Kendati Hidupku Tent’ram

‘Kendati Hidupku Tent'ram adalah kidung yang termuat dalam buku nyanyian Kristen "Nyanyikanlah Kidung Baru" Nomor 195, yang diterbitkan oleh Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Kristen Indonesia (BPMS GKI). Kidung ini biasa digunakan sebagai Nyanyian Pengutusan dalam gereja - gereja Protestan maupun Nyanyian Ungkapan Syukur atas pemeliharaan Allah. Selain populer di GKI, Kidung ini juga termuat dalam buku Kidung PKJ dengan nomor 232, versi terjemahan lain dengan judul "Di Kala Hidupku Tent'ram", dan Buku Ende milik Huria Kristen Batak Protestan dengan judul "Dung Sonang Rohangku".

Sejarah

sunting

Kidung ini memiliki judul asli "It is Well with My Soul" digubah oleh Horatio Gates Spafford, dilahirkan di North Troy, New York pada 20 Oktober 1828. Ia adalah seorang pengacara muda yang amat sukses di Chicago. Kesuksesan karier tentu saja diikuti dengan kesuksesan finansial. Spafford adalah gambaran seorang manusia yang – barangkali – hampir mendekati ideal, suatu gambaran kehidupan yang menjadi impian dari hampir semua orang. Beberapa bulan sebelum terjadi peristiwa kebakaran dahsyat yang melanda kota Chicago pada tahun 1871, Spafford baru saja menanamkan hampir seluruh kekayaannya pada proyek real estate (kompleks perumahan) yang dibangun di tepi pantai danau Michigan. Kebakaran besar tersebut dalam sekejap telah menyapu bersih seluruh kekayaannya. Setelah bencana tersebut Spafford memutuskan untuk mengabdikan hidupnya dengan membantu pelayanan yang dilakukan oleh pengkhotbah terkenal pada masa itu – D.L. Moody – dan musikus gerejawi termasyhur – Ira D. Sankey, yang saat itu tengah melakukan perjalanan pelayanan ke Inggris. Spafford berencana untuk melakukan perjalanan ke Eropa bersama dengan seluruh anggota keluarganya. Namun pada saat-saat menjelang keberangkatannya, tiba-tiba ada urusan bisnis yang harus ia selesaikan. Itulah sebabnya ia meminta istri dan keempat putrinya untuk berangkat terlebih dulu, sementara itu Spafford akan menyusul setelah urusan bisnis di Chicago diselesaikannya. Namun pada tanggal 22 Nopember 1873, kapal yang ditumpangi oleh istri dan keempat anaknya mengalami kecelakaan dengan kapal lain dan tenggelam ke dasar samudera hanya dalam waktu 12 menit. Beberapa hari setelah para penumpang yang selamat tersebut berhasil mendarat di Cardiff, Wales, Inggris, Ny. Spafford mengirimkan telegram kepada suaminya di Chicago yang isinya mengatakan: “hanya selamat sendirian” (saved alone). Maksudnya tidak lain adalah bahwa keempat putrinya tewas tenggelam dalam kecelakaan kapal tersebut. Dengan hati dan perasaan yang sangat terluka, Spafford segera menyusul ke Inggris. Ketika ia dibawa ke tempat di mana keempat putrinya tewas tenggelam itulah ia – di atas kapal – menuliskan teks lagu yang kita kenal sekarang ini. Namun Spafford tidak berhenti pada ratap tangis dan keluh kesah. Ia melanjutkan teksnya – khususnya pada bait ketiga dan keempat – dengan suatu keyakinan teguh akan kasih Kristus, karya penyelamatan-Nya dan keagungan kedatangan-Nya kelak. Itulah sebabnya ia berulang kali menuliskannya “Slamatlah, slamatlah jiwaku”.

Penerjemahan dalam Bahasa Indonesia

sunting

Kidung ini diterjemahkan oleh komponis Indonesia E.L. Pohan.

Penggunaan Kidung ini dalam Film

sunting

Kidung ini juga digunakan sebagai salah satu OST dalam film Demi Ucok. Gloria Sinaga, tokoh utama dalam Film ini menyanyikan kidung ini versi terjemahan bahasa Batak, Dung Sonang Rohangku saat Mak Gondut sedang dioperasi.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting