Ki Ageng Cempaluk atau Ki Bahu adalah ayah dari Tumenggung Bahureksa atau Jaka Bahu yang hidup pada zaman Kesultanan Pajang dan awal berdirinya Kesultanan Mataram.

Dalam cerita tutur babad Alas Roban dan Alas Gambiran dikisahkan bahwa Ki Bahu dan Jaka Bahu mendapat kepercayaan dari Raja Mataram membuka hutan untuk dijadikan daerah pemukiman sampai menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan.

Keduanya adalah tokoh utama yang mampu mengatasi berbagai masalah dan kendala ketika membuka hutan (babad alas) di Alas Roban dan Alas Gambiran.

Dengan berbagai kesaktian dan pengalamannya, Ki Bahu yang sudah mulai uzur pada saat membuka Alas Roban dan Alas Gambiran, ia berperan sebagai penasehat dan menjadikan putranya, Jaka Bahu sebagai pelaksana tugas lapangannya. Sampai akhirnya Ki Bahu tampil sebagai sosok yang berperan mengantarkan Jaka Bahu menapaki karier politiknya hingga menjadi Bupati Wedana Pasisir Kulon.

Asal Usul Kesesi

sunting

Kesesi berasal dari kata dalam bahasa Jawa "Kesisih" yang berarti tersingkir, ada pula yang mengatakan Kesesi sebagai daerah tak bertuan yang menjadi tempat pelarian para pejabat kerajaan yang kabur dan cerita-cerita konotasi negatif lainnya.

Dalam tutur babad Alas Roban dan Alas Gambiran, Ki Ageng Cempaluk dan putranya Bahureksa mendapat kepercayaan dari Sultan Mataram untuk membuka lahan baru bagi kerajaannya. Keduanya merupakan tokoh utama yang mampu mengatasi berbagai masalah dan kendala dalam tugas atas titah raja sewaktu membuka Alas Roban dan Alas Gambiran yang penuh dengan berbagai kesulitan dan tatangan yang bersifat nyata maupun gaib.

Hingga pada puncak karier putranya Bahureksa mendapat pangkat sebagai Bupati Wedana Peisisiran Kulon yang wilayahnya mencangkup seluruh Kadipaten di pesisir Pulau Jawa mulai dari Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang hingga Tegal.[1]

Referensi

sunting