Konflik Zona Demiliterisasi Korea

Konflik Zona Demiliterisasi Korea, juga disebut sebagai Perang Korea Kedua oleh beberapa kalangan,[3] adalah serangkaian bentrokan bersenjata tingkat rendah antara pasukan Korea Utara dan pasukan Korea Selatan dan Amerika Serikat, sebagian besar terjadi antara tahun 1966 dan 1969 di Zona Demiliterisasi Korea.

Konflik Zona Demiliterisasi Korea
Bagian dari Konflik Korea

Tentara Amerika dan Korea Selatan di Zona Demiliterisasi, pada 26 Agustus 1967.
Tanggal5 Oktober 1966 – 3 Desember 1969
(3 tahun, 1 bulan dan 4 minggu)
LokasiZona Demiliterisasi Korea
Hasil

Kemenangan Korea Selatan-Amerika Serikat

Pihak terlibat
 Korea Utara
Tokoh dan pemimpin
Korea Utara Kim Il-sung
Korban
Korea Selatan:
  • 299 tewas
  • 550 terluka[1]

Amerika Serikat:
  • 43 tewas
  • 111 terluka
  • 397 tewas
  • 33 tertawan dan membelot
  • 12 tentara dan 2.462 agen ditawan[1]

Latar belakang

sunting

Perang Korea telah menghancurkan Korea Utara dan Selatan, dan meskipun kedua pihak tidak ada yang melepaskan klaimnya untuk menyatukan kembali Korea di bawah penguasaannya, tidak ada pihak pula yang berada dalam posisi untuk memaksa penyatuan kembali.

Pada September 1956, Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Serikat Laksamana Radford mengindikasikan dalam pemerintahan AS bahwa niat militer untuk memperkenalkan senjata atom ke Korea, yang disetujui oleh Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat dan Presiden Eisenhower. Namun ayat 13 (d) Perjanjian Gencatan Senjata Korea mengamanatkan bahwa kedua belah pihak tidak dapat memperkenalkan jenis senjata baru ke Korea, sehingga mencegah diperkenalkannya senjata nuklir dan rudal. Amerika Serikat memutuskan untuk membatalkan secara sepihak ayat 13 (d), melanggar Perjanjian Gencatan Senjata, meskipun ada kekhawatiran dari para sekutu PBB.[4][5] Pada pertemuan Komisi Gencatan Senjata Militer 21 Juni 1957, AS memberi tahu perwakilan Korea Utara bahwa Komando PBB tidak lagi menganggap dirinya terikat oleh paragraf 13 (d) gencatan senjata.[6][7] Pada Januari 1958, rudal Honest John bersenjata nuklir dan meriam atom 280mm dikerahkan ke Korea Selatan,[8] diikuti dalam waktu satu tahun oleh amunisi penghancuran atom[9] dan rudal jelajah Matador bersenjata nuklir yang mampu mencapai Tiongkok dan Uni Soviet.[4][10]

Korea Utara mengecam pembatalan ayat 13 (d) sebagai upaya untuk merusak perjanjian gencatan senjata dan mengubah Korea menjadi zona perang atom AS.[5] Korea Utara merespons dengan menggali benteng bawah tanah besar-besaran yang tahan terhadap serangan nuklir, dan mengerahkan pasukan konvensionalnya sehingga penggunaan senjata nuklir terhadapnya akan membahayakan pasukan Korea Selatan dan AS juga. Pada tahun 1963, Korea Utara meminta bantuan Uni Soviet dalam mengembangkan senjata nuklir, tetapi ditolak. Tiomgkok kemudian, setelah uji coba nuklirnya, juga menolak permintaan Korea Utara untuk membantu mengembangkan senjata nuklir.[4]

Di Korea Utara, kepergian Tentara Pembebasan Rakyat pada Oktober 1958 memungkinkan Kim Il-Sung untuk mengonsolidasikan basis kekuatannya dan memulai Gerakan Chollima bagi pertanian kolektif dan industrialisasi untuk membangun sebuah pangkalan untuk menyatukan kembali Korea secara paksa. Korea Utara tetap bergantung pada Uni Soviet untuk teknologi dan Tiongkok untuk bantuan pertanian.[11]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Bolger, Daniel (1991). Scenes from an Unfinished War: Low intensity conflict in Korea 1966–1969. Diane Publishing Co. hlm. Table 1,3. ISBN 978-0-7881-1208-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-22. 
  2. ^ "Marta". Naval Historical Center Official Website. Department of the Navy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-26. Diakses tanggal April 30, 2007. 
  3. ^ Mitchell Lerner (December 2010). "'Mostly Propaganda in Nature:' Kim Il Sung, the Juche Ideology, and the Second Korean War" (PDF). The North Korea International Documentation Project. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-15. Diakses tanggal 3 May 2012. 
  4. ^ a b c Mark Selden, Alvin Y. So (2004). War and state terrorism: the United States, Japan, and the Asia-Pacific in the long twentieth century. Rowman & Littlefield. hlm. 77–80. ISBN 978-0-7425-2391-3. 
  5. ^ a b Lee Jae-Bong (17 February 2009) [15 December 2008]. "U.S. Deployment of Nuclear Weapons in 1950s South Korea & North Korea's Nuclear Development: Toward Denuclearization of the Korean Peninsula (English version)". The Asia-Pacific Journal. Diakses tanggal 4 April 2012. 
  6. ^ "KOREA: The End of 13D". TIME Magazine. 1 July 1957. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-19. Diakses tanggal 4 April 2012. 
  7. ^ Statement of U.S. Policy toward Korea. National Security Council (Laporan). United States Department of State – Office of the Historian. 9 August 1957. NSC 5702/2. Diakses tanggal 17 April 2012. 
  8. ^ "News in Brief: Atomic Weapons to Korea". Universal International Newsreel. 6 February 1958. Diakses tanggal 4 April 2012. 
  9. ^ Mizokami, Kyle (10 September 2017). "The History of U.S. Nuclear Weapons in South Korea". scout.com. CBS Interactive. Diakses tanggal 13 September 2017. 
  10. ^ "'Detailed Report' Says US 'Ruptured' Denuclearization Process". Korean Central News Agency. 12 May 2003. Diakses tanggal 4 April 2012. 
  11. ^ Bolger, Chapter 1 Background

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Taik-young Hamm (1999) Arming the Two Koreas: State, Capital and Military Power. London: Routledge.
  • Narushige Michishita (2010) North Korea's Military-Diplomatic Campaigns, 1966–2008. London: Routledge.
  • Nicholas Evan Sarantakes (2000) The Quiet War: Combat Operations along the Korean Demilitarized Zone, 1966–1969, Journal of Military History, Vol. 64, Issue 2: 439-458.

Pranala luar

sunting