Kapak Denmark adalah jenis kapak perang awal. Kapak ini terutama digunakan pada masa peralihan antara Zaman Viking Eropa dan Abad Pertengahan Awal. Nama lainnya untuk kapak ini adalah Kapak Panjang Inggris, Kapak Dan, dan Kapak Bergagang.

Replika kepala Kapak Denmark, Tipe L atau Tipe M Petersen, berdasarkan bentuk asli dari Mengara London

Rancangan

sunting

Sebagian besar kapak, baik yang terdapat dalam ilustrasi dan artefak dari periode tersebut, yang merupakan termasuk ke dalam jenis Kapak Denmark, memiliki kepala kapak Tipe L atau Tipe M berdasarkan tipologi kapak Petersen.[1] Kedua tipe ini memiliki belati yang lebar dan tipis dengan semacam "tanduk" pada kaki dan tumit belati dari bitnya. Panjang permukaan pemotongnya beragam, namun biasanya antara 20 cm dan 30 cm (8 dan 12 inci). Belati Tipe L cenderung mirip, dengan ujung bitnya menyapu ke depan untuk kemampuan memotong. Tipe belati M pada masa berikutnya pada umumnya lebih besar, dengan kaki dan tumit belati yang lebih simetris.

Belatinya sendiri lumayan ringan dan ditempa menjadi sangat tipis, menjadikannya cocok untuk memotong. Ketebalan belati di atas ujungnya dapat sampai setipis 2 mm. Banyak Kapak Denmark yang dibuat dengan bit yang diperkuat, biasanya dengan besi karbon yang lebih tinggi untuk memufasilitasi ujung yang lebih tajam dan keras. Berat rata-rata Kapak Denamrk antara 1 kg sampai 2 kg (2 sampai 4 pon). Secara proposi, kapak panjang memiliki lebih banyak kesamaan dengan pisau daging daripada kapak kayu. Rancangan rumit ini menghasilkan senjata yang cepat dan lincah dengan kemampuan memotong yang cukup berbahaya.

 
Kapak Denmark pada permadani Bayeux.

Sejarah

sunting

Pada abad ke-10 dan ke-11, Kapak Denmark menjadi sangat terkenal di daerah di luar Skandinavia di tempat yang pengaruh Vikingnya cukup kuat, seperti misalnya di Inggris, Irlandia, dan Normandia. Sumber-sumber kuno menggambarkan Kapak Denmark sebagai senjata para prajurit elit pada periode ini, misalnya prajurit Huskarl di Inggris Anglo-Saxon. Pada permadani Bayeux, yang merupakan catatan visual mengenai kenaikan William sang Penakluk, kapak ini hampir secara eksklusif dipegang hanya oleh prajurit huskarl berbaju zirah lengkap. para huskarl ini merupakan pasukan pelindung inti milik Raja Harold pada Pertempuran Hastings. Permadani Bayeux Tapestry juga menggambarkan seorang huskarl memotong kepala seekor kuda kesatria Norman dengan satu sabetan.[2] Kapak Denmark juga diketahui digunakan oleh Garda Varangia, yang juga dikenal sebagai pelekyphoros phroura (πελεκυφόρος φρουρά), "pengawal pembawa kapak". Satu lempengan gading dari abad ke-10 SM dari Konstantinoepl menggambarkan seorang prajurit Varangia memegang sebuah kapak yang sama tingginya dengan prajurit itu sendiri.

Meskipun namanya memiliki ciri-ciri Skandinavia, namun Kapak Denmark menjadi banyak digunakan di seluruh Eropa sejak abad ke-12 sampai ke-13 M, karena kapak mulai banyak diterima sebagai senjata kesatria, meskipun statusnya tetap tidak dapat menyamai pedang.[3] Kapak Denamrk juga mulai digunakan secara luas sebagai senjata galah infantri dengan gagangnya mencapai panjang sekitar 6 kaki (1,8 m).[4] Pada abad ke-13 dan ke-14, kapak ini mengalami perubahan, karena belatinya diperpanjang, maka tanduk belakangnya dapat menyentuh atau terpasang pada gagangnya. Senjata yang diperpanjang, khususnya jika digabungkan dengan belati yang diperpanjang, disebut sparth di Inggris. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa senjata ini adalah asal mula dari halberd.[5]

