Melati van Agam (film 1931)

(Dialihkan dari Melati van Agam)

Melati van Agam (juga ditulis Melatie van Agam) merupakan film cinta Indonesia garapan Lie Tek Swie yang dirilis pada tahun 1931. Diproduseri Tan's Film dan dibintangi A. Rachman, Neng Titi, Oemar, dan Bachtiar Effendi, film ini menceritakan dua pemuda, Norma dan Idrus. Film ini, yang mungkin telah hilang, dicatat sebagai sukses komersial; namun, film ini banyak dimaki kritikus.

Melati van Agam
SutradaraLie Tek Swie
ProduserTan Koen Yauw
Ditulis olehParada Harahap
Pemeran
SinematograferWong bersaudara
Perusahaan
produksi
Tanggal rilis
  • 1931 (1931) (Hindia Belanda)
NegaraHindia Belanda
BahasaBisu

Bagian satu

sunting

Norma dikenal di seluruh Fort de Kock (kini Bukittinggi) karena kecantikannya, sehingga diberi julukan "Melati van Agam". Ia jatuh cinta dengan seorang pemuda bernama Idrus, yang bekerja di pertambangan di Sawahlunto. Orang tua Norma – yang keturunan bangsawan – tidak setuju akan cinta mereka itu dan menjodohkan Norma pada Nazzaruddin, seorang kepala sekolah yang sudah mempunyai empat anak dan lebih tua daripada ayah Norma. Norma menjadi tak karuan karena telah menjanjikan cintanya kepada Idrus, dan masih memimpikan masa depan bersama ia.[1][2]

Bagian dua

sunting

Setelah menikah, Norma dibawa ke Kota Raja, Aceh (kini Banda Aceh), tempat ia mulai membesarkan anak-anak Nazzaruddin. Pernikahan ini tidaklah bahagia: Nazzaruddin tidak suka dengan pendidikan Barat yang didapatkan Norma, dan Norma menjadi putus asa setelah mengetahui Idrus telah meninggal. Dalam keadaan hamil, Norma kembali ke Fort de Kock. Setelah ia melahirkan, Nazzaruddin mencerai Norma; ia berpikir anak itu lebih mirip Idrus. Akhirnya Norma membunuh diri dan dikebumikan di samping Idrus. Nazzaruddin melihat saat roh Norma bertemu dengan roh Idrus, dan kedua kekasih itu naik ke surga sambil bergandeng tangan.[1][2]

Produksi

sunting

Melati van Agam diproduseri Tan's Film, yang milik etnis Tionghoa. Ini diadaptasikan dari toneel yang ditulis wartawan Parada Harahap; karya Tan's sebelumnya, Njai Dasima (1929), juga merupakan adaptasi. Namun, Melati van Agam lebih berkait dengan budaya yang sedikit diketahui; karya-karya sebelumnya lebih mengutamakan kelompok etnis dari Jawa. Sejarawan film Indonesia Misbach Yusa Biran berpendapat ini mungkin karena sutradara Lie Tek Swie bekerja sama dengan Andjar Asmara, yang memang lahir di Sumatera. Film ini meninggalkan bentuk surat cinta yang mewarnai karya asli, sehingga aksi lebih diutamakan.[2][3]

Melati van Agam dibintangi A. Rachman, Neng Titi, Oemar, dan Bachtiar Effendi. Oemar dan Rachman pernah bekerja sama di Padangsche Opera,[1] tempat kerja Andjar sebelumnya.[4] Lie, sang sutradara, pernah menggarap Nancy Bikin Pembalesan (1930) untuk Tan's dan dikenal karena kebiasaan menunjukkan pandangan indah dalam karyanya.[5] Sinematografi dikerjakan Loepias;[6] film bisu ini berwarna hitam-putih.[1] Melati van Agam sudah selesai pada pertengahan tahun 1930, dan pada Agustus tahun itu sudah ada preview.[6]

Melati van Agam diluncurkan dalam dua bagian,[1] dengan bagian pertama mulai tayang pada tanggal 16 December 1931. Kwee Tek Hoay, yang menulis dalam majalah Panorama, memaki alur film yang tidak logis dan menulis bahwa "orang desa yang bodoh pun bisa melihat cacat [film] itu."; ia beranggapan bahwa tindakan Norma lebih pantas untuk seorang pelacur daripada wanita awam.[6] Andjar Asmara memuji karya ini dalam majalah Doenia Film, terutama pemain-pemainnya.[6] Film ini cukup berhasil di pasar.[7]

Setelah Melati van Agam Lie menggilakan Tan's karena perbedaan pendekatan.[5] Tan's tutup pada tahun 1932, setelah membuat beberapa film lagi,[8] tetapi dibuka kembali pada akhir tahun 1930-an. The Teng Chun mendaur ulang Melati van Agam, dengan judul yang sama, pada tahun 1940.[9]

Film ini kemungkinan besar sudah hilang. Antropologis Amerika Karl G. Heider menyatakan bahwa semua film Indonesia dari sebelum tahun 1950 sudah tidak ada.[10] Namun, Katalog Film Indonesia karya JB Kristanto mencatat beberapa film yang telah selamat dalam arsip Sinematek Indonesia, dan Misbach menulis bahwa beberapa film propaganda Jepang masih ada di Belanda.[11]

Rujukan

sunting

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e Filmindonesia.or.id, Melati Van Agam 1930.
  2. ^ a b c Biran 2009, hlm. 109.
  3. ^ Biran 2009, hlm. 99, 108.
  4. ^ Said 1982, hlm. 136–137.
  5. ^ a b Biran 2009, hlm. 111.
  6. ^ a b c d Biran 2009, hlm. 110.
  7. ^ Said 1982, hlm. 21.
  8. ^ Jakarta City Government, Tan's Film.
  9. ^ Biran 2009, hlm. 217.
  10. ^ Heider 1991, hlm. 14.
  11. ^ Biran 2009, hlm. 351.

Bibliography

Pranala luar

sunting