Tiga Kerajaan Gojoseon merupakan negara-negara yang dicatat di dalam teks sejarah seperti Joseon Sangosa[1] (1924-25), dan telah dicari-cari oleh beberapa sejarawan,[2][3][4][5] meskipun secara luas tidak diterima oleh para sarjana.[6]

Oleh gambar sejarah Korea yang populer di dalam mitos pendirian Korea, Gojoseon (고조선, 2333 SM – 239 SM) merupakan negara pertama Korea yang didirikan di sekitar Liaoning, Manchuria selatan dan Semenanjung Korea utara. Menurut para sejarawan pinggiran, Gojoseon merupakan kerajaan yang disatukan yang dibuat dari tiga persekutuan Gojoseon seperti Majoseon (마조선), Jinjoseon (진조선) dan Beonjoseon (번조선). Tiga persekutuan tersebut juga disebut sebagai Mahan, Jinhan dan Beonhan. Di dalam sejarah konvensional Korea, Samhan akhir (persekutuan tiga Mahan, Byeonhan, dan Jinhan) berada di bagian pusat dan selatan Semenanjung Korea, dan didirikan di sekitar waktu Gojoseon runtuh sampai sepenuhnya diserap oleh Tiga Kerajaan Korea sekitar abad ke-4 M. Oleh sebab itu, Samhan Akhir didiskriminasikan dari Samhan Awal atau Samjoseon.

Struktur Pemerintahan

sunting

Berdasarkan Joseon Sangosa yang ditulis pada tahun 1924-25 oleh Sin Chaeho, Gojoseon memiliki sistem organisasi tiga negara dan 5 menteri. Tiga negara tersebut dibuat sebagai Jinjoseon, Majoseon dan Beonjoseon. Jinjoseon diperintah oleh Yang Tertinggi-Dangun. Beonjoseon dan Majoseon diperintah oleh dua wakil-Dangun. Lima Menteri atau Ohga dibuat dari Dotga (yang berarti seekor babi), Gaeda (yang berarti seekor anjing), Soga (yang berarti seekor lembu), Malga (yang berarti seekor kuda) dan Shinga menurut area mereka timur, barat, selatan, utara dan pusat. Sistem menteri ini menggunakan nama-nama binatang juga digunakan oleh Buyeo, yang merupakan pewaris Gojoseon. Pada masa perang, lima armada militer dari tentara pusat, tentara yang maju, tentara kiri dan kanan diorganisasi menurut perintah-perintah militer oleh jenderal dari tentara pusat. Dikatakan pula bahwa permainan tradisional Korea atau Yut mengikuti struktur dari struktur kelima militer tersebut. Biasanya, sistem warisan dari Yang Tertinggi Dangun dan Wakil-Dangun dihakimi oleh keturunan, dan kadang-kadang pemimpin dapat diwariskan kepada salah satu Ohga, yang menunjukkan bahwa kekuasaan yang berdaulat tidak mutlak.

Wilayah-wilayah Tiga Persekutuan

sunting

Majoseon berlokasi di Semenanjung Korea, Jinjoseon berlokasi di Manchuria, dan Beojoseon berlokasi di sekitar Liaoning.
Gojoseon berkembang berdasarkan dari barang-barang perunggu dan berlanjut ke zaman besi. Wilayah tiga Gojoseon dapat dikenal dari keunikan gaya pedang mereka. Misalnya, pisau belati yang berbentuk mandolin (비파형동검, 琵琶形銅劍). Belati yang berbentuk mandolin itu ditemukan disekitar Liaoning, Manchuria, Semenanjung Korea dan bahkan Hebei. Ini membuktikan bahwa wilayah tiga Gojoseon sedikitnya menutupi area di dalam map. Selain itu, belati berbentuk mandolin Gojoseon sangat berbeda dari belati-belati yang ditemukan di Tiongkok. Dengan tambahan, komposisi perunggu Gojoseon mengandung lebih banyak timah dari yang asalnya terbuat dari Tiongkok. Ini membuktikan bahwa kebudayaan perunggu Gojoseon sangat berbeda dari perunggu buatan Tiongkok jadi mereka tidak dipengaruhi oleh kebudayaan perunggu Tiongkok.

Jinjoseon (2333 SM - 239 SM)

sunting

Biasanya dikatakan bahwa awalan Ma, Jin dan Beon dipinjam dari hanzi untuk mewakili bahasa Korea. "Jin" atau kadang-kadang "Shin" mewakili arti "seluruh" atau "umum", yang berarti bahwa Jinjosen merupakan pusat konfederasi Gojoseon. Asadal (아사달) merupakan ibu kota kota Jinjoseon yang diperintah oleh Dangun, dan kedua Joseon lainnya diperintah oleh wakil Dangun. Joseon Sangosa mengisahkan bahwa Asadal sesuai dengan Harbin yang sekarang. Di dalam buku-buku sejarah, Jinjoseon biasanya disebut Jin. Pada tahun 425 SM, nama Joseon Kuno diganti menjadi Buyeo yang Agung, dan ibu kota kota tersebut dipindahkan ke Jangdang. Pada saat itu, Jinjoseon tidak memiliki cukup kekuasaan untuk mengontrol Beonjoseon dan Majoseon, dan secara bertahap Gojoseon mulai hancur. Pada tahun 239 SM, Jinjoseon dikuasai oleh Hae Mosu Dangun, dan negara tersebut diganti menjadi Buyeo.