Sementara Kapak Denmark terus digunakan sampai abad ke-14 M, kapak dengan duri belakang penusuk baju zirah dan duri depan yang mirip tombak pada bagian gagangnya menjadi lebih terkenal, yang pada akhirnya berubah menjadi Kapak Galah pada abad ke-15 M.[6] Kapak Denmark sederhana terus digunakan di daerah Skotlandia Barat dan di Irlandia sampai abad ke-16 M.[7] Di Irlandia, Kapak Denmark secara khusus diasosiaksikan dengan tentara bayaran Galloglas.[8]

Pengguna kapak terkenal

sunting

Seusai Pertempuran Stiklestad, kapak menjadi lambang dari Santo Olaf dan masih dapat dilihat pada Lambang Norwegia. Akan tetapi, ini karena kapak adalah perwujudan kesyahidan, dan bukannya menekankan penggunaan.

Raja Stephen dari Inggris secara terkenal menggunakan Kapak Denmark pada Pertempuran Lincoln pada tahun 1141 setelah pedangnya patah.[9]

Richard Hati Singa sering kali tercatat pada masa Victoria menggunakan kapak perang besar dalam peperangannya, meskipun rujukannya kadang-kadang jelas sekali dilebih-lebihkan karena dia dianggap sebagai pahlawan nasional: "Lama sekali setelah dia terdiam dalam kuburnya, kapak tempurnya yang mengerikan, dari besi Inggris seberat dua puluh pon pada kepala kapaknya..." - A Child's History of England Oleh Charles Dickens.[10] Akan tetapi, Richard memang diketahui pernah menggunakan Kapak Denamrk seperti terlihat pada relief mengenai Pertempuran Jaffa.[11] Geoffrey de Lusignan adalah prajurit Perang Salib lainnya yang juga terkenal menggunakan kapak perang.[12]

Pada abad ke-14 M, penggunaan kapak banyak dicatat oleh Froissart dalam kroniknya,[13] dengan Raja Jean II menggunakan satu kapak pada Pertempuran Poitiers pada tahun 1356 dan Sir James Douglas pada Pertempuran Otterburn pada tahun 1388. Orang Breton dipercaya sebagai pengguna kapak yang tangguh, dengan Bertrand du Guesclin dan Olivier de Clisson keduanya menggunakan kapak dalam pertempuran.[14] Dalam kasus ini, tidak diketahui apakah kapak yang mereka gunakan adalah Kapak Denamrk, atau kapak galah proto.

Referensi

sunting
  1. ^ Petersen, Jan (1919). De Norske Vikingesverd. Kristiania. 
  2. ^ .[1] Diarsipkan 2011-10-08 di Wayback Machine.
  3. ^ Edge, David (1988). Arms and Armour of the Medieval Knight. London: Defoe. hlm. 31–32. ISBN 1870981006. 
  4. ^ Lihat, contohnya, ilustrasi di Injil Maciejowskie[2]
  5. ^ Oakeshott, Ewart (1980). European Weapons and Armour. Lutterworth Press. hlm. 47. ISBN 0718821262. 
  6. ^ Miles & Paddock, op.cit. hlm. 69
  7. ^ Caldwell, David (1981). "Some Notes on Scottish Axes and Long Shafted Weapons". Dalam Caldwell, David. Scottish Weapons and Fortifications 1100–1800. Edinburgh: John Donald. hlm. 253–314. ISBN 0859760472. 
  8. ^ Marsden, John (2003). Galloglas. East Linton: Tuckwell Press. ISBN 1862322511. 
  9. ^ Oman, Sir Charles (1924). A History of the Art of War in the Middle Ages vol.1. London: Greenhill Books. hlm. 399. ISBN 1853671002. 
  10. ^ Dickens is referencing Chaucer here, from the Tournament of Theseus of Athens in the Knights Tale, where a combatant "hath a sparth of twenty pound of weight"[3]
  11. ^ Old French Continuation of William of Tyre, in The Conquest of Jerusalem and the Third Crusade: Sources in Translation, ed. Peter W. Edbury, hlm. 117.
  12. ^ Nicholson, Helen (2004). Medieval Warfare. Basingstoke: Palgrave MacMillan. hlm. 101. ISBN 0333763319. 
  13. ^ Bourchier, John (1523). The Chronicles of Froissart. Diakses tanggal 2009-07-28. 
  14. ^ Vernier, Richard (2003). The Flower of Chivalry. Woodbridge: Boydell Press. hlm. 72,77. ISBN 184383006X. 

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting