Soong May-ling atau Soong Mei-ling, juga dikenal sebagai Madame Chiang Kai-shek atau Madame Chiang (Hanzi tradisional: 宋美齡; Hanzi sederhana: 宋美龄; Pinyin: Sòng Měilíng; 5 Maret 1898 – 23 Oktober 2003) adalah Ibu Negara Republik Tiongkok dan Taiwan (Setelah 1949), istri Generalissimo dan Presiden Chiang Kai-shek. Ia adalah seorang politikus, pelukis Lukisan Tionghoa dan Ketua Universitas Katolik Fu Jen. Sebagai yang termuda dan yang paling lama masa hidupnya dari tiga Soong bersaudari, serta sebagai salah satu dari hanya dua ibu negara selama Perang Dunia II (bersama dengan Ratu Elizabeth II, yang hidup hingga abad ke-21. Hidupnya melintasi hitungan tiga abad. Ia memainkan peran berpengaruh dalam politik Republik Tiongkok dan ia merupakan adik ipar dari Sun Yat-sen, pemimpin Republik Tiongkok pendahulu suaminya.

Soong May-ling
宋美齡
Soong May-ling mengenakan lencana Angkatan Udara Tiongkok, tahun 1940-an
Ibu Negara Republik Tiongkok (Taiwan)
Masa jabatan
1 Maret 1950 – 5 April 1975
PresidenChiang Kai-shek
Sebelum
Pendahulu
Guo Dejie
Pengganti
Liu Chi-chun
Sebelum
Masa jabatan
1 Agustus 1943 – 21 Januari 1949
Sebelum
Pendahulu
Kosong
Pengganti
Guo Dejie
Sebelum
Masa jabatan
10 Oktober 1928 – 14 Desember 1931
Sebelum
Pendahulu
Kosong
Pengganti
Kosong
Sebelum
Anggota Yuan Legislatif
Masa jabatan
7 November 1928 – 12 Januari 1933
Ditunjuk olehChiang Kai-shek
Informasi pribadi
Lahir(1898-03-05)5 Maret 1898
Pudong, Pemukiman Internasional Shanghai
Meninggal23 Oktober 2003(2003-10-23) (umur 105)
Kota New York, Amerika Serikat
MakamPemakaman dan Mausoleum Ferncliff, Hartsdale, Westchester County, New York, Amerika Serikat
KebangsaanTaiwan
Partai politikKuomintang (Partai Nasionalis Tiongkok)
Afiliasi politik
lainnya
Partai Republik
Suami/istriChiang Kai-shek (menikah 1 Desember 1927 hingga Chiang meninggal 5 April 1975)
HubunganSoong Ching-ling (kakak perempuan)
Soong Ai-ling (kakak perempuan)
T. V. Soong (kakak laki-laki)
Anak
Orang tuaCharlie Soong (ayah)
Ni Kwei-tseng (ibu)
Alma materWellesley College
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan awal sunting

May-ling lahir di rumah keluarganya, sebuah rumah tradisional yang disebut "Neishidi" (內史第), di Pudong, Shanghai,[1] pada 5 Maret 1898,[2] meskipun beberapa biografi menyatakan bahwa tahun kelahirannya adalah tahun 1897, hal ini disebabkan oleh penghitungan usia Asia Timur (bayi yang baru lahir langsung dianggap sudah berusia 1 tahun).[3][4]

Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara keluarga Charlie Soong, seorang pengusaha kaya raya dan mantan misionaris Methodis dari Hainan, dan istrinya Ni Kwei-tseng (倪桂珍; Ní Guìzhēn). Kakak perempuan May-ling adalah Ai-ling (istri H.H. Kung) dan Ching-ling yang menjadi Nyonya Sun Yat-sen. Kakak laki-lakinya adalah Soong Tse-ven serta adik laki-lakinya yaitu Tse-liang (T.L.) dan Tse-an (T.A.)[5]

Pendidikan sunting

 
May-ling sebagai mahasiswa di Wesleyan College sekitar tahun 1910.

Di Shanghai, May-ling menempuh pendidikan di Sekolah Khusus Perempuan McTyeire bersama dengan saudarinya, Ching-ling. Ayah mereka, yang pernah menuntut ilmu di Amerika Serikat, mengirim mereka untuk melanjutkan pendidikan di AS pada 1907. May-ling dan Ching-ling sekolah di Summit, sebuah sekolah swasta di New Jersey. Pada tahun 1908, Ching-ling yang baru berusia 15 tahun diterima di Wesleyan College yang merupakan almamater kakaknya, Ai-ling. Kedua bersaudari itu pindah ke Macon, Georgia, untuk bergabung dengan Ai-ling. Namun, dia tidak bisa mendapatkan izin untuk tinggal di kampus sebagai anggota keluarga atau menjadi mahasiswa karena dia masih terlalu muda.[butuh rujukan] May-ling menghabiskan waktu setahun di Demorest, Georgia, bersama teman kuliah Ai-ling di Wesleyan College bernama Blanche Moss, yang mendaftarkan May-ling sebagai siswa kelas 8 di Piedmont College. Pada tahun 1909, presiden Wesleyan yang baru ditunjuk, William Newman Ainsworth, memberinya izin untuk tinggal di Wesleyan dan menugaskan tutor untuk membimbingnya. Dia sempat kuliah sebentar di Fairmount College, Monteagle, Tennessee pada tahun 1910.[6][7]

May-ling secara resmi terdaftar sebagai mahasiswa baru di Wesleyan pada tahun 1912 pada usia 15 tahun. Dia kemudian dipindahkan ke Wellesley College dua tahun kemudian supaya lebih dekat dengan kakak lelakinya, T.V., yang ketika itu sedang kuliah di Harvard. Pada saat itu, kedua saudara perempuannya telah lulus dan kembali ke Shanghai. Dia lulus dari Wellesley sebagai salah satu dari 33 "Durant Scholars" (Gelar kehormatan Latin|Summa cum laude) pada 19 Juni 1917, jurusan Sastra Inggris dan minor di jurusan filsafat. Dia juga anggota Tau Zeta Epsilon, Wellesley's Arts and Music Society. Karena mengenyam pendidikan dalam bahasa Inggris seumur hidupnya, ia fasih berbicara bahasa Inggris dengan aksen Georgia yang membuatnya dapat berhubungan dengan publik Amerika.[8]

Nyonya Chiang sunting

 
Foto pernikahan Chiang-Soong

Soong May-ling bertemu Chiang Kai-shek pada 1920. Karena usianya sebelas tahun lebih tua, sudah menikah, dan beragama Buddha, ibu May-ling dengan keras menentang pernikahan mereka, namun akhirnya setuju setelah Chiang menunjukkan bukti perceraiannya dan berjanji untuk pindah agama menjadi seorang Kristen. Chiang memberi tahu calon mertuanya bahwa ia tidak dapat segera bertobat, karena agama perlu diserap secara bertahap, bukan langsung ditelan seperti pil. Mereka menikah di Shanghai pada 1 Desember 1927.[9] Walaupun penulis biografi menganggap pernikahan mereka karena disebabkan oleh berbagai unsur seperti kemitraan, cinta, politik dan kompetisi, faktanya pernikahan mereka bertahan selama 48 tahun. Pasangan ini tidak memiliki anak. Pada tahun 1928, ia diangkat menjadi anggota Komite di Pemerintahan Yuan Shikai oleh Chiang.[10] Mereka memperbarui janji pernikahan mereka pada 24 Mei 1944 di Gereja St. Bartholomew di New York City.[11] Polly Smith menyanyikan Doa Bapa Kami dalam upacara itu.

Madame Chiang memrakarsai Gerakan Hidup Baru dan aktif terlibat dalam politik Tiongkok. Dia adalah anggota Yuan Legislatif dari tahun 1930 hingga 1932 dan Sekretaris Jenderal Komisi Urusan Aeronautika Tiongkok dari tahun 1936 hingga 1938. Pada tahun 1945 dia menjadi anggota Komite Eksekutif Pusat Partai Nasionalis Tiongkok Kuomintang. Ketika suaminya menjadi Generalissimo dan pemimpin Kuomintang, Nyonya Chiang bertindak sebagai penerjemah, sekretaris, dan penasihat bahasa Inggrisnya. Dia adalah sumber inspirasi, mata, telinga, dan juara paling setia bagi Chiang. Selama Perang Dunia II, Nyonya Chiang mencoba mempromosikan perjuangan Tiongkok dan membangun warisan untuk suaminya kelak jika meninggal yang setara dengan Roosevelt, Churchill dan Stalin. Sangat fasih dalam budaya Tiongkok dan Barat, menjadikannya populer baik di Tiongkok maupun di luar negeri. Ketenarannya membuat Joseph Stilwell menyindir bahwa ia seharusnya diangkat menjadi menteri pertahanan.[butuh rujukan]

Pada tahun 1931, Soong Mei-ling membangun sebuah vila untuk dirinya sendiri di bagian timur Nanjing. Terletak beberapa ratus meter di sebelah timur Paviliun Sifangcheng yang merupakan bagian dari kompleks Mausoleum Ming Xiaoling, vila ini masih ada sampai sekarang, umumnya dikenal sebagai Meilinggong (美龄宫), "Istana May-ling".[12]

Anak-anak yatim korban perang sunting

 
Soong May-ling di sampul depan majalah Sahabat Muda, April 1938, sebagai Wakil Komandan Angkatan Udara Tiongkok

Meskipun Soong May-ling pada awalnya menghindari sorotan publik setelah menikah dengan Chiang, ia segera memulai proyek kesejahteraan sosial yang ambisius dengan mendirikan rumah yatim piatu sekaligus sekolah untuk anak-anak yatim dari tentara Tiongkok yang gugur. Rumah-rumah yatim piatu dibangun dengan sangat baik: ada taman bermain, hotel, kolam renang, gimnasium, ruang kelas model, dan asrama. Soong May-ling sangat terlibat dalam proyek ini dan bahkan memilih sendiri semua gurunya. Ada dua sekolah - satu untuk anak laki-laki dan satu untuk anak perempuan - dibangun di atas lahan seluas ribuan hektare di kaki Pegunungan Ungu (Zijinshan), di Nanjing. Dia menyebut anak-anak ini sebagai "anak-anak yatim akibat perang" miliknya dan menjadikan mereka sebagai urusan pribadinya.[13] Nasib anak-anak tentara yang gugur menjadi masalah yang jauh lebih penting di Tiongkok sejak awal perang dengan Jepang pada tahun 1937. Supaya lebih baik lagi bagi anak-anak ini, ia mendirikan Perhimpunan Bantuan Perang Nasional Wanita Tiongkok.[14]

Kunjungan ke Amerika Serikat sunting

Pada 18 Februari 1943, ia berbicara kepada kedua kamar majelis Kongres AS

Soong May-ling melakukan beberapa kali perjalanan ke Amerika Serikat untuk melobi dukungan bagi upaya perang kaum Nasionalis yang dipimpinan suaminya. Di sana dia menarik perhatian setidaknya 30.000 orang dan pada tahun 1943 tampil di sampul depan majalah TIME untuk yang ketiga kalinya. Yang pertama pada 26 Oktober 1931 bersama suaminya dan kemudian 3 Januari 1937 juga dengan suaminya, kali ini sebagai "Man and Wife of the Year".[15][16]

Mungkin karena dampak dari kunjungannya, maka pada tahun 1943, Korps Tentara Wanita Amerika Serikat membentuk satu unit yang dinamakan "Madame Chiang Kai-Shek unit Air WAC", unit ini merekrut wanita Tiongkok-Amerika untuk bekerja di Angkatan Udara sebagai "Air WACs".[17]

Soong May-ling dan suaminya berhubungan baik dengan editor senior dan co-founder majalah Time, Henry Luce, yang sering berusaha mengumpulkan dana dan dukungan dari publik Amerika untuk pembentukan negara Republik Tiongkok. Pada 18 Februari 1943, ia menjadi warga negara Tiongkok pertama dan wanita kedua yang berpidato di kedua kamar Kongres AS. Setelah kekalahan pemerintahan suaminya dalam Perang Saudara Tiongkok pada tahun 1949, Nyonya Chiang mengikuti suaminya ke Taiwan, sementara saudara perempuannya Soong Ching-ling tinggal di Tiongkok Daratan, berpihak kepada Komunis. Nyonya Chiang terus memainkan peran internasional yang menonjol. Dia adalah Pelindung Komite Palang Merah Internasional, Ketua Kehormatan British United Aid to China Fund, dan Anggota Kehormatan Pertama dari Perhimpunan Peringatan Hak Asasi Manusia.[18]

Kehidupan selanjutnya sunting

 
Soong Mei-ling dan Chiang Kai-shek di Taipei, Taiwan

Setelah kematian suaminya pada tahun 1975, Nyonya Chiang dinilai sebagai orang yang rendah hati. Dia pertama kali didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 1975 dan menjalani dua kali mastektomi (operasi pengangkatan payudara) di Taiwan. Dia juga telah menjalani pengangkatan tumor ovarium pada tahun 1991.[19]