Beonjoseon (2333 SM - 108 SM)

sunting

"Beon" atau kadang-kadang "Byun" yang berarti sebuah dataran atau sebuah ladang. Karena Bejoseon merupakan tetangga negara-negara Tiongkok, sejarah Tiongkok biasanya menyebut Beonjoseon sebagai Gojoseon atau hanya Joseon. Oleh sebab itu, Gija Joseon dan Wiman Joseon diserap oleh Beonjoseon. Dangun mengizinkan Gija dan Wiman untuk memerintah Beonjoseon karena mereka adalah suku bangsa Dongyi. Bangsa Tiongkok biasanya menyebut leluhur bangsa Korea, "Dong-i", yang berarti bangsa biadab dari timur. Dangun menunjuk Chidunam (치두남, 蚩頭男) sebagai wakil Dangun dari Beonjoseon. Ibu kota kota Heomdokhyeon (험독현, 險瀆縣), juga disebut Wanggeomseong (왕검성, 王儉城). Chidunam merupakan keturunan Kaisar Chi-Woo yang Agung Baedalguk (치우, 蚩尤), dan keturunan dari royalti Baedal. Hyeomdokhyeon sekarang berlokasi di Changli (昌黎) Kabupaten Provinsi Hebei di Republik Rakyat Tiongkok.[7] Menurut Joseon Sangosa, keluarga "Gi" menjadi raja-raja Beonjoseon pada tahun 323 SM, dan otoritas pusat Wakil-Dangun menjadi sangat berkuasa. Beonjoseon dari keluarga Gi diserap oleh Wiman selama tahun 193 SM, dari yang mana disebut selanjutnya Wiman Joseon. Wakil-Dangun yang terakhir, Gijun, melarikan diri dengan para nobelnya danm sejumlah besar rakyatnya ke Semenanjung Korea. Disana, ia menguasai Majoseon, dan mendirikan Mahan.

Majoseon (2333 SM - ?)

sunting

"Ma" biasanya digunakan untuk mewakili selatan, dan Majoseon berlokasi di selatan Jinjoseon. Dangun menunjuk Ungbaekda (웅백다, 熊伯多) sebagai Wakil Dangun dari Majoseon. Ibu kota kota tersebut adalah Pyongyang. Tahun-tahun kehancuran tidak pasti, namun diperkirakan bahwa Majoseon dikuasai oleh Gijun ketika ia melarikan diri dari Wiman, dan kemudian mengganti nama negara tersebut menjadi Mahan, yang merupakan salah satu dari konfederasi posteria Samhan. Kelihatannya bahwa Mahan berlanjut sampai dikuasai oleh Baekje.

Kehancuran Tiga Gojoseon

sunting

Menurut Joseon Sangosa, kehancuran tiga Gojoseon mulai pada tahun 400 SM, ketika Yan menyerang Gojoseon, dan Gihu menjadi raja Beonjoseon. Ketika Gihu menjadi raja Beonjoseon, kelihatannya bahwa Gihu tidak jatuh dibawah hukum Jinjoseon, dan Beonjoseon oleh keluarga Gi independen dari Jinjoseon. Kemudian, kekuasaan Jinjoseon atas Beonjoseon dan Majoseon jadi sangat lemah, yang mengakibatkan kehancuran Gojoseon.

Catatan

sunting
  1. ^ Joseon Sangosa. Sin Chaeho. (1931) ISBN 8947210331
  2. ^ 김정배, 고조선 연구의 사적 고찰 (Historical Survey on Research of Kochosun), 단군학연구, 7, 185 - 206 (2002)
  3. ^ 이정복, 논점 한국사 사료집성 (The Collection of Korean History Controversy), 국학자료원, ISBN 8982064729
  4. ^ 신채호, 조선민족의 전성시대 (The Prosperity Age of Joseon People), 삼천리, 7(1), 59-67 (1935)
  5. ^ 강경구, 고대의 삼조선과 낙랑 (Three Gojoseon and Nangnang Nation), 기린원 (1991)
  6. ^ The theory is even mentioned in most canonical history texts, including Lee Ki-baek's A New History of Korea and the Korean National Commission's Korean History: Discovery of its characteristics and developments (Seoul:Hollym, 2004).
  7. ^ "Shihchi jijie(史記集解), Chapter 115 Records of Joseon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-31. Diakses tanggal 2010-12-22. 

Referensi

sunting

Lihat Pula

sunting