Miracle: Menantang Maut

film Indonesia

Miracle: Menantang Maut adalah film horor thriller Indonesia yang dirilis pada tahun 2007. Film yang disutradarai oleh Helfi Kardit ini dibintangi oleh Keira Shabira, Lian Firman, Intan Ayu, Dhitra Marfie, Nadila Ernesta, Lady Veronica, Wisnu Wijaya, Andry Ilham, Robertino dan Audrey.

Miracle: Menantang Maut
SutradaraHelfi Kardit
ProduserChand Parwez Servia
SkenarioHelfi Kardit
Anggoro Saronto
PemeranKeira Shabira
Lian Firman
Intan Ayu
Dhitra Marfie
Nadila Ernesta
Lady Veronica
Wisnu Wijaya
Andry Ilham
Robertino
Audrey
Penata musikIndra Qadarsih
SinematograferBudiutomo
PenyuntingDwi Ilalang
Perusahaan
produksi
DistributorKharisma Starvision Plus
Tanggal rilis
22 Desember 2007
Durasi98 menit
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia

Film ini menceritakan tentang para siswa kelas 3 SMU yang akan melakukan perjalanan pariwisata. Beberapa menit sebelum berangkat, Kinar (Keira Shabira), siswi kelas 3 Sosial 1 mendapat penglihatan kalau bus kelas mereka akan mengalami kecelakaan dan terbakar. Kinar memperingatkan teman-teman dan gurunya, tetapi tidak dihiraukan.

Kinar dibawa turun oleh ketua angkatan, Satyo (Lian Firman) dan wali kelasnya, Pak Irawan (Robertino). Kaka (Andry Ilham), sahabat Satyo ikut turun, tetapi ia melarang kekasihnya, Elisa (Audrey), untuk turun. Selain itu Ago (Dhitra Marfie), Tania (Lady Veronica), Mey (Nadila Ernesta) dan Aldi (Wisnu Wijaya) yang akhirnya ikut turun dari bus karena suatu alasan. Bus kelas itu akhirnya berangkat dulu, sedangkan mereka yang turun, rencananya pergi naik bus untuk guru.

Bus kelas 3 Sosial 1 itu ternyata mengalami kecelakaan seperti penglihatan Kinar. Semuanya tewas. Delapan orang yang turun dari bus itu selamat, yaitu Satyo, Pak Irawan, Kaka, Ago, Tania, Mey, Aldi dan Kinar sendiri. Akan tetapi, ternyata kematian tidak berhenti begitu saja. Satu per satu mereka meninggal, diawali oleh Kaka, Pak Irawan dan Tania. Kinar berhasil memecahkan teka-teki kalau kematian itu berurutan dari huruf awal nama hingga membentuk dua kata, "KITA MATI".

Semua dimulai dari Kaka, yang meninggal secara aneh saat mengunjungi makam kekasihnya, Elisa, dan ia meninggal saat melompat menghindari bebatuan dan tergantung karena dahan-dahan di pohon. Lalu Pak Irawan yang tertimpa lemari kantor guru, tetapi meskipun ia sempat hidup, sebuah piala lancip jatuh menancap di dadanya hingga meninggal. Setelah itu, Tania meninggal karena terjatuh dari tangga di rumahnya hingga lehernya patah setelah ia terpeleset oleh percikan darah dari tangannya sendiri yang memegang pecahan gelas. Aldi adalah yang tewas berikutnya, pada saat ia dan teman-teman band-nya sedang latihan, ia tersetrum kabel-kabel untuk menyambungkan gitar listrik. Sekarang ejaannya sudah menjadi KITA. Kinar juga sempat menyadarinya saat melihat mainan magnet di kulkasnya berubah menjadi KI (K untuk Kaka dan I untuk Irawan, sesaat setelah Pak Irawan meninggal).

Mereka semua berniat menantang maut dan datang ke Puncak. Namun sesampai di Puncak, mobil mereka menabrak pohon namun beruntung mereka hanya luka ringan. Mey yang merasakan hal ganjil tentang kematian beruntun, hampir saja membunuh teman-temannya. Setelah terjadi keributan di sana, Mey justru menjadi korban berikutnya yang tewas setelah tertimpa jatuhan kayu-kayu yang sudah lapuk dan tajam hingga menancap di dadanya dan membunuhnya seketika. Lalu mereka berniat pergi dari tempat itu, yang tersisa hanya Kinar, Satyo dan Ago. Ago yang terluka karena keributan tadi harus dibawa oleh Kinar dan Satyo, tetapi saat dibawa oleh mereka berdua, Ago terlepas dan jatuh berguling-guling dari tangga karena kaki Kinar tertusuk paku. Saat mereka menghampiri Ago yang jatuh, ia telah tewas karena saat jatuh, Ago tertusuk batu yang tajam di bawah sana. Ejaan tersebut sudah hampir sempurna, KITA MA, dan sekarang Satyo dan Kinar sedang berusaha untuk tidak terkena kematian. Meskipun huruf depan nama mereka berbeda, tetapi Satyo di rumah biasa dipanggil Tyo dan Kinar biasa dipanggil Inar, sehingga inisial nama panggilan mereka adalah T dan I.

Satyo, yang naik angkot dalam perjalanan pulang ke rumahnya, sedang minum air mineral. Di rumahnya, Kinar yang juga minum air mineral tersedak dan didatangi oleh burung gagak penanda kematian. Setelah itu, Satyo dikabarkan sudah meninggal dan Kinar yang tidak tahu mengapa, mendapatkan jawaban seutuhnya dari Imas (Intan Ayu), yang juga mantan kekasih Satyo, namun ditinggalkannya karena Imas buruk rupa. Imas pun menggunakan ilmu hitam untuk membunuh Satyo dan teman-temannya. Saat bertemu di makam Satyo, Imas mengaku bahwa ia membunuh Satyo dengan mencampurkan obat tidur ke air mineral tersebut hingga ia tertidur dan kepalanya keluar dari jendela angkot hingga sebuah mobil menggilas kepalanya. Kinar yang tidak terima membentak Imas, namun mereka berdua berada dalam pertarungan sengit hingga akhirnya Imas tewas karena tertusuk nisan dari makam lain. Kinar berhasil lolos dari semuanya.

Kinar akhirnya mengerti, setelah peristiwa itu, ia tidak pernah ditemui lagi oleh burung gagak ataupun peristiwa-peritiwa aneh. Ia juga tahu, bahwa KITA MATI sudah lengkap, karena huruf "I" terakhir bukan menuju padanya, tetapi pada Imas. Kinar pun bisa melanjutkan hidupnya dengan normal. Film berakhir ketika Kinar melihat kembali lukisan Imas tentang bus sekolah yang akan ditumpanginya yang terbakar.

Pemeran

sunting

Film 'hampir' serupa

sunting

Pranala luar

sunting