Kambangan, Lebaksiu, Tegal

desa di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

Kambangan adalah sebuah desa di kecamatan Lebaksiu, Tegal, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia. Desa yang terletak sekitar 3 KM dari pusat kota Slawi ini memiliki luas wilayah 289 Km persegi, jumlah penduduk sekitar 11.227 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 4.226. Desa yang banyak memiliki destinasi wisata religi Seperti Candi Depok, Candi rasman, Blawong, Watu Jaran Legok, Makam Sombro, curug ciegong ini terbagi menjadi beberapa blok diantaranya blok Legok, Keponjolan, Kedadi, Lumbung, Gaduan, Karanganyar, Duku Petir, dan Kemoren yang menjadi satu kesatuan. Sesuatu yang sangat menarik di desa ini adalah adanya budaya Dinasti pada setiap pergantian Kepala Desa/Lurah, Desa ini telah dipimpin oleh 12 Kepala Desa/Lurah sampai saat ini dan di dominasi oleh keturunan Mbah Buyut Tarja hingga sampai di desa lainya seperti Kesuben dan Kota Slawi. Banyaknya keturunan yang menjabat sebagai lurah/Kepala desa Sehingga beliau disebut sebagai"Ibunya Para Lurah" di daerah ini.

Kambangan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenTegal
KecamatanLebaksiu
Kode pos
52461
Kode Kemendagri33.28.06.2012
Luas289 km²
Jumlah penduduk11.227 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²

Buyut Tarja sendiri merupakan tokoh sentral pada awal berdirinya desa ini, sebagai seorang yang memiliki tanah perkebunan, persawahan yang luas, ia memberdayakan masayarakat desanya untuk menjadi petani yang makmur, selain itu dari sisi budaya ia pun mengembangkan seni karawitan yang di motori anak menantu dan cucunya seperti Ki Dalang Kantor dan Ki Dalang Rakhmat.

Dalam rangka membantu membangun pedekonomian desanya, Buyut Tarja dibantu oleh 9 (sembilan) putra putrinya. Saat ini anak keturunannya yang berdomisili di Kambangan, Palembang, Surabaya, Jambi, Jakarta, Purwokerto, Semarang tergabung dalam sebuah Paguyuban Keluarga Besar Bani Tarja (baca:Bani Tarja).

Urutan kepala desa yang pernah memerintah desa Kambangan adalah Lurah Basuksena, Santa, Niladiwangsa, H. Abdul Gani, H. Sawab, Sumaryo, H.Abdul Muin, H. Tosim Raharjo, H. Ahmad Syaeroji, H. Abunasor, Dasuki,Sepul, Imam Wahyudi (Sumber:Gunawan Budiutomo, M.I.Kom, Ketua Bani Tarja)

Lurah pertama diambil dari seorang juru tulis kabupaten karena saat itu sering terjadi kerusuhan di wilayah tersebuty, kemudian agar bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Kambangan, basuksena mengangkat anak (pungut) bernama Sartiyah, sementara anak kandungnya sendiri tinggal di Kebagusan.

Setelah selesai bertugas di Kambangan, Basuksena bersama istri kembali ke desa asalnya sampai akhir hayatnya. Saat ini Makam Basuksena dan tanah peninggalanya masih dapat disaksikan disana. Sejarah memang selalu berulang, berpuluh-puluh tahun saling bahu membahu membangun desa bersama, kini antara Keturunan dari Basuksena dan Buyut Tarja kembali disatukan dengan sebuah perkawinan dan kembali menjadi warga Desa Kambangan seperti halnya kakek buyutnya.

Bila dilihat dari Sumberdaya Alamnya, selain bertumpu pada pertanian, perdaganganpun cukup berkembang khususnya yang berpusat di pasar lumbung desa, karena perekonomian yang baik ini, Bank BRI mau membuka cabang pembantunya di desa ini. Sementara itu untuk sumberdaya manusianya, desa ini memiliki 4 SD Negeri, 2 Madrasah Ibtidaiyah, 1 SMP Negeri, 1 SMU Swasta, 2 Pondok pesantren dan terdapat Puskesmas. Masyarakat Desa Kambangan dilihat dari tingkat pendidikannya sangat beragam dari tingkat Pendidikan SD,SMP, SMU, S1 maupun jenjang S2, mereka banyak melakukan aktifitas merantau ke beberapa kota besar baik Jakarta, Surabaya, Semarang, maupun Palembang.

Saat ini masyarakat Desa Kambangan sedang berupaya untuk membangun di segala bidang, baik secara fisik seperti pembangunan jalan, gang, jembatan dan irigasi, juga pembangunan SDM yang di tandai oleh kemunculan beberapa komunitas kepemudaan seperti ALC (Anak Legok Community),Bani Sadnan, SGM, Prisma, Baldes, Forlike, Derma DP, gemladag, RRS, Forsidek,Abreg-abreg,Baldes, Al-amin, dll yang melakukan aksi-aksi sosial yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Program Tali Asih yang di pelopori oleh Bani Tarja menjadi sebuah model pengabdian kepada masyarakat desa dengan memberikan perhatian pada masyarakat yang sakit maupun tertimpa musibah lainnya. Dengan berbekal pada peningkatan SDM dan SDA desa ini sedang menyongsong masa depannya dengan slogan "Satukan Tangan Bangun Lingkungan".