Komunikasi

menyampaikan informasi melalui pertukaran pikiran, pesan atau informasi

Komunikasi (serapan dari Belanda: communicatie) atau talimarga adalah "suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain".[1] Komunikasi dapat berbentuk verbal dan nonverbal. Verbal merupakan komunikasi yang dilakukan secara lisan dengan vokal berupa ucapan maupun berbentuk tulisan dalam wujud aksara.[2][3][4] Semenyata itu komunikasi nonverbal merupakan komunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau gerak-gerik yang menunjukkan sikap tertentu untuk mewakili pesan, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.[5]

Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian komunikasi, menurut Anwar Arifin, komunikasi merupakan jenis proses sosial yang erat kaitannya dengan aktivitas manusia serta sarat akan pesan maupun perilaku.[6] Skinner juga berpendapat mengenai bagaimana komunikasi sebagai suatu perilaku lisan maupun simbolik di mana pelaku berusaha memperoleh efek yang diinginkan.[7] Kemudian menurut Forsdale komunikasi adalah jenis proses pembentukan, pemeliharaan serta pengubahan sesuatu dengan tujuan agar sinyal yang telah dikirimkan berkesesuaian dengan aturan.[8] Sedangkan menurut Gode komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk membuat sesuatu kemudian ditujukkan kepada orang lain.[9]

Sebuah model komunikasi transaksional

Definisi sunting

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut dengan komunikasi nonverbal.[10]

Sejarah sunting

Komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communis yang berarti 'sama'.[11] Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama.[11] Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.[12] Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya.[13]

Pada awalnya, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis.[14] Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi.[14] Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.[14]

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman.[11] Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran.[15] Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasi transaktif|transaktif, komunikasi bertujuan|bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan|tak bertujuan.[16]

Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.[17] Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.[18]

Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio.[butuh rujukan] Televisi, telepon, satelit, dan jaringan komuter seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia.[butuh rujukan] Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri di mana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya. Namun, subjeknya akan tetap begitu. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.[19]

Filsafat sunting

Filsafat adalah disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis mengenai teori dari proses komunikasi yang meliputi berbagai dimensi dan berdasarkan bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunikasi.

Berikut penjabarannya:

  1. Bidang komunikasi: Bidang ini meliputi komunikasi sosial, komunikasi organiasi, komunikasi bisnis, komunikasi politik, komunikasi internasional, komunikasi antarbudaya, komunikasi pembangunan, dan komunikasi tradisional
  2. Sifat komunikasi: Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.,
  3. Tatanan komunikasi: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan komunikasi media
  4. Tujuan komunikasi: mengubah sikap, mengubah opini, mengubah perilaku, mengubah masyarakat, dan lain-lain
  5. Fungsi komunikasi: mendidik, menginformasikan, menghibur, dan memengaruhi
  6. Teknik komunikasi: komunikasi informatif, komunikasi persuasif, komunikasi pervasif, komunikasi koersif, komunikasi instruktif, dan hubungan manusiawi
  7. Metode komunikasi: jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, perpustakaan, dan sebagainya

Selain itu, filsafat komunikasi mencoba menelaah secara mendalam pemahaman seseorang atau kelompok dalam berkomunikasi, baik berkaitan dengan metodologi, sistematika, analisis, tingkat kekritisannya, dan keuniversalannya.

Komponen sunting

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik.[butuh rujukan] Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi, yaitu[20]

  • Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
  • Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pesan berisi informasi yang sudah diolah dan disampaikan oleh sumber informasi, seperti saat kita berbicara maka pesan tersebut adalah apa yang dikatakan atau saat kita menulis maka apa yang ditulis adalah pesan. Pesan dapat diproduksi melalui komunikasi tatap muka atau tulisan.[21]
  • Saluran (channel) adalah media di mana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
  • Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
  • Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
  • Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").

Proses sunting

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.

  • Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.[22]
  • Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.[22]
  • media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.[22]
  • Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.[23] [22]
  • Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.[24] [22]

Model-model komunikasi

Dari berbagai model komunikasi yang sudah ada, di sini akan dibahas tiga model paling utama, serta akan dibicarakan pendekatan yang mendasarinya dan bagaimana komunikasi dikonseptualisasikan dalam perkembangannya.[12]

Model komunikasi linear sunting

Model komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication.[20] Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati berbagai saluran (channel).[butuh rujukan] Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi linear (linear communication model).[5] Pendekatan ini terdiri atas beberapa elemen kunci: sumber (source), pesan (message), dan penerima (receiver).[12] Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima.[butuh rujukan] Tentu saja hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi.[5] Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama sebuah pesan yang diterima oleh penerima.[20]

Model interaksional sunting

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator.[12] Dengan kata lain, komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung.[5] Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui pengambilan peran orang lain.[20] Patut dicatat bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat.[25] Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik, atau tanggapan terhadap suatu pesan.[5] Umpan balik ini dapat berbentuk verbal atau non-verbal, dan berfungsi sebagai mekanisme untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti dengan benar. Umpan balik membantu memperbaiki atau mengoreksi komunikasi yang mungkin kurang jelas atau kurang efektif.

Model transaksional sunting

Model komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970.[13] Model ini menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi.[butuh rujukan] Komunikasi bersifat transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi.[5] Model transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.[12]

Faktor yang memengaruhi sunting

Faktor yang memengaruhi komunikasi diantaranya:

Latar belakang budaya. sunting

Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.[26]

Ikatan kelompok atau grup sunting

Nilai-nilai yang dianut oleh suatu kelompok sangat memengaruhi cara mengamati pesan.[26]

Harapan sunting

Harapan memengaruhi penerimaan pesan sehingga dapat menerima pesan sesuai dengan yang diharapkan.[26]

Pendidikan sunting

Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.[26]

Sebuah model komunikasi transaksional.

Komunikasi bisnis harus/ada melibatkan pertukaran informasi yang terus-menerus. Lebih banyak bisnis diperluas, lebih besar tekanannya pada bisnis tersebut untuk menemukan cara komunikasi yang lebih efektif – bersama para pekerja dan dengan dunia di luar. Dengan demikian, bisnis dan komunikasi berjalan bergandengan tangan.

Komunikasi bisnis adalah pertukaran gagasan dan informasi yang memiliki tujuan tertentu yang disajikan secara personal atau impersonal melalui simbol-simbol atau sinyal.[27]

Komunikasi bisnis harus/ada melibatkan pertukaran informasi yang terus-menerus. Lebih banyak bisnis diperluas, lebih besar tekanannya pada bisnis tersebut untuk menemukan cara komunikasi yang lebih efektif – bersama para pekerja dan dengan dunia di luar. Dengan demikian, bisnis dan komunikasi berjalan bergandengan tangan.

Dalam komunikasi bisnis terdapat enam unsur pokok, yaitu :[27]

  • Memiliki tujuan, artinya komunikasi bisnis harus memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sejalan dengan tujuan organisasi.
  • Pertukaran, dalam hal ini melibatkan paling tidak dua orang atau lebih yakni komunikator dan komunikan.
  • Gagasan, opini, informasi, instruksi merupakan isi dari pesan yang bentuknya beragam tergantung tujuan, situasi, dan kondisinya.
  • Menggunakan saluran personal atau impersonal yang mungkin bersifat tatap muka, menggunakan media tertentu atau melalui media yang menjangkau jutaan orang secara bersamaan.
  • Menggunakan simbol atau sinyal yang merupakan alat atau metode yang dapat dimengerti atau dipahami oleh penerima untuk menyampaikan pesan.
  • Pencapaian tujuan organisasi: salah satu karakteristik yang membedakan organisasi atau lembaga formal dari informasi adalah adanya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh manajemen.

Jenis-jenis komunikasi bisnis sunting

1. Komunikasi bisnis internal sunting

Kegiatan bertukar pesan ini dilakukan oleh antar unsur perusahaan, meliputi:

  • Komunikasi ke atas: berupa penyampaian informasi dari orang dengan posisi  bawahan kepada atasan. Tentu berdasarkan hierarki organisasi perusahaan.
  • Komunikasi ke bawah: berupa penyampaian pesan dari atasan kepada bawahannya dalam struktur perusahaan.
  • Komunikasi lateral atau teknis: berupa penyampaian yang dilakukan antar departemen kerja atau teman kerja dalam satu departemen/divisi.

2. Komunikasi bisnis eksternal sunting

Berbeda dengan yang pertama, komunikasi ini kaitannya dengan penyampaian pesan kepada orang-orang di luar lingkaran perusahaan, meliputi:

  • Pelanggan
  • Vendor
  • Kompetitor
  • Mitra perusahaan
  • dan lainnya yang punya pengaruh bagi kelangsungan bisnis


Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.

Jenis-jenis komunikasi nonverbal sunting

1. Ekspresi wajah

Ini adalah salah satu jenis komunikasi nonverbal yang memiliki peran besar. Saat berkomunikasi, ekspresi wajah seseorang adalah hal pertama yang akan terlihat, bahkan sebelum kita mendengar apa yang akan lawan bicara katakan. Dari ekspresi wajah, ada banyak sekali informasi yang bisa didapatkan.

Ekspresi wajah juga disebut komunikasi nonverbal yang paling universal. Hal ini karena rata-rata orang akan menunjukkan ekspresi wajah yang sama untuk emosi tertentu. Misalnya, rata-rata orang akan cemberut ketika sedang sedih dan tersenyum berseri-seri saat sedang jatuh cinta.

2. Gestur

Gestur atau gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Gestur yang sering digunakan misalnya seperti melambai, menunjuk, atau menganggukan kepala.

Berbeda dengan eskpresi wajah yang dinilai sangat universal, gestur lebih dipengaruhi oleh budaya dalam suatu masyarakat. Misalnya, ada beberapa gestur yang dinilai tidak sopan jika dilakukan pada suatu kelompok masyarakat tertentu, tetapi pada kelompok masyarakat yang lain gestur tersebut mungkin bersifat netral.

3. Postur tubuh

Postur tubuh juga merupakan salah satu jenis komunikasi nonverbal yang dapat menyampaikan banyak informasi. Bila dikombinasikan dengan gerak tubuh tertentu, postur tubuh bisa memberikan banyak informasi. Misalnya, berdiri tegak dengan meletakkan tangan di pinggul cenderung menunjukkan sikap yang tegas dan berkuasa.

4. Paralinguistik

Paralinguistik adalah aspek nonverbal dari proses bicara (komunikasi verbal). Aspek ini meliputi nada bicara, volume suara, dan ketinggian nada yang digunakan pada suatu pembicaraan.

Paralinguistik ini bisa menunjukkan makna yang sebenarnya dari suatu pembicaraan. Sebagai contoh, Anda menanyakan kabar pada teman, lalu dia menjawab, “Saya baik-baik saja,” dengan nada pelan dan dingin. Dari nada bicaranya ini, Anda bisa tahu bahwa teman Anda mungkin sedang tidak baik-baik saja.

5. Tatapan mata

Tatapan mata juga memainkan peran penting dalam komunikasi nonverbal. Cara seseorang melihat, menatap, dan berkedip dinilai bisa menunjukkan berbagai emosi yang ada pada dirinya. Misalnya, ketika Anda bertemu eorang yang Anda sukai atau hormati, biasanya kecepatan berkedip akan meningkat dan pupil mata membesar.

Tatapan mata pun sering dijadikan patokan untuk menentukan apakah seseorang sedang berkata jujur atau tidak. Kontak mata yang normal dan stabil sering dianggap sebagai tanda bahwa seseorang mengatatakan kebenaran dan dapat dipercaya. Sebaliknya, jika sedang berbohong, orang akan cenderung mengalihkan tatapannya.

6. Sentuhan

Sentuhan juga merupakan salah satu jenis komunikasi nonverbal. Sentuhan bisa digunakan untuk mengomunikasikan berbagai emosi, misalnya kasih sayang, keakraban, dan simpati.

Sentuhan yang dilakukan oleh wanita dan pria biasanya memiliki arti yang berbeda. Wanita cenderung menggunakan sentuhan untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayang, sedangkan pria biasanya menggunakan sentuhan untuk menegaskan kekuasaan dan kendalinya atas orang lain.

7. Penampilan

Penampilan, seperti pilihan warna, pakaian, dan gaya rambut, juga dianggap sebagai salah satu alat komunikasi nonverbal. Penampilan bisa menentukan cara pandang dan reaksi seseorang terhadap orang lain, karena penampilan merupakan salah satu hal yang bisa dilihat pertama kali.

Kendati demikian, informasi yang didapat dari sebuah penampilan biasanya berbeda-beda antar masyarakat, tergantung pada kondisi sosial dan budaya yang ada di masyarakat tersebut.

8. Proksemik

Proksemik merupakan jenis komunikasi nonverbal yang berupa jarak saat komunikasi berlangsung. Jarak atau ruang dalam komunikasi ini biasanya ditentukan oleh seberapa akrab dan nyaman Anda dengan lawan bicara Anda.

Ruang pribadi seseorang biasanya adalah 0,5–1,5 m. Jarak ini biasanya hanya untuk keluarga, sahabat, atau kekasih. Sementara itu, jarak yang biasanya pantas untuk komunikasi profesional dengan rekan kerja atau mengobrol santai dengan teman adalah 1,5–4 m.

Jarak komunikasi yang terlalu dekat dengan seseorang yang baru ditemui atau rekan kerja akan terasa seperti penerobosan ruang pribadi dan bisa membuat lawan bicara tidak nyaman. Sebaliknya, bicara berjauh-jauhan dengan seseorang yang dikenal dekat, misalnya orang tua, guru, atau sahabat, juga akan terasa tidak lazim.

9. Objek

Objek yang dikenakan atau digunakan oleh seseorang juga merupakan salah satu jenis komunikasi nonverbal. Dari objek ini, Anda bisa mendapat banyak informasi tentang identitas seseorang.

Sebagai contoh, jika Anda melihat seseorang memakai jas dokter, Anda bisa langsung mengetahui bahwa orang tersebut adalah seorang dokter tanpa perlu berbicara atau bercakap-cakap dengannya.

Komunikasi objek sunting

Seorang polisi yang menggunakan seragam merupakan salah satu bentuk komunikasi objek. Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian rapi cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.

Sentuhan sunting

Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.

Kronemik sunting

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).

Gerakan tubuh sunting

Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gestur adalah gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.

Proksemik sunting

Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal:

  • Jarak intimJarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
  • Jarak personalJarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
  • Jarak sosialDalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
  • Jarak publikJarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.

Vokalik sunting

Vokalik adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.

Lingkungan sunting

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Di antaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

Fungsi Komunikasi Nonverbal sunting

Fungsi pertama: Repetisi sunting

Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.

Fungsi Kedua: Subtitusi sunting

Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").

Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.

Fungsi Ketiga: Kontradiksi sunting

Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir.

Fungsi Keempat: Aksentuasi sunting

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat nonverbal tersebut disebut affect display.

Fungsi Kelima: Komplemen sunting

Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

Variasi budaya dalam komunikasi nonverbal sunting

Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan ketepercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya.


Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa, yaitu fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatis.

Komunikasi verbal terbagi menjadi dua, komunikasilisa atau oral communication (berbicara dan mendengar, komuikasi tertulis atau written communication (menulis dan membaca).

Komunikasi lintas budaya adalah proses di mana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru)".

Berkenaan dengan komunikasi lintas budaya yang tepat, dengan mempelajari situasi di mana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda saling berinteraksi. Selain bahasa, komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya dari kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga melibatkan pemahaman budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari negara-negara lain. Komunikasi lintas budaya berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, studi budaya, linguistik, psikologi dan ilmu komunikasi. Komunikasi lintas budaya ini juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional. Ada beberapa penyedia layanan dari lintas-budaya yang dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi lintas budaya itu sendiri. Penelitian ini merupakan bagian utama dari perkembangan ketrampilan dari komunikasi lintas budaya.

Komunikasi bisnis antar budaya sunting

Komunikasi bisnis antar budaya sangat membantu dalam membangun kecerdasan budaya melalui pembinaan dan pelatihan dalam komunikasi antar budaya, antar-budaya negosiasi, multikultural resolusi konflik, layanan pelanggan, bisnis, dan komunikasi organisasi. Pemahaman antar budaya tidak hanya untuk ekspatriat yang masuk. Pemahaman antar budaya dimulai dengan orang-orang yang bertanggung jawab untuk proyek dan mencapai orang-orang di dalam menyampaikan layanan, atau konten. Kemampuan untuk berkomunikasi, bernegosiasi, dan bekerja secara efektif dengan orang-orang dari budaya lain sangat penting untuk bisnis internasional.

