Klorosis (dari bahasa Inggris, chlorosis) adalah keadaan jaringan tumbuhan, khususnya pada daun, yang mengalami kerusakan atau gagalnya pembentukan klorofil, sehingga tidak berwarna hijau, melainkan kuning atau pucat hampir putih.[1] Klorosis dapat disebabkan dari buruknya drainase, kerusakan perakaran, alkali tanah yang tinggi, dan kekurangan unsur Hara pada tanaman.[2] Kekurangan unsur hara dapat disebabkan jumlah hara tersedia yang tidak mencukupi karena tingginya pH tanah seperti pada tanah alkali atau dapat disebabkan tanaman tidak dapat menyerap unsur hara karena kerusakan atau perkembangan akar yang tidak baik.[2]

Kecambah jagung di sebelah kiri mengalami klorosis berat.

Klorosis sering kali merupakan petunjuk terjadinya kekurangan hara atau serangan penyakit yang dialami oleh tumbuhan.[2] Klorosis juga merupakan gejala umum dari infeksi virus, klorosis pada tanaman yang terserang virus tampak berupa daun yang menguning secara seragam dan secara umum dapat berpola mosaik, bercak, cicin, dan pola garis.[3]

Gejala sunting

Gejala yang ditunjukan dapat bervariasi tergantung pada faktor penyebabnya.[2] Semakin tinggi pH tanah maka tumbuhan akan semakin klorosis, semakin lama tanaman mengalami klorosis maka akan semakin parah klorosis yang terjadi.[2] Klorosis ringan dimulai dengan warna daun yang memucat, warna kuning menunjukan klorosis yang lebih serius.[2] Bagian yang mengalami klorosis dapat menghambat pertumbuhan tanaman atau bahkan gagal untuk membentuk bunga dan buah, selain itu daun yang klorosis akan lebih rentan terhadap penyakit.[2]

Penanganan sunting

Penanganan untuk tanaman yang mengalami klorosis bervariasi tergantung pada penyebabnya, jika klorosis disebabkan oleh pemadatan tanah, drainase yang buruk, pertumbuhan akar yang buruk atau luka pada akar, maka penangan secara teknis budidaya seperti pemberian mulsa dapat dilakukan.[2]

Pemupukan sunting

Aplikasi pupuk dalam bentuk larutan maupun padatan dapat dilakukan untuk memperbaiki kandungan hara yang kurang, Pemupukan lewat daun (foliar application) dapat dilakukan pada daun tanaman yang terserang, dengan cara ini respon yang dihasilkan cepat dapat dalam hitungan hari.[2] Pada gejala klorosis yang telah berlangsung lama aplikasi pemupukan lewat daun secara berulang dapat dilakukan.[4] Aplikasi pupuk lewat daun dengan cara penyemprotan akan lebih sulit untuk diterapkan pada pohon yang besar.[4]

Injeksi pada batang sunting

Perlakuan pada batang dapat bertahan satu sampai lima tahun, namun tanaman baru dapat merespon sekitar tiga puluh hari setelah aplikasi.[5][2] Pada kondisi kekurangan unsur hara besi dapat dilakukan injeksi atau penanaman senyawa besi dalam bentuk kering maupun cair langsung pada batang dengan cara pelubangan batang menggunakan bor batang pada bagian batang yang lebih rendah.[4]

Referensi sunting

  1. ^ (Indonesia) Agrios, George N. (1996). Plant Pathology (dalam bahasa Ingriss). diterjemahkan oleh Munzir, Busnia dan disunting oleh Martoredjo, Toekidjo (edisi ke-Tiga). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-388-2. 
  2. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) "Chlorosis". University of Illinois. Diakses tanggal 23 April 2014. 
  3. ^ (Inggris) "Chlorosis". Royal Horticultural Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-18. Diakses tanggal 23 April 2014. 
  4. ^ a b c (Inggris) "Preventing and Treating Iron Chlorosis in Trees and Shrubs". Utah State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-30. Diakses tanggal 23 April 2014. 
  5. ^ (Inggris) "Iron Chlorosis". Colorado State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-23. Diakses tanggal 23 April 2014.