Kretek, Rowokele, Kebumen

desa di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Kretek adalah desa di kecamatan Rowokele, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Kretek merupakan desa yang terletak 30 Km pada arah barat Kota Kabupaten Kebumen dan 7 Km dari pusat kecamatan Rowokele dengan luas wilayahnya adalah 406 Ha. Desa ini termasuk strategis karena wilayah selatannya dilewati Jalan Nasional Rute 3 yang meghubungkan Jakarta dengan Yogyakarta. Kultural penduduk masih diwarnai dengan tradisi budaya pedesaan dengan azas kekeluargaan dan gotong-royong, urutan jumlah mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani.

Kretek
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKebumen
KecamatanRowokele
Kode pos
54472
Kode Kemendagri33.05.17.2007
Luas406 Ha
Jumlah penduduk3698
Kepadatan0.109789075 Ha

Batas wilayah sunting

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Desa Giyanti
Timur Desa Sukomulyo dan Desa Giyanti
Selatan Kecamatan Buayan
Barat Desa Jatiluhur dan Desa Wonoharjo

Pembagian Wilayah sunting

Desa Kretek mempunyai 5 Dusun dan sub-dusun sebagai berikut:

  1. Dusun Era
  2. Dusun Gendon
  3. Dusun Indrakila
  4. Dusun Karanganyar
  5. Dusun Karangsembung
  6. Dusun Kedungbunder
  7. Dusun Kemantren
  8. Dusun Kedung Bugel
  9. Dusun Sawangan
  10. Dusun Tlaga Jati
  11. Dusun Kedung Duren
  12. Dusun Kedung Dalem

Geografi sunting

Desa Kretek secara astronomi terletak pada 70'-80' LS dan 109'-110' BT. Letak ketinggian Desa Kretek sebelah selatan + 39 di atas permukaan laut. Kondisi topografi wilayah Desa Kretek adalah dataran rendah bergelombang dan sebagian kecil wilayah utara berupa perbukitan serta sebagian kecil perbukitan]] kapur di selatan. Wilayah selatan desa ini dibelah oleh Sungai Kretek. Sedangkan diwilayah timur terdapat Sungai Bantar atau Sungai Giyanti mengalir dari utara ke selatan. Adapun untuk jenis tanah Desa Kretek bejenis tanah lempung merah disebelah utara sedangkan lempung putih/ tanah cadas ada di sebelah selatan. Iklim Desa Kretek sebagaimana Desa-desa yang lain di Indonesia beriklim tropis yaitu enam bulan musim penghujan dan enam bulan musim kemarau,hal ini mempunyai pengaruh langsung terhadap musim tanam di Desa.

Sejarah sunting

Desa Kretek adalah penggabungan dari 2 (dua) desa yaitu Desa Kretek (Panetusan) dan Desa Wanakerta yang dilaksanakan sekitar tahun 1930. Ibu kota Desa Kretek terletak di Dekat Jalan raya dan untuk Ibu Kota Desa Wanakerta terletak di Dusun Wanakerta. Pendiri Desa Wanakerta adalah Ki. Maryan Wanadiwirya anak dari Ki. Cablaka dari istri yang pertama, yang pada zaman dahulu desa Wanakerta masih berupa hutan dan tempat para Perampok, Maling, Kecu dll. Ki. Maryan Wanadiwirya menaklukan para Perampok, Maling, Kecu dll yang akhirnya Ki. Maryan Wanadiwirya diangkat lurah di Tlatah Wanakerta, syahdan untuk mengairi tanah tegalan Pemerintah Kolonial Belanda merencanakan Saluran Irigasi (di Daerah Bendung Jlegong) agar tanah tegalan bisa berubah fungsi menjadi sawah.

Akan tetapi rencana tersebut tidak bisa dilaksanakan karena lokasi saluran melewati batu hitam, dimana batu hitam tersebut tidak bisa diledakan dengan dinamit, akhirnya Ki. Maryan Wanadiwirya dengan ketekunannya tiap hari dengan mentatah batu hitam dengan hanya berbekal satu sisir pisang dan bekong berisi air akhirnya air bisa melewati lokasi batu hitam dan akhirnya Ki. Maryan Wanadiwirya berujar “Barang siapa ikut menikmati air yang berasal dari Bendung Jlegong maka daerah tersebut menjadi reh-rehan (wilayah) Wanakerta”, akhirnya pemerintah kolonial Belanda membuka daerah perkebunan Tebu yang mendapatkan suplai air dari Saluran Irigasi Jlegong dan atas jasa-jasanya Ki. Maryan Wanadiwirya diangkat menjadi Glondong yang mempunyai wilayah tidak dikenai pajak (Glondong versi pemerintahan Kolonial Belanda). Tahun 1930 Desa Wanakerta bergabung dengan Penatusan Kretek yang bernama Desa Kretek.

Pemegang Kepala Desa Wanakerta

  1. Ki. Maryan Wanadiwirya (Glondong)
  2. Ki. Wangsadipa/Kartayuda
  3. Ki. Kartapawira
  4. Ki. Dongkol Muda
  5. Ki. Wiryasentana

Pemegang Kepala Desa Kretek

  1. Masngud Moch. Japar (1930-1945)
  2. Tirtosentono (1945)
  3. Sastro Sukimun (1947)
  4. Tirtosentono (1947-1982)
  5. Kimin Hadi Rusito (1986-2003) 2 periode
  6. Jumadi (2003-2008)
  7. Purwanto (2008-2023) 2 periode

Penggunaan Lahan sunting

  1. Tanah sawah: 123 ha
  2. Tanah tegalan: 189 ha
  3. Tanah pekarangan: 78,123 ha
  4. Tanah lain-lain: 15,877 ha

Pranala luar sunting