Masalah sunting

Masalah dalam komunikasi lintas budaya biasanya datang dari masalah di dalam transmisi pesan. Dalam komunikasi antara orang-orang dari budaya yang sama, orang yang menerima pesan menafsirkannya berdasarkan pada nilai-nilai, keyakinan, dan harapan untuk perilaku yang mirip dengan orang-orang yang mengirim pesan. Ketika ini terjadi, cara pesan yang ditafsirkan oleh penerima cukup mirip dengan apa yang dimaksudkan oleh sang pembicara. Namun, ketika penerima pesan adalah orang dari budaya yang berbeda, penerima menggunakan informasi dari budaya sang pembicara untuk menafsirkan pesan. Pesan yang ditafsirkan mungkin sangat berbeda dari apa yang pembicara maksudkan.

Atribusi adalah proses di mana orang-orang yang mencari penjelasan tentang perilaku orang lain. Ketika seseorang tidak memahami orang lain, ia biasanya menyalahkan kebingungan tersebut kepada orang lain "kebodohan, kebohongan, atau kegilaan".

Komunikasi yang efektif bergantung pada pengertian informal antara pihak-pihak yang terlibat yang didasarkan pada kepercayaan yang berkembang di antara mereka. Ketika kepercayaan itu ada, implisit pengertian dalam komunikasi dan perbedaan budaya dapat diabaikan, dan masalah-masalah dapat ditangani dengan lebih mudah. Arti dari kepercayaan dan bagaimana hal ini dikembangkan serta dikomunikasikan berbeda-beda di masyarakat. Demikian pula, beberapa budaya memiliki kecenderungan yang lebih dipercaya dibandingkan dengan yang lain.

Komunikasi nonverbal adalah suatu perilaku yang berkomunikasi tanpa kata—kata-meskipun sering kali dapat disertai dengan kata-kata. Variasi kecil dalam bahasa tubuh, ucapan, irama, dan ketepatan waktu sering menyebabkan ketidakpercayaan dan persepsi yang salah dari situasi antara pihak-pihak antar budaya.

Perilaku kinestetik adalah cara komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Arti dari perilaku tersebut bervariasi di tiap negara.

Occulesics adalah bentuk dari kinesics yang melibatkan kontak mata dan penggunaan mata untuk menyampaikan pesan.

Proxemics menyangkut kepada kedekatan serta tempat dari proses komunikasi (misalnya: ruang pribadi atau tata letak kantor).

Paralanguage mengacu pada bagaimana sesuatu dikatakan bukan isi dari apa yang dikatakan, misalnya kecepatan nada bicara, perubahan suara, suara-suara lain, tawa, menguap, dan keheningan.

Objek bahasa atau kebudayaan material mengacu pada cara kita berkomunikasi melalui bahan artefak—misalnya, arsitektur, desain kantor dan perabotan, pakaian, mobil, kosmetik, dan waktu. Pada monochronic budaya, waktu dialami secara linear dan sebagai sesuatu yang harus dihabiskan, disimpan, dibuat, atau disia-siakan. Orang-orang cenderung untuk berkonsentrasi hanya pada satu hal dalam suatu waktu. Pada polychronic budaya, orang-orang mentolerir banyak hal-hal yang terjadi secara bersamaan dan menekankan keterlibatan dengan orang lain. Dalam budaya ini, orang-orang sangat mudah teralihkan, fokus pada beberapa hal sekaligus, dan sering mengubah rencana.

Manajemen sunting

Poin-poin penting untuk dipertimbangkan:

  • Mengembangkan kepekaan budaya.
  • Mengantisipasi makna yang akan diterima oleh penerima.
  • Kehati-hatian dalam menulis kode.
  • Menggunakan kata-kata, gambar, dan gerak tubuh.
  • Menghindari slang, idiom, pepatah daerah.
  • Transmisi selektif.
  • Membangun hubungan, saling bertatapan muka jika mungkin.
  • Hati-hati dalam menjabarkan isi kode dari tanggapan pihak lain.
  • Mendapatkan tanggapan dari beberapa pihak.
  • Meningkatkan kemampuan mendengar dan keterampilan dalam observasi.
  • Menindaklanjuti setiap tindakan.

Fasilitasi sunting

Ada hubungan antara kepribadian seseorang dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan di suatu negara tertentu—termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dalam lingkungan tersebut.

Dua kunci kepribadian adalah keterbukaan dan ketahanan. Keterbukaan meliputi ciri-ciri seperti toleransi untuk ambiguitas, sikap ekstrovert, dan keterbukaan pikiran. Ketahanan termasuk memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik, ketekunan, toleransi untuk ambiguitas, dan akal.

Faktor-faktor tersebut yang dikombinasikan dengan kebudayaan seseorang dan identitas rasial serta tingkat kesiapan terhadap perubahan akan menghasilkan pribadi yang memiliki potensi untuk dapat beradaptasi.

Teori-teori sunting

Berikut ini jenis teori dapat dibedakan dalam untaian yang berbeda: fokus pada hasil yang efektif, akomodasi atau adaptasi, identitas negosiasi dan manajemen, jaringan komunikasi, akulturasi dan penyesuaian.

Rekayasa sosial hasil yang efektif sunting

  • Konvergensi budaya
Dalam sistem sosial yang relatif tertutup, di mana komunikasi antara anggota tidak dibatasi, sistem secara keseluruhan akan cenderung berkumpul dari waktu ke waktu menuju negara yang memiliki keseragaman budaya yang lebih besar. Sistem akan cenderung menyimpang ke arah keragaman ketika komunikasi dibatasi.
  • Teori akomodasi komunikasi
Teori ini berfokus pada strategi linguistik untuk mengurangi atau menambah jarak komunikatif..
  • Adaptasi lintas budaya
Teori ini dirancang untuk menjelaskan bagaimana komunikator beradaptasi satu sama lain di "pertemuan terkait tujuan", di mana faktor-faktor budaya perlu dimasukkan. Menurut teori adaptasi lintas budaya, kompetensi komunikatif adalah ukuran dari adaptasi yang disamakan dengan asimilasi. Menurut Gudykunst dan Kim (2003), "proses adaptasi antar budaya melibatkan interaksi terus menerus dari dekulturasi dan akulturasi budaya yang membawa perubahan pada orang asing [imigran] ke arah asimilasi, tingkat tertinggi dari adaptasi secara teoretis dapat dibayangkan" (p. 360). Pendekatan ini pertama kali diteorikan pada puncak kolonialisme di Victorian England oleh Herbert Spencer yang menerapkan gagasan adaptasi yang ia pinjam dari Francis Galton untuk penyesuaian sosial dan efisien hasil kekayaan produksi. Kompetensi komunikatif didefinisikan sebagai pemikiran, perasaan, dan perilaku pragmatis dalam cara-cara yang ditetapkan sesuai dengan budaya mainstream yang dominan. Kompetensi komunikasi merupakan hasil yang berdasarkan ukuran yang dikonseptualisasikan sebagai fungsional/operasional yang sesuai dengan kriteria lingkungan seperti kondisi kerja. Di luar ini, adaptasi berarti "kebutuhan untuk menyesuaikan diri" (p. 373) pada mainstream "realitas objektif" dan "mode pengalaman yang diterima" (Gudykunst dan Kim, 2003, hlm. 378). Teori adaptasi mendukung "dekulturasi" imigran dan migran, "melupakan" diri mereka sendiri, serta mencampurkan nilai-nilai, keyakinan, tujuan, dan perilaku budaya lokal sehingga mereka dapat menjadi "cocok untuk hidup dengan" budaya tersebut (Gudykunst dan Kim, 2003, hlm. 358). Adaptasi dengan demikian didalilkan sebagai proses zero-sum di mana minoritas orang dikonseptualisasikan sebagai sesuatu seperti wadah terbatas sehingga ketika beberapa tujuan baru atau keyakinan ditambahkan atau dipelajari, sesuatu yang lama harus "dihilangkan". Penggerak utama asimilias mengulangi argumen spencer yang menyatakan bahwa demi keberhasilan budaya mainstream ("efektif kemajuan") adaptasi/asimilasi harus berada di arah dominan dari budaya mainstream. Sementara Spencer mendalilkan budaya mainstream yang dominan dari cara berpikir, merasa, dan berperilaku, Gudykunst dan Kim (2003) mendefinisikan kelompok dominan sebagai mayoritas numerik sederhana ("diferensial ukuran populasi" Gudykunst dan Kim, 2003, hlm. 360). Setiap kecenderungan oleh pendatang baru untuk mempertahankan identitas asli mereka (bahasa, agama-agama, etnis asosiasi termasuk perhatian "etnis media", keyakinan, cara berpikir, dan sebagainya) didefinisikan oleh Gudykunst dan Kim (2003) sebagai operasional/fungsional ketidaklayakan (hlm. 376), penyakit mental (hlm. 372-373, 376), dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi, disposisi dihubungkan oleh Spencer dan Galton dan kemudian Gudykunst dan Kim (2003), untuk melekat kepada kecenderungan dari kepribadian serta sifat-sifat lain seperti sikap tertutup terhadap ide baru (hlm. 369), emosional yang belum matang (hlm. 381), etnosentris (hlm. 376), dan kurang kompleksitas kognitif (hlm. 382, 383). Kesesuaian dari tekanan telah ditetapkan sejak W. E B. Dubois pada tahun 1902 sebagai simbolik dari kekerasan terutama ketika kaum minoritas tidak sesuai bahkan karena sifat yang melekat seperti cacat, ras, gender, etnis, dan sebagainya. Dipaksakannya kepatuhan / asimilasi berdasarkan kelompok mayoritas merupakan paksaan dari apa yang dtulis Pierre Bourdieu pada tahun 1960-an dan berkaitan dengan isu-isu komunikasi lintas budaya dan konflik yang disebut kekerasan simbolik (dalam bahasa inggris, Bourdieu, P. (1977). Garis besar Teori Praktek. Cambridge dan New York: Cambridge Univ Press). Sebagai Bourdieu (1977) menyatakan, efek dari kekerasan simbolik seperti pemaksaan budaya asli, katalis untuk adaptasi antar budaya yang "positif" menurut Gudykunst dan Kim (2003), hasil minoritas dari kejiwaan orang . Jika kekuatan koersif cukup besar dan efikasi diri serta harga diri kaum imigran minoritas hancur, dapat menyebabkan efek seperti adanya pengakuan hubungan kekuasaan yang terletak di dalam matriks sosial dari bidang tertentu. Misalnya, dalam proses timbal balik penukaran hadiah dalam bahasa Kabyle di masyarakat Aljazair, di mana ada asimetri kekayaan antara dua pihak baik yang diberkahi pemberi "akan dapat memaksakan hubungan hirarki yang ketat dan utang pada penerima."
  • Proses kerja teori budaya
Dalam bentuk paling umum, proses kerja teori komunikasi budaya mengacu pada interaksi antara pihak yang kurang terwakili dengan dominan anggota kelompok. Proses kerja teori budaya termasuk di dalamnya tetapi tidak membatasi orang-orang dari berbagai warna kulit, wanita, orang-orang cacat, laki-laki gay dan lesbian, dan orang-orang dalam kelas sosial bawah. Proses kerja dari teori budaya, seperti yang dikembangkan oleh Mark P. Orbe, tampak pada cara-cara strategis di mana proses kerja dari teori budaya ada pada saat anggota kelompok berkomunikasi dengan orang lain. Selain itu, kerja dari kerangka budaya memberikan penjelasan untuk bagaimana orang yang berbeda dapat berkomunikasi berdasarkan enam faktor.

