisar menjadi marga pertama.

Pada masa sekarang tidak ada pengelompokan tingkatan marga lagi di dalam kemargaan Tionghoa. Bila beberapa marga didaftarkan maka biasanya diadakan pengurutan sesuai dengan jumlah goresan karakter marga tersebut.

Munculnya berbagai macam marga antara lain karena:[1]

  1. Menggunakan lambang-lambang suku-suku kuno, misalnya 马 (ma, kuda), 龙 (long, naga), 山 (shan, gunung), 云 (yun, awan)
  2. Menggunakan nama negara, misal: Qi (齐), Lu (鲁), Wei (魏), Song (宋)
  3. Menggunakan daerah kekuasaan, misal: Zhao (赵), yang mendapatkan daerah kekuasaan di kota Zhao.
  4. Menggunakan gelar jabatan, misal: Sima (menteri Perang; 司马), Situ (menteri tanah dan rakyat; 司徒), Sikong (menteri PU; 司空)
  5. Menggunakan nama pekerjaan, misal: Tao (keramik; 陶), Wu (dukun/tabib; 巫)
  6. Menggunakan tanda dari tempat tinggal, misal: Ximen (gerbang barat; 西门), Liu (pohon yangliu; 柳), Chi (kolam; 池)[2]

Marga Tionghoa di suku-suku minoritas

sunting

Marga Tionghoa juga digunakan oleh suku-suku minoritas di Tiongkok dan Taiwan. Ini dikarenakan suku-suku minoritas tadi menerima pengaruh dari kebudayaan Han yang membawa marga. Banyak suku-suku minoritas yang kemudian juga membawa marga Han, dengan karakter Han. Pada mulanya, mereka juga menggunakan marga suku masing-masing dengan mencari nada pelafalan yang lebih kurang sama dengan marga Tionghoa yang umum.

Marga Tionghoa di Indonesia

sunting

Marga Tionghoa di Indonesia terutama ditemukan di kalangan suku Tionghoa-Indonesia. Suku Tionghoa-Indonesia walau telah berganti nama Indonesia, tetapi masih banyak yang tetap mempertahankan marga dan nama Tionghoa mereka yang masih digunakan di acara-acara tidak resmi atau yang bersifat kekeluargaan.

Diperkirakan ada sekitar 300-an marga Tionghoa di Indonesia, data di PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) mencatat ada sekitar 160 marga Tionghoa di Jakarta. Di Singapura sendiri ada sekitar 320 marga Tionghoa. Atas dasar ini, karena daerah asal suku Tionghoa di Indonesia relatif dekat dengan Singapura maka dapat diambil kesimpulan kasar bahwa jumlah marga Tionghoa di Indonesia melebihi 320 marga.

Marga Tionghoa di Indonesia mayoritas dilafalkan dalam dialek Hokkian (Minnan). Hal ini tidak mengherankan karena mayoritas keturunan Tionghoa-Indonesia adalah berasal dari Provinsi Fujian (Provinsi Hokkian).

Marga yang lazim di kalangan Tionghoa-Indonesia semisal:

  • Cia/Tjia (Hanzi: 謝, hanyu pinyin: xie)
  • Gouw/Goh (Hanzi: 吳, hanyu pinyin: wu)
  • Kang/Kong (Hanzi: 江, hanyu pinyin: jiang)
  • Lauw/Lau (Hanzi: 劉, hanyu pinyin: liu)
  • Lee/Lie (Hanzi: 李, hanyu pinyin: li)
  • Oey/Ng/Oei (Hanzi: 黃, hanyu pinyin: huang)
  • Ong (Hanzi: 王, hanyu pinyin: wang)
  • Tan (Hanzi: 陳, hanyu pinyin: chen)
  • Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi: 張, hanyu pinyin: zhang)
  • Lim (Hanzi: 林, hanyu pinyin: lin)
  • Hoan / Hwan (Hanzi: 范, hanyu pinyin: fan)
  • Lihat daftarnya

Masih banyak lagi marga-marga lain yang dapat ditemui. Salah satu fenomena umum di Indonesia adalah karena marga dilafalkan dalam dialek Hokkian, sehingga tidak ada satu standar penulisan (romanisasi) yang tepat. Hal ini juga menyebabkan banyak marga-marga yang sama pelafalannya dalam dialek Hokkian kadang-kadang dianggap merupakan marga yang sama padahal sesungguhnya tidak demikian.

  • Tio selain merujuk kepada marga Zhang (張) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Zhao (趙). Perbedaannya hanya Tio (Zhang) dilafalkan dengan naga sengau dan Tio (Zhao) tidak.
  • Ang selain merujuk kepada marga Hong (洪) dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Weng (翁). Perbedaannya hanya pada lafal nada.

Marga Korea, Vietnam dan Jepang

sunting

Marga orang Korea, Vietnam dan Jepang adalah bersumber dari marga Tionghoa. Orang Korea masih menggunakan marga Tionghoa yang ditulis dalam karakter Hangul dan dilafalkan dalam bahasa Korea. Marga orang Korea yang lazim ditemukan adalah:

  • Kim (Hanzi: 金, hanyu pinyin: jin)
  • Park (Hanzi 朴, hanyu pinyin: pu)
  • Cho (Hanzi: 曹, hanyu pinyin: cao)

Marga orang Vietnam juga diambil dari marga Tionghoa yang dilafalkan bahasa Vietnam serta ditulis dengan romanisasi huruf Latin. Marga orang Vietnam yang lazim ditemukan adalah:

  • Nguyễn (Hanzi: 阮, hanyu pinyin: ruan)
  • Trần (Hanzi: 陳, hanyu pinyin: chen)

Marga orang Jepang mayoritas merupakan marga ganda dengan 2 karakter atau lebih dan ditulis dalam karakter Kanji, tetapi juga ada yang hanya mempunyai marga tunggal dengan 1 karakter. Lihat artikel Nama Jepang.

Marga yang umum digunakan

sunting

Menurut sebuah studi oleh Li Dongming (李栋明) yang dipublikasikan dalam artikel "Marga" (姓) dalam Majalah Dongfang (东方杂志) (1977), urutan marga Tionghoa paling umum adalah:

Urutan 1-10, yang mencakup hampir 40% pemilik nama Tionghoa di dunia:

Urutan 11-20, yang mencakup lebih dari 10% pemilik nama Tionghoa di dunia:

Urutan 21-30, yang mencakup hampir 10% pemilik nama Tionghoa di dunia:

Urutan 31-45, yang mencakup hampir 10% pemilik nama Tionghoa di dunia:

Guan China-Indonesia

Referensi

sunting
  1. 籍秀琴,姓氏·名字·称谓,中国历史文化知识丛书,大象出版社,1997年 ISBN 7-5347-2010-9

Pranala luar

sunting