Kutosari, Doro, Pekalongan

desa di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah

Kutosari adalah desa di kecamatan Doro, Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Kutosari
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPekalongan
KecamatanDoro
Kode pos
51191
Kode Kemendagri33.26.06.2010
Luas1,4 km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Legenda Ki Nolo dan Desa Kutosari sunting

Ki Nolo merenung, berfikir bagaimana caranya membuat irigasi. Selalu dibawah pohon yang sama, pohon nangka yang sangat rindang diantara pohon nangka lainnya. Seakan-akan pohon nangka sudah menyatu dalam dirinya karena nangka menjadi makanan sehari-hari. Nangka muda yang dicacak dan diurab menjadi megono bersama iwak wader kali dan sambal terasi.

Ki Nolo masih merenung, di bawah pohon yang sama, pohon nangka yang sangat rindang diantara pohon nangka lainnya. Menurutku, banyak penyebutan yang salah tentang nangka. Orang biasa menyebut nangka adalah kayunya, cecek buahnya yang sudah matang, gori buah yang masih muda, dan babal bunganya. Bukankah lebih tepat kalau kayunya yang disebut gori, karena ditegor i(ditebangi). Cecek untuk nangka muda karena dicacak-cacak untuk dibuat megono. Babal tetap babal karena bias membuat bebelen (sembelit). Nangka lebih tepat untuk buahnya yang sudah matang. Maka dalam perenungan itu pula, Ki Nolo menamai tempat tersebut dengan Penangkan. Masyarakat di Penangkan mempunyai sifat nangka, meskipun luarnya berduri namun dalamnya manis serta berpulut, melambangkan betapa manis dan lekatnya persaudaraan diantara mereka.

Ki Nolo terus merenung, di bawah pohon yang sama, pohon nangka yang sangat rindang diantara pohon nangka lainnya. Terlintas dalam fikirannya sebuah batu besar yang sekeras karang. Dengan batu tersebut ia berniat membuat sebuah bendungan. Sifat karang yang keras, kuat, dijadikanlah pondasi utama bendungan tersebut. Tempat diambilnya batu karang tersebut, dinamainya karang. Masyarakat karang dikenal kuat dan keras.

Ki Nolo mulai membendung kali Welo, tanpa desain, tanpa RAB. Karena bagi Ki Nolo, yang terpenting adalah manfaatnya, bukan keindahan bentuknya. Dibuatlah bendungan itu dengan asal-asalan dengan bentuk seburuk-buruknya, orang Jawa bilang singo-singoho olo-olonan, maka disebutlah bendungan itu dengan nama Bendungan Singonolo.

Ternyata usaha Ki Nolo membendung kali Welo berpengaruh pada kali Aji buatan Ki Aji. Dengan geram Ki Aji mendatangi Ki Nolo yang sedang istirahat disela-sela pembangunan bendungan tersebut. Tanpa sepengetahuan Ki Nolo, Ki Aji langsung menjatuhkan batu besar(Geblog) ke kepala Ki Nolo. Maka daerah tersebut diberinama Geblog, dukuh terkecil dengan keberanian tinggi. Dari dukuh ini pulalah trah Kepala Desa.

Peristiwa penggeblogan itu mengakibatkan Ki Nolo tewas seketika, otaknya terbang sampai timur ,mencorot ngetan. Tempat jatuhnya otak Ki Nolo diberinama Corotan, dukuh paling timur yang masyarakatnya mempunyai otak original.

Darah Ki Nolo mengalir, menyebar, gumelar ke utara. Bekas aliran darah Ki Nolo dinamai Gumelar. Masyarakat yang bersatu dalam perbedaan seperti halnya darah yang selalu merah meskipun terdapat 4 golongan darah A, B, AB, dan O.

Ki Nolo telah tiada, namun jasanya tetap dikenang. Ki Aji menyesal atas perbuatannya, maka iapun menyerukan kepada para muridnya untuk memetik bunga di hutan bunga; Wonosari dan di taburkan di seluruh dukuh yang berhubungan dengan Ki Nolo. Maka, lima dukuh :Penangkan, Karang, Geblog, Corotan, dan Gumelar laksana hujan bunga. Harum, semerbak, dipenuhi jutaan bunga.[1]

Pendidikan sunting

  • SD Negeri Kutosari (dk. Penangkan)
  • MI Muhammadiyah Kutosari (dk. Gumelar)
  • MI Al-Muttaqin (dk. Karang)[2]

Referensi sunting

  1. ^ Sukur, Abdul (2 Agustus 2014). "Legenda Desa Kutosari Kecamatan Doro". Jendela Kamar Kita. Diakses tanggal 17 April 2020. 
  2. ^ "Data Referensi Pendidikan". referensi.data.kemdikbud.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-30. Diakses tanggal 2020-04-18. 

Pranala luar sunting