Negosiasi Identitas atau manajemen sunting

  • Teori manajemen identitas
  • Negosiasi identitas
  • Teori identitas budaya
  • Model ayunan ganda

Jaringan komunikasi sunting

  • Jaringan dan kompetensi komunikasi grup luar
  • Jaringan intracultural VS jaringan intercultural
  • Jaringan dan akulturasi

Akulturasi dan penyesuaian sunting

  • Akulturasi komunikasi
Teori ini mencoba untuk menggambarkan di mana "adaptasi antar budaya sebagai upaya kolaboratif orang asing dan penerimaan lingkungan terlibat dalam upaya bersama."
  • Kegelisahan / ketidakpastian
Ketika orang asing berkomunikasi dengan orang lokal, mereka mengalami ketidakpastian dan kecemasan. Orang asing perlu untuk mengelola ketidakpastian serta kecemasan mereka dalam rangka untuk dapat secara efektif berkomunikasi dengan orang lokal dan kemudian mencoba untuk mengembangkan prediksi-prediksi akurat dan penjelasan-penjelasan untuk perilaku orang-orang lokal.
  • Asimilasi, penyimpangan, dan kondisi keterasingan
Asimilasi dan adaptasi adalah hasil yang tidak permanen dari proses adopsi; sebaliknya, mereka adalah hasil sementara dari proses komunikasi antara orang lokal dan imigran. "Keterasingan atau asimilasi dalam kelompok atau individu, adalah hasil dari hubungan antara perilaku menyimpang dan lalai dalam komunikasi."

Komunikasi bisnis antar budaya sangat membantu dalam membangun kecerdasan budaya melalui pembinaan dan pelatihan dalam komunikasi antar budaya, antar-budaya negosiasi, multikultural resolusi konflik, layanan pelanggan, bisnis, dan komunikasi organisasi. Pemahaman antar budaya tidak hanya untuk ekspatriat yang masuk. Pemahaman antar budaya dimulai dengan orang-orang yang bertanggung jawab untuk proyek dan mencapai orang-orang di dalam menyampaikan layanan, atau konten. Kemampuan untuk berkomunikasi, bernegosiasi dan bekerja secara efektif dengan orang-orang dari budaya lain sangat penting untuk bisnis internasional.

Kompetensi lintas budaya sunting

Komunikasi lintas budaya kompeten ketika ia menyelesaikan tujuan dengan cara yang sesuai dengan konteks dan hubungan. Komunikasi lintas budaya menjadi kebutuhan untuk menjembatani dikotomi antara kesesuaian dan efektivitas: yang tepat pada sarana komunikasi lintas budaya dan mengarah ke 15% penurunan miskomunikasi.

  • Kesesuaian. Menghargai aturan-aturan, norma-norma, dan harapan dari hubungan tidak dilanggar secara signifikan
  • Efektivitas. Menghargai tujuan atau imbalan (relatif terhadap biaya dan alternatif) yang dicapai.

Teori-teori sunting

Berikut ini jenis teori dapat dibedakan dalam untaian yang berbeda: fokus pada hasil yang efektif, akomodasi atau adaptasi, identitas negosiasi dan manajemen, jaringan komunikasi, akulturasi dan penyesuaian.

  • Konteks: Sebuah penilaian bahwa seseorang yang kompeten adalah yang dibuat di kedua relasional dan konteks situasional. Ini berarti bahwa kompetensi tidak didefinisikan sebagai sebuah atribut tunggal, artinya seseorang bisa menjadi sangat kuat dalam satu bagian dan cukup baik di tempat lain. Situasional berbicara mengenai kompetensi yang dapat didefinisikan secara berbeda untuk budaya yang berbeda. Misalnya, kontak mata menunjukkan kompetensi dalam budaya barat sedangkan untuk budaya Asia terlalu banyak kontak mata menjadi sesuatu yang kurang sopan.
  • Kesesuaian: berarti bahwa perilaku yang dapat diterima dan sesuai harapan dari setiap budaya tertentu.
  • Efektivitas: perilaku yang menyebabkan hasil yang diinginkan dapat tercapai.
  • Pengetahuan: Ini ada hubungannya dengan luasnya informasi yang Anda miliki tentang kebudayaan orang yang sedang berinteraksi dengan Anda. Hal ini penting agar Anda dapat menafsirkan makna dan memahami budaya mereka secara umum dan pengetahuan budaya tertentu.
  • Motivasi: Ini ada hubungannya dengan asosiasi emosional karena mereka berkomunikasi antar budaya. Perasaan dari reaksi Anda terhadap pikiran dan pengalaman berhubungan dengan motivasi. Niat dari pikiran yang memandu pilihan Anda, itu adalah tujuan atau rencana yang mengarahkan perilaku Anda. Ini dua hal yang berperan dalam motivasi.

Alat-alat dasar untuk perbaikan sunting

Berikut ini adalah cara untuk meningkatkan kompetensi dalam komunikasi:

  • Tampilan menarik: menunjukkan rasa hormat dan hal positif untuk orang lain
  • Orientasi pengetahuan: Istilah yang digunakan orang untuk menjelaskan diri mereka sendiri dan persepsi mereka tentang dunia
  • Empati: Berperilaku dalam cara-cara yang menunjukkan Anda memahami dunia sebagaimana yang orang lain lakukan
  • interaksi manajemen: keterampilan di mana Anda mengatur percakapan
  • Tugas peran perilaku: memulai ide-ide yang mendorong kepada kegiatan pemecahan masalah.
  • Relasional perilaku peran: harmoni antara interpersonal dan mediasi
  • Toleransi untuk ambiguitas: kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi-situasi baru dengan sedikit ketidaknyamanan
  • Interaksi postur: Menanggapi orang lain dalam deskriptif, non-menghakimi cara.

Faktor-faktor penting sunting

  • Kemahiran dalam bahasa budaya lokal: pemahaman tata bahasa dan kosakata
  • Pemahaman bahasa pragmatik: bagaimana menggunakan strategi kesopanan dalam membuat permintaan dan cara menghindari dalam memberikan terlalu banyak informasi
  • Menjadi sensitif dan menyadari pola komunikasi non verbal dalam budaya lain
  • Menyadari gerakan yang dapat menyinggung atau memiliki arti yang berbeda dalam berbagai budaya
  • Pemahaman budaya kedekatan dalam ruang fisik dan paralinguistik suara untuk menyampaikan makna yang dimaksud.

Ciri-ciri sunting

  • Fleksibilitas
  • Toleransi terhadap ketidakpastian yang tinggi
  • Reflectiveness
  • Keterbukaan pikiran
  • Sensitivitas
  • Kemampuan beradaptasi
  • Terlibat dalam sistem tingkat berpikir yang berbeda.

Faktor - faktor yang memengaruhi komunikasi verbal:

  • Nada suara
  • Menggunakan kata-kata deskriptif
  • Penekanan pada frasa tertentu
  • Volume suara

Cara pesan diterima tergantung pada faktor-faktor ini karena mereka memberikan interpretasi yang lebih besar bagi penerima dan seperti apa yang dimaksudkan oleh pesan. Dengan menekankan frasa tertentu dengan nada suara, hal ini menunjukkan bahwa hal tersebut penting dan harus lebih terfokus pada hal itu.

Selain atribut-atribut ini, komunikasi verbal ini juga disertai dengan isyarat non-verbal. Isyarat ini membuat pesan menjadi lebih jelas dan memberikan indikasi kepada pendengar mengenai cara informasi yang harus diterima.

Negosiasi identitas atau manajemen sunting

  • Ekspresi wajah
  • Gerakan tangan
  • Penggunaan benda-benda
  • Gerakan tubuh

Dalam hal komunikasi lintas budaya ada hambatan bahasa yang dipengaruhi oleh bentuk verbal dari komunikasi. Dalam hal ini ada kesempatan untuk terjadi miskomunikasi antara dua pihak atau lebih. hambatan-hambatan lain yang berkontribusi terhadap miskomunikasi dapat menjadi jenis kata-kata yang dipilih dalam percakapan. Jangan sampai perbedaan budaya menjadi ada yang berbeda dalam makna dan kosakata yang dipilih, hal ini memungkinkan untuk pesan antara pengirim dan penerima dapat disalahartikan.

Komunikasi nonverbal sunting

Jaringan komunikasi sunting

  • Ekspresi wajah dan gerak tubuh
  • Pakaian
  • Gerakan
  • Postur tubuh
  • Kontak mata

Bila tindakan ini dipasangkan dengan komunikasi verbal, maka pesan dibuat dan dikirim. Bentuk komunikasi nonverbal adalah perilaku kinesik. Perilaku kinesik adalah komunikasi melalui gerakan tubuh—misalnya, postur, gerak tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Makna dari perilaku tersebut bervariasi antar negara dan memengaruhi komunikasi lintas budaya. Bentuk komunikasi nonverbal secara kinesik adalah kontak mata dan menggunakan mata untuk menyampaikan pesan. Secara keseluruhan, komunikasi nonverbal memberikan petunjuk untuk apa yang dikatakan secara verbal dengan penggambaran fisik. Teknik komunikasi nonverbal yang digunakan di seluruh dunia dan di beberapa budaya. Komunikasi nonverbal dan kinesik bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi tanpa kata-kata. Proxemics, bentuk komunikasi nonverbal, berkaitan dengan pengaruh kedekatan dan ruang komunikasi. Bentuk lain dari perilaku nonverbal dan komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi lintas budaya adalah paralanguage. Paralanguage mengacu pada bagaimana sesuatu yang dikatakan, bukan isi dari apa yang dikatakan—misalnya, kecepatan bicara, nada dan infleksi suara, suara-suara lain, tertawa, menguap, dan keheningan. Paralanguage akan kemudian menyentuh dalam bagian verbal dari komunikasi lintas budaya.

Komunikasi nonverbal telah ditunjukkan untuk memperhitungkan antara 65% dan 93% dari ditafsirkannya proses komunikasi. Variasi Kecil dalam bahasa tubuh, ucapan, irama, dan ketepatan waktu sering menyebabkan ketidakpercayaan dan persepsi yang salah dari situasi antara pihak pelaku lintas budaya. Hal tersebut adalah di mana komunikasi nonverbal dapat menyebabkan masalah dengan komunikasi lintas budaya. Kesalahpahaman dengan komunikasi nonverbal dapat menyebabkan miskomunikasi dan penghinaan dengan perbedaan budaya. Sebagai contoh, kegiatan menjabat tangan dalam satu budaya mungkin akan sebagai sesuatu yang pantas dilakukan, sedangkan bagi kebudayaan lain dapat disebut sebagai sesuatu yang kasar atau tidak pantas.

Komunikasi nonverbal dapat digunakan tanpa menggunakan komunikasi verbal. Hal ini dapat digunakan sebagai sistem pengkodean untuk orang-orang yang tidak menggunakan perilaku verbal untuk berkomunikasi di dalam budaya yang berbeda, di mana berbicara tidak diperbolehkan. Sebuah ekspresi wajah yang dapat memberikan isyarat kepada orang lain dan juga untuk mengirimkan pesan, tanpa menggunakan komunikasi verbal.

Sesuatu yang biasanya terjadi tanpa disadari dalam budaya dan komunikasi adalah bahwa cara berpakaian seseorang dapat digunakan sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Apa yang dipakai seseorang dapat juga memberitahu banyak hal tentang mereka. Misalnya, apakah seseorang tersebut miskin atau kaya, muda atau tua atau jika mereka memiliki budaya dan keyakinan tertentu semua dapat dikatakan melalui cara berpakaian dan gaya yang mereka tampilkan. Ini adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal.

Komunikasi sunting

  • De Vito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih, formal maupun informal. Komunikasi interpersonal dimengerti sebagai umpan balik yang saling berkaitan satu sama lain dengan tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan efektivitas antara pribadi. Komunikasi interpersonal mengharuskan pelaku untuk bertatap muka antara dua orang atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non verbal sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif.
  • Rogers (dalam Rakhmat, 2012) mengatakan bahwa makin baik komunikasi interpersonal, maka makin terbuka seseorang mengungkapkan dirinya dan makin positif persepsinya terhadap orang lain melebihi persepsi dirinya.
  • Tubbs dan Moss (2008) mengartikan komunikasi interpersonal sebagai sebuah proses komunikasi antara komunikan dan komunikator yang ditandai dengan terwujudnya saling pengertian, kesenangan, saling memengaruhi, hubungan sosial yang baik, juga adanya tindakan nyata sebagai umpan-balik. Komunikasi diharapkan dapat mengurangi dampak buruk yang timbul pada kelompok yang berkaitan dengan kejenuhan dalam pekerjaan.
  • Cangara (2005) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sangat penting untuk meningkatkan hubungan antar individu, menghindari dan mengatasi konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian, berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain, mengendalikan perilaku, memberi motivasi, sebagai pernyataan emosi, dan memberikan suatu informasi.

Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap individu yang mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Komunikasi adalah proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan antar individu. Komunikasi dalam menyentuh aspek-aspek yang lebih dalam dari setiap orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut, baik tentang hidup pada masa lalu, tentang keluarga, dan kegiatan yang sedang dilakukan sekarang. Salah satu komponen komunikasi adalah saling mendengarkan. Mendengarkan sangat penting, karena dengan mendengarkan setiap pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa komunikasi dapat saling memahami dan memberi umpan balik atau respons dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang bersamaan.

Selain proses, komunikasi juga dapat dimaknai sebagai suatu transaksi informasi di mana tidak hanya berkaitan dengan kegiatan fisik. Komunikasi juga merupakan suatu tindakan yang bersifat psikologis, yakni berkaitan dengan impresi dari orang yang terlibat dalam komunikasi. Impresi dibentuk dalam pikiran orang-orang yang sedang terlibat dalam komunikasi.

