Mu'adz bin Jabal (Bahasa Arab:معاذ بن جبل) adalah sahabat nabi dari kaum Anshar yang berbai'at kepada Rasulullah sejak pertama kali. Sehingga ia termasuk orang yang pertama kali masuk Islam (as-Sabiqun al-Awwalun). Mu'adz terkenal sebagai cendekiawan dengan wawasannya yang luas dan pemahaman yang mendalam dalam ilmu fiqh, dan bahkan Rasulullah menyebutnya sebagai sahabat yang paling mengerti yang mana yang halal dan yang haram. Mu'adz juga merupakan duta besar Islam yang pertama kali yang dikirim Rasulullah.

Nama panjangnya adalah Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus al-Khazraji, sedangkan nama julukannya adalah “Abu Abdurahman”. Ia dilahirkan di Madinah dan memeluk Islam pada usia 18 tahun. Fisiknya gagah, berkulit putih, berbadan tinggi, berambut pendek dan ikal, dan bergigi putih mengkilat. Muadz termasuk dalam rombongan berjumlah sekitar 72 orang Madinah yang datang berbai’at kepada Rasulullah. Setelah itu ia kembali ke Madinah sebagai seorang pendakwah Islam di dalam masyarakat Madinah. Ia berhasil mengislamkan beberapa orang sahabat terkemuka misalnya Amru bin al-Jamuh. Rasulullah mempersaudarakannya dengan Ja’far bin Abi Thalib. Rasulullah mengirimnya ke negeri Yaman untuk mengajar. Rasulullah mengantarnya dengan berjalan kaki sedangkan Mu’adz berkendaraan, dan Nabi bersabda kepadanya: ” Sungguh, aku mencintaimu“.[1] Mu’adz bin Jabal wafat tahun 18 H ketika terjadi wabah hebat di Syam, tempat ia mengajar sebagai utusan khalifah Umar bin Khattab, waktu itu usianya 33 tahun.

Keistimewaan Mu'adz Bin Jabal Ra sunting

Berikut adalah diantara keistimewaan Mu'adz bin Jabal Ra:

  1. Seorang Tokoh dari kalangan Anshor yang ikut berba'iat iman kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pada Baiat Aqabah II. Artinya beliau adalah Assabiqunal awwalun dari golongan Anshor.
  2. Memilihi Kefaqihan atau kealiman yang tinggi dalam hukum syariat Islam. Hingga beliau dipuji oleh Rosulallah sholallahu alaihi wasallam, "Umatku yang paling tahu persoalan yang halal dan yang haram ialah Mu'adz bin Jabal ra.
  3. Karena kealiman beliau akan Hukum Islam, beliau DIutus Rosulallah sholallahu alaihi wasallam untuk berdakwah di Yaman. Bahkan beliau dipuji Rosulallah sholallahu alaihi wasallam, "Segala Puji bagi Allah yang memberikan taufik kepada utusan Rosulallah (Mu'adz) sebagaimana yang diridhoi oleh Rosulallah."
  4. Kealimannya di akui oleh sahabat-sahabat yang lain. DIkisahkan, dimasa Khalifah Umar, suatu ketika A'idzullah bin Abdillah masuk masjid bersama beberpa sahabat. Dia berkata, "Aku duduk disuatu majlis yang dihadiri oleh lebih dari tiga puluh orang, masing-masing menyebutkan hadits yang mereka terima dari Rosulallah sholallahu alaihi wasallam. Pada Majlis yang berbentuk lingkaran itu adan anak muda yang sangat tampan, hitam manis warna kulitnya, bersih, manis tutur katanya dan termuda usianya diantara mereka. Jika mereka terdapat pada suatu hadits, mereka menanyakan pada anak muda itu dan ia pun segera memberikan fatwanya. Ia tidak pernah berbicara kecuali bila diminta. tatkala majlis berakhir, aku mendekati anak muda itu dan menanyakan siapa namanya. ia pun menjawab, "Saya adalah Mu'adz bin Jabal".
  5. Kealimannya dipuji oleh Umar bin Khattab ra. Dalam kepemimpinannya, Sayyidina Umar ra sering meminta pendapat dan nasihat dari Mu'adz bin Jabal. bahkan Umar pernah berkata, "JIka bukan karena Mu'adz bin Jabal, Umar pasti celaka".
  6. Menjadi Rujukan sahabat dalam fatwa dan pendapat. Shahar bin Hausyab berkata, "Bila para sahabat berbicara dan diantara hadir Mu'adz bin Jabal, mereka pasti meminta pendapatnya karena kewibawannya".Dan jika para sahabat berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka menyerahkan perkara itu pada Mu'adz untuk memutuskannya.
  7. Hanya berbicara ketika diminta. Meski beliau memiliki keilmuan yang tinggi, namun beliau bukan orang yang suka berbicara untuk menunjukkan kepandaiannya. Beliau lebih banyak diam, di Majlis Ilmu pun lebih banyak diam. beliau akan bicara jika diminta untuk bicara. Namun ketika beliau mulai berbicara, akan membuat semua orang terpukau. bahkan seseorang yang mengenalnya berkata, "Seolah-olah dari mulutnya keluar cahaya dan mutiara".
  8. Beliau adalah pemimpin golongan Ulama (sayyidul Ulama'). Umar ra mendengar bahwa Rosulallah sholallahu alaihi wasallam Bersabda, "MU'adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama pada hari kiamat".
  9. Seandainya beliau tidak wafat diusia Muda, yaitu hampir 33 tahun, Umar bin Khattab hendak menjadikannya sebagai Khalifah yang menggantikannya. Umar ra berkata, "Sekiranya saya mengangkat Mu'adz sebagai pengganti (sebagai amirul mukminin), lalu ditanya oleh Allah mengapa saya mengangkatnya, saya akan menjawab, Aku mendengar Nabi-Mu bersabda, "Bila Ulama menghadap Allah, Mu'adz pasti berada diantara mereka".
  10. Senantiasa mengingat kematian. Dikisahkan, suatu ketika Rosulallah ﷺ bertemu dengan Mu’adz bin Jabal, beliau berkata, “Apa kabarmu pagi hari ini wahai Mu’adz?”. Mu’adz ra menjawab, “Aku menghadapi pagi ini sebagai orang  yang beriman, Wahai Rosulallah ﷺ”. Rosulallah bersabda, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lantas apakah hakikat keimananmu”. Mu’adz pun berkata, “Setiap pagi hari aku menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Setiap berada diwaktu sore aku menyangka tidak akan mencapai diwaktu pagi lagi. Tiada satu Langkahpun yang kulangkahkan, kecuali aku menyangka tiada yang diiringi lagi dengan Langkah lainnya. Seolah-olah kusaksikan setiap umat jatuh berlutu, dipanggil buku catatannya. Dan aku seolah-olah menyaksikan penduduk sugra menikmati kesenangan surga, sedangkan penduduk neraka menederita siksa didalamnya. Rosulallah ﷺ bersabda, “Engkau memang mengetahuinya, karena itu peganglah kuat-kuat dan jangan engkau lepaskan”.
  11. Dipuji Abdullah Bin Mas'ud seperti Nabi Ibrahim as, "Mu'adz adalah hamba yang tunduk pada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya. Kami menganggap Mu'adz seperti Nabi Ibrahim as. Mu'adz senantiasa menyeru manusia untuk menjadi orang yang berilmu dan ahli Dzikir.[2]

Referensi sunting

  1. ^ Siyar A'lam An-Nubala, Mu'adz bin Jabal Radyallah 'anhu
  2. ^ Muhammad Khalid, Khalid (Rabiul Akhir, 1439 H). Biografi 60 sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Quro. hlm. 145–159. ISBN 9786029896886. 

Pranala luar sunting