Konflik lingkungan

konflik sosial yang bersumber dari degradasi lingkungan atau persebaran sumber daya yang tidak merata

Konflik lingkungan atau yang disebut juga dengan konflik distribusi ekologi, adalah konflik sosial yang disebabkan dari ketidakadilan terhadap akses kepada sumber daya alam dan suatu kondisi dimana terjadi ketimpangan dalam menanggung dampak negatif dari polusi.[1] Istilah ini awal mulanya diperkenalkan oleh Martinez Alier dan Martin O’Connor di tahun 1996 untuk mendeskripsikan sebuah konflik sosial yang tercipta dari kesenjangan terhadap akses mendapatkan sumber daya dan perbedaan konsekuensi dalam menerima efek merugikan dari polutan limbah.[2]

Aktivis lingkungan hidup menyuarakan aspirasi mereka tentang perubahan iklim sembari memblokade Jembatan Lambeth, London

Pihak yang terlibat dalam konflik semacam ini mulai dari komunitas masyarakat setempat yang terdampak, pemerintah suatu negara, perusahaan, investor hingga organisasi pergerakan lingkungan hidup.[3]

Konflik distribusi ekologi sunting

Martinez Alier sudah lebih awal menyebutkan perihal penggunaan istilah ini di tahun 1995, konflik distribusi ekologi muncul diakibatkan dari ketidakadilan terhadap akses ke sumber daya alam yang disebarkan secara tidak merata. Termasuk juga dalam persoalan ini tentang polusi, yang berkaitan erat dengan pelaksanaan kekuasaan para pemangku jabatan yang berwenang dalam mengelola bidang ini. Adanya kelas sosial di dalam masyarakat juga tidak dapat terpisahkan terkait selisih yang terjadi mengenai akses sumber daya maupun dampak negatif polusi yang ada di lingkungan.

Misalnya, sebuah pabrik mencemari sungai dengan membuang limbah sisa industri kesana dan mempengaruhi hajat hidup masyarakat yang menggantungkan kehidupannya dari air di sungai tersebut. Atau, kasus yang sama dapat diterapkan dalam krisis iklim, kenaikan suhu global telah menyebabkan muka air laut naik dan membahayakan kehidupan banyak masyarakat pada kepulauan yang ada di Samudra Pasifik. Kerusakan semacam ini sering sekali diabaikan oleh pasar, sehingga tidak ada kompensasi atasnya.[4]

Sejarah intelektual sunting

Sejak dicetuskan, penggunaan dari istilah konflik distribusi ekologi telah berhubungan erat dengan penelitian dan kajian di bidang politik ekologi, ekonomika ekologis serta ekofeminisme. Istilah ini juga dipakai dalam keperluan non akademik seperti gerakan keadilan lingkungan, yang mana hal ini menjadi titik temu bagi para aktivis dan akademisi untuk membantu gerakan sosial berjuang terkait masalah hukum.

Melalui kuliah umumnya di tahun 1874 yang berjudul 'Wage Labour and Capital', Karl Marx memperkenalkan ide bahwa hubungan ekonomi di bawah kendali sistem kapitalisme erat kaitannya dengan sifat yang eksploitatif, ini berarti kesenjangan ekonomi adalah hal yang tidak terhindarkan dari sistem kapitalisme. Dia kemudian berteori ini semua bisa terjadi karena kapitalisme berkembang melalui modal yang terakumulasi, sebuah proses peningkatan yang membutuhkan tumbal sebagian populasi dalam rangka terus berfungsi.[5]

Berdasarkan teori ini, para akademisi di bidang ekonomi politik menciptakan sebuah istilah 'konflik distribusi ekonomi' untuk mendeskripsikan konflik-konflik yang terjadi dari kesenjangan ekonomi yang berhubungan ini.[6] Konflik semacam ini biasanya terjadi diantara pihak-pihak dengan sebuah hubungan kerja sama ekonomi tetapi dengan kekuatan yang tak seimbang, seperti pembeli dan penjual, atau debitur dengan kreditur.

Resolusi konflik sunting

Sebuah bidang yang terpisah dari resolusi konflik disebut dengan resolusi konflik lingkungan, berfokus pada pengembangan metode-metode kolaboratif untuk mengurangi dan menyelesaikan konflik lingkungan.[7] Sebagai sebuah bidang ilmu terapan, orang-orang yang bekerja mencari solusi dari konflik lingkungan berfokus pada kolaborasi dan konsensus yang dibangun diantara pemangku jabatan. Sebuah analisis dari proses resolusi tersebut menemukan bahwa prediksi terbaik untuk resolusi didapatkan dengan konsultasi yang cukup dari semua pihak yang terlibat.[8]

Sebuah alat baru dengan beberapa potensi adalah pengembangan video gim yang menawarkan pilihan berbeda kepada para pemainnya untuk menangani konflik sumber daya linkungan, misalnya di sektor perikanan.

Daftar Referensi sunting

  1. ^ Scheidel, Arnim; Del Bene, Daniela; Liu, Juan; Navas, Grettel; Mingorría, Sara; Demaria, Federico; Avila, Sofía; Roy, Brototi; Ertör, Irmak (2020-07). "Environmental conflicts and defenders: A global overview". Global Environmental Change (dalam bahasa Inggris). 63: 102104. doi:10.1016/j.gloenvcha.2020.102104. PMC 7418451 . PMID 32801483. 
  2. ^ "Ecological Distribution Conflicts" (dalam bahasa english). Diakses tanggal 2023-05-03. 
  3. ^ Cardoso, Andrea (2015-12). "Behind the life cycle of coal: Socio-environmental liabilities of coal mining in Cesar, Colombia". Ecological Economics (dalam bahasa Inggris). 120: 71–82. doi:10.1016/j.ecolecon.2015.10.004. 
  4. ^ Martinez-Alier, Joan (2018). Dayal, Vikram; Duraiappah, Anantha; Nawn, Nandan, ed. Ecological Distribution Conflicts and the Vocabulary of Environmental Justice (dalam bahasa Inggris). Singapore: Springer. hlm. 187–204. doi:10.1007/978-981-10-5675-8_11. ISBN 978-981-10-5675-8. 
  5. ^ Martinez-Alier, Juan (2002). The environmentalism of the poor : a study of ecological conflicts and valuation. Cheltenham: Edward Elgar Publishing. ISBN 1-84376-548-9. OCLC 860336848. 
  6. ^ Pasquier, J (2003-07). "The Environmentalism of the Poor: A Study of Ecological Conflicts and Valuation Joan Martinez-Alier Edward Elgar, 2002, 312 p". Nature Sciences Sociétés (dalam bahasa Prancis). 11 (3): 337–339. doi:10.1016/S1240-1307(03)00102-X. 
  7. ^ Dukes, E. Franklin (23/2004). "What we know about environmental conflict resolution: An analysis based on research". Conflict Resolution Quarterly (dalam bahasa Inggris). 22 (1-2): 191–220. doi:10.1002/crq.98. ISSN 1536-5581. 
  8. ^ Emerson, Kirk; Orr, Patricia J.; Keyes, Dale L.; Mcknight, Katherine M. (2009-06). "Environmental conflict resolution: Evaluating performance outcomes and contributing factors". Conflict Resolution Quarterly (dalam bahasa Inggris). 27 (1): 27–64. doi:10.1002/crq.247.