Komponen-komponen Komunikasi sunting

Pemberi Pesan sunting

Setiap orang terlibat dalam komunikasi karena memiliki informasi, gagasan, dan perasaan yang mereka bagi kepada orang lain. Komunikasi tidak berjalan satu arah, namun bersifat timbal balik antara pemberi pesan dan penerima pesan. Pemberi pesan dapat menjadi penerima pesan, dan penerima pesan dapat menjadi pemberi pesan. Peran-peran ini dapat terjadi saat komunikasi sedang berlangsung.

Pesan sunting

Pesan merupakan ide-ide dan perasaan yang dibagi antara pengirim dan penerima. Inti dari sebuah peristiwa komunikasi adalah pesan, suatu maksud atau gagasan yang ingin disampaikan. Faktor yang memengaruhi suatu pesan diterima adalah kejelasan, kesiapan penerima, kompleksitas, panjangnya pesan, dan informasi yang terorganisir. Ide-ide dan perasaan dikomunikasikan jika ide atau gagasan itu dipresentasikan dengan simbol-simbol. Simbol terdiri dari dua, yaitu simbol verbal dan nonverbal. Simbol verbal bersifat terbatas dan kompleks, sedangkan simbol nonverbal dapat berupa ekspresi wajah, gestikulasi, postur tubuh, tekanan suara, penampilan dan lain-lain.

Umpan Balik sunting

Umpan Balik merupakan respons yang diberikan oleh penerima dan pemberi pesan dalam sebuah peristiwa komunikasi. Dengan adanya umpan balik, para partisipan yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dapat mengetahui bahwa gagasan atau perasaan mereka diterima sesuai dengan yang diharapkan. Pengirim dan penerima pesan dalam komunikasi tatap muka memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberikan umpan balik secara langsung. Dalam komunikasi tatap muka ini, para partisipan dapat memiliki kesempatan untuk melihat apakah pesan yang disampaikan dipahami dan diikuti atau tidak.

Gangguan sunting

Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu komunikasi, termasuk sikap dan emosi penerima dan pemberi pesan. Stres, cemas, sikap-sikap negatif dan motivasi rendah merupakan faktor yang memengaruhi gangguan. Gangguan dapat terjadi dalam tiga bentuk yakni eksternal, internal, dan semantik.

Gangguan Eksternal (External Noise)[ sunting

Gangguan eksternal datang dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa udara panas maupun dingin, kegaduhan dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya. Kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan dapat mengganggu penerima dan pemberi pesan dalam memahami pesan yang disampaikan.

Gangguan Internal (Internal Noise) sunting

Gangguan internal terjadi dalam pikiran penerima dan pemberi pesan. Bila pemberi dan penerima pesan tidak fokus pada pesan atau komunikasi yang sedang terjadi, maka pesan tidak dapat dimengerti atau disampaikan sebagaimana mestinya. Misalnya, seorang mahasiswa tidak mendengar dosennya, karena pada saat dosen mengajar, mahasiswa tersebut sedang berpikir tentang makan siang.

Gangguan Semantik (Semantic Noise) sunting

Gangguan semantik disebabkan oleh reaksi emosional para partisipan terhadap kata-kata yang digunakan. Para partisipan biasanya memiliki reaksi negatif terhadap orang-orang yang membuat pernyataan.

Media/Saluran] sunting

Media/saluran adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Dalam komunikasi tatap muka, media yang utama adalah suara dan pandangan. Media yang lain berupa radio, televisi, tape, surat kabar, dan majalah.

Setting (Lingkungan) sunting

Setting adalah lingkungan di mana komunikasi terjadi. Setting dapat memiliki pengaruh yang signifikan pada komunikasi. Formal Setting tepat untuk presentasi formal. Misalnya auditirorium yang baik digunakan untuk memberikan pidato, dan presentasi, tetapi tidak baik untuk percakapan yang bersifat personal dan intim.

Openness (Keterbukaan) sunting

Artinya tiap pihak bersedia membuka diri atau membagi informasi tentang dirinya yang biasanya dirahasiakan, dan juga bersedia mendengarkan pesan dari lawan bicara secara terbuka dan merespons dengan jujur.

Empathy (Empati) sunting

Artinya kemampuan individu untuk memahami lawan bicara berdasarkan sudut pandang lawan bicaranya tersebut. Kemampuan ini membantu individu untuk mengerti apa yang dilalui oleh lawan bicaranya secara emosional. Jadi ikut merasakan perasaan orang lain.

Positiveness (Sikap positif) sunting

Mengacu pada kemampuan individu dalam menggunakan pesan yang positif. Memuji hal-hal positif yang dimiliki oleh lawan bicara, mengekspresikan kepuasan dalam berkomunikasi dengannya, tersenyum, menjaga kedekatan posisi tubuh pada saat berbicara, dll.

Supportiveness (Sikap Mendukung) sunting

Terdiri dari dukungan yang terucap maupun yang tidak terucap, seperti senyuman atau anggukan kepala. Memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap: deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik, dan provisional bukan sangat yakin

Equality (Kesetaraan) sunting

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dibagi.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, perselisihan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengharuskan individu untuk menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesamaan kepribadian bertujuan agar masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki suatu yang penting untuk dikontribusi kepada orang lain.

Media komunikasi sunting

Media komunikasi adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media dominan dalam berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti telinga dan mata. Media juga merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan yang lebih jauh, sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai landasan penyampai informasi, sebagai komunikasi interaktif yang meliputi opini audiens, Sebagai penanda pemberi intruksi atau petunjuk, Sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus terhadap orang lain, cermin yang merefleksikan diri kita dan penghalang yang menutupi kebenaran. Media komunikasi juga dijelaskan sebagai sebuah sarana yang dipergunakan sebagai memproduksi, reproduksi, mengolah dan mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat. Secara sederhana, sebuah media komunikasi adalah sebuah perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar efisien dalam menyebarkan informasi atau pesan. Komunikasi merupakan bentuk percakapan yang berlangsung atas dasar persamaan persepsi. Komunikasi dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan berasal dari kata communis yang berarti sama.

Teori Media sunting

Teori Semiotik pesan sunting

media sangat menarik dari sudut pandang semiotik atas campuran sebuah simbol yang diatur secara spasial dan kronologis untuk menciptakan sebuah pesan, kesan, dan penyampaian sebuah gagasan untuk memunculkan sebuah makna dari khalayak.

Teori Sosiokultural pesan[ sunting

media yang disampaikan untuk sosialisasi dan kulturisasi serta penempatan sebuah makna yang bisa memunculkan sebuah argumentasi dari khalayak kepada media agar dapat memberikan sebuah informasi yang berkarakter dan tidak menimbulkan SARA.

Teori Sosiopsikologis sunting

teori yang menggabungkan antara sosial dan psikologis dari audiens yang menikmati sebuah media. Apabila status sosial digabungkan dalam psikologis dari audiens dapat dicontohkan sebagai sebuah konten atau isi acara yang bersifat segmented/segmentasi acara.

Teori Sibernitika sunting

pengaruh dari opini khalayak dari suatu isi media adalah sebuah fenomena yang sangat menarik atau bisa dikatakan sebagai teori “spiral ketenangan” menunjukan bahwa komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini masyarakat.

Teori Kritis sunting

implikasi budaya lebih luas, dalam beberapa hal teori kritis ini disebutkan bahwa banyak ideologi atau paham dari sebuah pemilik media yang seharusnya dapat dikritisi oleh khalayak agar tidak ada keberpihakan dalam penyampaian suatu informasi.

Metafora Media sunting

Menurut Joshua Meyrowitz media komunikasi memiliki tiga metafora yang mewakili sudut pandang media, antara lain:

Media sebagai Vessel sunting

sebuah gagasan bahwa media adalah pembawa pesan yang netral.

Media sebagai Bahasa sunting

media memiliki unsur struktural dalam penyampaian informasi dan tata kalimat yang dirancang menjadi satu kesatuan yang disebut dengan bahasa.

Media Sebagai Lingkungan sunting

metafora ini dilandasi dengan gagasan bahwa hidup di dalam lingkungan dengan berbagai informasi yang disebarkan dengan beragam kecepatan ,ketepatan, dan kemampuan dalam melakukan interaksi.

Fungsi Media Komunikasi, Menurut Marshall Mc Luhan sunting

Efektivitas sunting

media komunikasi akan mempermudah kelancaran dalam penyampaian informasi. banyak

Efisiensi sunting

media komunikasi akan mempercepat penyampaian dalam sebuah informasi.

Konkrit sunting

media komunikasi akan membantu mempercepat isi pesan yang memiliki sifat abstrak.

Motivatif sunting

media komunikasi akan lebih atraktif dan memberikan sebuah informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Fungsi media Komunikasi, Menurut Burgon Dan Huffner sunting

Efisiensi penyebaran informasi sunting

penghematan dalam segi biaya, tenaga, pemikiran dan waktu.

Memperkuat eksistensi informasi sunting

media komunikasi yang hi-tech dapat membuat informasi ataupun pesan lebih berkesan terhadap komunikan.

Menghibur sunting

media komunikasi dapat menyenangkan dan lebih menarik bagi audiens.

Jenis-Jenis Media Komunikasi,Berdasarkan Fungsi Media sunting

Fungsi produksi sunting

media komunikasi sangat berguna agar menghasilkan sebuah informasi.

Fungsi reproduksi sunting

media komunikasi berguna untuk dapat memproduksi ulang dan menggandakan sebuah informasi.

Karakteristik Media Komunikasi sunting

Karakteristik dalam media Intra Personal sunting

pikiran merupakan umpan balik yang diterima oleh pribadi seseorang dan hanya memutar dalam diri sendiri, arus pesan yang disampaikan adalah persepsi yang memusat, efek yang dihasilkan dalam karakteristik intrapersonal adalah sikap dan perilaku.

Karakteristik Inter Personal sunting

seluruh panca indera digunakan sebagai umpan balik dari sebuah informasi yang disampaikan, melalui kode tertulis, lisan, isyarat serta arus pesan dua arah dan mempunyai efek terhadap sikap yang tinggi dan rendah terhadap kognitif.

Karakteristik Media Massa sunting

bersifat melembaga, satu arah, meluas dan serempak serta menggunakan peralatan teknis atau mekanis dan bersifat terbuka.

Karakteristik media publik sunting

diterima oleh semua alat indera baik lisan maupun isyarat arus pesan yang disampaikan bisa satu atau dua arah banyak dan terbatas serta memiliki efek tinggi terhadap perilaku, akan tetapi rendah terhadap kognitif.

Bentuk Media Komunikasi sunting

Media Cetak sunting

segala jenis barang/media komunikasi yang dapat dilakukan melalui proses pencetakan dan dapat dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan atau informasi. Contoh: surat kabar, buku, brosur, majalah, dan buletin.

Media visual atau media pandang sunting

penerimaan pesan yang tersampaikan melalui panca indera dan dapat dilihat . Contoh: gambar dan Foto.

Media audio[ sunting

penerimaan pesan yang tersampaikan dengan melalu indera pendengaran. Contoh: Radio dan Tape recorder.

Media Audio visual aid (AVA) sunting

media komunikasi yang dapat dilihat dan juga dapat didengar, untuk mendapatkan informasi secara bersamaan. Contoh: televisi.

Jangkauan Penyebaran Media Komunikasi sunting

Media Komunikasi Eksternal sunting

media komunikasi yang dapat dipergunakan untuk dapat menjalin sebuah hubungan dan menyampaikan sebuah informasi dengan pihak luar. Media komunikasi yang sering digunakan adalah:

  1. Media cetak media komunikasi tercetak dan tertulis agar dapat menjangkau publik eksternal, seperti pemilik saham, konsumen, pelanggan dan mitra kerja.
  2. Media elektronik

Radio adalah sebuah alat eletronik yang digunakan sebagai media komunikasi dan informasi. Radio dapat memberikan rangsangan terhadap pendengaran. Dengan radio seseorang bisa mendapatkan sebuah informasi dan berbagai peristiwa yang penting dan baru serta acara hiburan yang menyenangkan. Pengertian radio menurut ensiklopedi Indonesia adalah penyampaian pesan informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frekuensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1mm). Secara garis besar, radio mempunyai manfaat sebagai perjelas pesan dan informasi, mengatasi sebuah ruang dan waktu, daya indera dan juga tenaga. Manfaat radio lainnya adalah menimbulkan gairah untuk belajar, informasi yang langsung didapatkan oleh komunikan menerima pesan atau decode. Dan memberikan rangsangan terhadap pengalaman yang dapat menimbulkan persepsi yang sama.

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran yang menghasilkan gambar atau visualisasi. Kata televisi berasal dari kata tele yang artinya jauh dan vision yang artinya jauh, dan dapat dijelaskan bahwa televisi adalah tampak atau dapat dilihat dari jarak jauh. Sejarah singkat televisi telah mengubah sifat, cara beroperasi dan hubungan antara komunikator dan komunikan. Ruang lingkup dan sifat industri penyiaran televisi di dominasi oleh organisasi dengan produksi, distribusi, dan pengambilan keputusan yang tersentralisasi. Jaringan ini berhubungan dengan para afiliasi dengan tujuan untuk menghantarkan penonton kepada pengiklan. Afiliasi lokal membawa program jaringan untuk dapat mengosongkan waktu sebagai penukar kegiatan untuk suatu program yang disebut kompensasi dan waktu spot lokal dapat dinegosiasikan dengan afiliasi dari berbagai stasiun televisi.

Internet adalah jaringan komputer yang terhubung secara internasional dan tersebar di seluruh dunia. Internet adalah media komunikasi yang berbasis dengan teknologi informasi. Keunggulan media komunikasi internet adalah mudah, cepat, murah, dan dapat dijangkau sampai seluruh dunia. Internet adalah jaringan komputer yang terkoneksi secara global dan dapat berkomunikasi secara bebas dan dapat bertukar sebuah informasi. Pada internet semakin berkembang pada saat ini, seperti hal nya e-mail, seseorang bisa melakukan pertukaran informasi secara singkat dan lebih efisien serta mendapatkan respons yang cepat satu dengan lainnya.

Media Komunikasi Internal sunting

Media komunikasi internal adalah sarana penyampaian informasi di antara publik internal yang bersifat non-komersial. Baik penerima ataupun pengirim informasi adalah orang dari publik internal. Media yang digunakan secara internal adalah:

Telephone digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan secara langsung melalui suara antara komunikan dan komunikator serta hasil yang disampaikan dapat dirasakan secara langsung.

Surat merupakan media komunikasi internal dalam bentuk tertulis yang dilakukan oleh sender untuk memberikan informasi kepada receiver. Akan tetapi, respons yang didapati tidak secara langsung membutuhkan waktu serta biaya.

Papan Pengumuman penyampaian informasi secara internal melalui papan pengumuman hanya untuk memberikan sebuah informasi dari receiver kepada publik internal.

House journal (Majalah Bulanan) sebagai media cetak dan tertulis. Penyampaian informasi tidak dilakukan secara langsung. Akan tetapi, seorang reporter atau pencari berita membutuhkan waktu untuk mencari sebuah informasi yang benar dan akurat, serta dapat dipercaya.

Printed material (Media Komunikasi dan Publikasi berupa Bahan Cetakan)sebagai media komunikasi yang dicetak seperti pamflet dan brosur hanya memberikan informasi kepada publik.

Media pertemuan dan Pembicaraan media pertemuan seperti diskusi ataupun rapat menjadi media komunikasi, penyampaian pesan secara internal agar kalangan tersebut bisa menyamakan dalam satu persepsi.

Elemen Media Komunikasi sunting

Ilmuan media bernama Art Silverblatt mengidentifikasi ada tujuh elemen dasar sebagai media komunikasi baru, antara lain adalah:

  • Keterampilan berpikir secara kritis untuk dapat mengembangkan penilaian independen terhadap suatu media. Berpikir secara kritis adalah sebuah esensi dasar.
  • Pemahaman terhadap sebuah proses komunikasi massa, sebagai komponen dan mengetahui media dalam beroperasi
  • Kesadaran akan dampak media terhadap individu dan masyarakat. Kesadaran agar khalayak tidak terjebak dalam sebuah informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sebuah keaslian berita atau informasi.
  • Strategi untuk menganalisis dan mendiskusikan pesan media. Khalayak dapat menyerap dan juga memilih sebuah media yang memberikan sebuah informasi yang akurat dan tepercaya.
  • Sebuah kesadaran akan isi dari sebuah media atau teks yang menyediakan sebuah wawasan bagi kehidupan.
  • Kemampuan untuk dapat menikmati, memahami dan menghargai dari isi media.
  • Pengembangan keterampilan produksi yang efektif dan bertanggung jawab.

Keterampilan Melek Media Komunikasi sunting

  • Kemampuan dan kemauan melakukan suatu usaha untuk dapat memahami suatu isi media, memberi perhatian dan menyaring terhadap gangguan.
  • Pemahaman dan penghargaan kepada kekuatan pesan media.
  • Kemampuan untuk dapat membedakan reaksi emosional dan rasional ketika menilai ataupun merespons isi media.
  • Pengembangan ekspektasi yang lebih tinggi terhadap media.
  • Pengetahuan terhadap kesepakatan akan suatu genre atau aliran untuk dapat mengenali sebuah aliran dapat digabungkan dengan media lain.
  • Kemampuan berpikir secara kritis tentang isi media dan tidak terlalu peduli dengan kredibilitas sumber apabila suatu informasi masih bersifat rancu.
  • Pengetahuan tentang bahasa yang dipakai kalangan berbagai media dan memahami pengaruhnya.

Aplikasi Dan Implikasi sunting

  • Media sebagai komunikasi pendukung pembentukan khalayak

Teori McLuhan menstimulasi cara pandang baru terhadap gagasan dan bahasan subjek untuk memahami suatu proses komunikasi secara lebih luas dan terarah. Dan variabel dari komunikasi memberikan gambaran dalam pengaruh terhadap media. Pengaruh media terhadap masyarakat dapat dilihat dari beralihnya masyarakat lisan menjadi masyarakat tulisan, di mana masyarakat pada zaman dahulu untuk menyampaikan sebuah informasi menggunakan suara untuk menyampaikan suatu pesan, kemudian pada saat ini apabila ingin menyampaikan sebuah pesan dapat dikirim melalui sebuah SMS. Perubahan masyarakat dari mendengar berita secara lisan dan duduk membaca buku kemudian beralih menjadi masyarakat yang menonton dan memilih sebuah konten tayangan televisi, dan gambaran mulai bergerak dan dilihat oleh khalayak dan dapat disadari atau tidak media sudah sangat memengaruhi kehidupan khakayak yang menggunakan media tersebut.

  • Institusi media memiliki peran penting dalam produksi budaya

Faktanya media memang sangat memengaruhi budaya dan tingkah laku serta pola pikir masyarakat. Pengaruh melalui media terhadap saluran interpersonal merupakan bagian integral dari suatu budaya yang berskala dan besar seperti televisi dan media cetak. Banyak para ahli yang menyatakan bahwa individu memiliki kendali besar atas hasil transaksi media dalam kehidupan masyarakat. Produk interaksi yang beragam dari pemenuhan kebutuhan, hasrat dan ketergantungan individu, dan sulit sekali untuk menguranginya. Teori ketergantungan menengahi beberapa masalah antara model penggunaan dan kepuasan dengan model pengaruh yang sangat kuat. Teori tersebut menilai perbedaan individu dalam penanggapan pengaruh media, menunjukan kerumitan interaksi beragam dalam aspek transaksi media. Peleburan beberapa teori penggunaan dan kepuasan dengan teori ketergantungan memberikan sebuah gabungan yang lengkap.

  • Audiens atau masyarakat penikmat media ikut serta dalam pesan media

Audiens dianggap populasi yang sangat besar dapat hasil dari suatu transaksi media yang bisa dijadikan dua khalayak sebagai khalayak pasif dan khalayak aktif, keduanya adalah penikmat media. Akan tetapi, dapat menjadi dua kategori yang difergen, di mana khalayak pasif akan jauh lebih menerima suatu pesan yang diberikan media tanpa ada penyortiran untuk kelayakan dalam pembentukan karakter ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan masyarakat yang aktif lebih memilih suatu isi pesan yang akan disampaikan media.

Referensi sunting

  1. ^ Ruben Brent D dan Lea P Stewart. (2006). Communication and Human Behavior. United States: Allyn and Bacon
  2. ^ "Komunikasi Verbal VS Komunikasi Non-Verbal". BINUS UNIVERSITY MALANG | Pilihan Universitas Terbaik di Malang. 2020-06-12. Diakses tanggal 2023-12-14. 
  3. ^ P, Gilang (2022-02-08). "Komunikasi Verbal: Pengertian, Bentuk, dan Contoh". Gramedia Literasi. Diakses tanggal 2023-12-14. 
  4. ^ Mulyana, Deddy (2000). ILMU KOMUNIKASI - Suatu Pengantar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. hlm. 237. ISBN 979-514-993-8. 
  5. ^ a b c d e f Komala, Lukiati. 2009. Ilmu Komunikasi: Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung: Widya Padjadjaran
  6. ^ Turnip, Ezra Yora; Siahaan, Chontina (2021-12-07). "ETIKA BERKOMUNIKASI DALAM ERA MEDIA DIGITAL". JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA (dalam bahasa Inggris). 3 (04): 38–45. ISSN 2686-5661. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  7. ^ Putra, Eko Adi. "Peran Komunikasi Pembangunan Terhadap Masyarakat Pesisir di Bidang Kelautan dan Perikanan" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  8. ^ ZUTTAIRAIN ALKHUDARY (2021-09-28). "PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL SANTRI WATI BERCADAR DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN ASSUNAH CIREBON" (dalam bahasa Inggris). Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-29. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  9. ^ Abdullah, Yetty Oktarina, Yudi (2017-12-27). Komunikasi dalam Perspektif Teori dan Praktik. Deepublish. ISBN 978-602-475-193-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  10. ^ Hasibuan, Muhammad Akhyar (2019). "Komunikasi Sirkular ( Circular Theory )". Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Dharmawangsa. 2 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-30. Diakses tanggal 2023-01-30. 
  11. ^ a b c Mulyana, Deddy Prof. Imu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. 2007
  12. ^ a b c d e Rohim,Syaiful.2009. Teori Komunikasi: Perspektif,Ragam, & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
  13. ^ a b West, Richard & Lynn H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory. Third Edition. Singapore: The McGrow Hill companies.
  14. ^ a b c (Indonesia) Larry Gonick, Kartun (non) Komunikasi, guna dan salah guna informasi dalam dunia modern. Kepustakaan Populer Gramedia, Juli 2007. (diterjemahkan dari Guide to (non) Communication HarperClollins Publisher, Inc copyright 1993. ISBN 978-979-9100-75-7
  15. ^ Kompasiana.com (2014-05-05). "Komunikasi dan Komponen-komponennya". KOMPASIANA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-03. Diakses tanggal 2023-02-03. 
  16. ^ fisipol (2022-01-26). "Komunikasi Paling Efektif". Ilmu Komunikasi-Program studi terbaik di Sumatera Utara (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-01. Diakses tanggal 2023-02-03. 
  17. ^ "Kiat Memiliki Kemampuan Berkomunikasi yang Baik". www.djkn.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-04. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  18. ^ "Kiat Memiliki Kemampuan Berkomunikasi yang Baik". www.djkn.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-03. Diakses tanggal 2023-02-03. 
  19. ^ Rahmadi, Ilham (2019-08-06). "Komunikasi Terapeutik Terapis Dalam Menumbuhkan Kepatuhan Anak Autis (Studi Deskriptif Mengenai Komunikasi Terapeutik Terapis Di Rumah Hasanah Bandung Dalam Menumbuhkan Kepatuhan Anak Autis)" (dalam bahasa Inggris). Universitas Komputer Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-09. Diakses tanggal 2023-02-03. 
  20. ^ a b c d Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  21. ^ Heychael, Muhammad dan Sarwono, Billy K. (28 Oct 2016). Komunikasi Massa (SKOM4315) (PDF). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 1.4. ISBN 9789790119253. 
  22. ^ a b c d e Ahmad, Nur (2014). "KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL DALAM DAKWAH". At Tabsyir, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam. 2 (2): 24. doi:http://dx.doi.org/10.21043/at-tabsyir.v2i2.506 Periksa nilai |doi= (bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-30. Diakses tanggal 2022-12-30. 
  23. ^ "Kiat Memiliki Kemampuan Berkomunikasi yang Baik". www.djkn.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-04. Diakses tanggal 2022-05-16. 
  24. ^ Kurniawan, Alief (2017-06-03). "3 Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli". megalomania (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-22. Diakses tanggal 2022-05-16. 
  25. ^ Wiryanto,Dr. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jilid I. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
  26. ^ a b c d Rochmawati, Lusa. 2009. Faktor yang mempengaruhi komunikasi Diarsipkan 2011-09-30 di Wayback Machine.
  27. ^ a b Irwansyah dan Damanik, Pebi Ramadhan (1 Maret 2018). "PENGARUH MATA KULIAH KOMUNIKASI BISNIS DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA NIAGA 2013 UNIVERSITAS NEGERI MEDAN". Niagawan. 7 (1): 24. doi:https://doi.org/10.24114/niaga.v7i1.9351 Periksa nilai |doi= (bantuan). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-30. Diakses tanggal 2022-12-30.