Kekuasaan Chiang Kai-shek oleh dilanjutkan putra sulungnya Chiang Ching-kuo, satu-satunya anak biologis Chiang dari pernikahan sebelumnya, dengan siapa Nyonya Chiang memiliki hubungan yang sulit. Pada tahun 1975, ia beremigrasi dari Taiwan ke tanah milik keluarganya seluas 14,6 hektar di Lattingtown, New York, di sana ia menyimpan potret almarhum suaminya dengan pakaian militer lengkap di ruang tamunya. Dia juga memiliki rumah di Wolfeboro, New Hampshire, tempat ia berlibur di musim panas. Nyonya Chiang kembali ke Taiwan setelah kematian Chiang Ching-kuo pada tahun 1988, untuk saling memberi dukungan di antara para sekutu lamanya. Namun, pengganti Chiang Ching-kuo, Lee Teng-hui, terbukti lebih mahir dalam berpolitik daripada dirinya, dan berhasil mengonsolidasikan posisinya. Dia kembali lagi ke AS dan membuat penampilan publik yang langka pada tahun 1995 ketika dia menghadiri undangan yang diadakan di Capitol Hill untuk memperingati perayaan ulang tahun ke-50 berakhirnya Perang Dunia II. Madame Chiang melakukan kunjungan terakhirnya ke Taiwan pada tahun 1995. Dalam Pemilihan Presiden Taiwan tahun 2000, Partai Kuomintang konon kabarnya mendapat surat darinya yang menyebutkan bahwa dia lebih mendukung kandidat dari Kuomintang Lien Chan daripada kandidat independen James Soong (namanya tidak ada hubungan kekeluargaan). James Soong tidak pernah membantah keaslian surat itu. Soong menjual rumah miliknya di Long Island pada tahun 2000, sebuah rumah dengan konsep terbuka yang memiliki pemandangan perkebunan itu menarik banyak ekspatriat Taiwan. Ia menghabiskan sisa hidupnya di apartemen Gracie Square di Upper East Side Manhattan milik keponakannya. Ketika Nyonya Chiang berusia 103 tahun, dia mengadakan pameran Lukisan Tionghoa di New York.[20]

Kematian sunting

Nyonya Chiang meninggal dalam tidurnya di apartemennya di Manhattan, Kota New York, tanggal 23 Oktober 2003, pada usia 105 tahun.[4] Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman dan Mausoleum Ferncliff, Hartsdale, New York, sambil menunggu pemakaman terakhirnya dengan almarhum suaminya yang dimakamkan di Cihu, Taiwan. Ada rencana dan upaya untuk membuat mereka berdua dimakamkan di Tiongkok Daratan setelah perbedaan politik berhasil diselesaikan.[21][22]

Setelah kematiannya, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan:

Nyonya Chiang adalah teman dekat Amerika Serikat sepanjang hidupnya, dan terutama selama perjuangan yang menentukan pada abad kemarin. Generasi orang Amerika akan selalu mengingat dan menghormati kecerdasan dan kekuatan karakternya. Atas nama rakyat Amerika, saya menyampaikan belasungkawa kepada anggota keluarga Nyonya Chiang dan para pengagumnya di seluruh dunia. George W. Bush[23]

Penilaian oleh pers internasional sunting

 
Soong dan Chiang menjadi sampul depan majalah TIME, 26 Oktober 1931

Berita kematian The New York Times menulis:

Sebagai seorang penutur bahasa Inggris yang fasih, sebagai seorang Kristen dan sebagai contoh yang diharapkan oleh banyak orang Amerika supaya Tiongkok bisa menjadi seperti itu, Nyonya Chiang memengaruhi emosi publik Amerika ketika dia melakukan perjalanan ke seluruh negeri, mulai tahun 1930-an, mengumpulkan dana dan melobi untuk mendapatkan dukungan bagi pemerintahan suaminya. Bagi kebanyakan orang Amerika dia adalah simbol orang Tiongkok modern, berpendidikan, dan pro-Amerika Tiongkok yang mereka dambakan untuk muncul — bahkan ketika banyak orang Tiongkok sendiri menganggapnya sebagai simbol korupsi dan haus kekuasaan pada masa lalu yang ingin mereka hindari.[4]

Dalam kebudayaan populer sunting

  • The Soong Sisters, sebuah film mengenai Soong May-Ling dan saudari-saudarinya, dirilis pada 1997.
  • Madame Chiang tampil sebagai karakter minor dalam novel 2012 The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeared karya penulis Swedia, Jonas Jonasson.
  • Novel sejarah Mayling (2012) karya penulis Belanda Lucas Zandberg menggambarkan kehidupan Madame Chiang dari perspektif orang pertama.
  • Kunjungan Madame Chiang ke Washington D.C. pada 1943 adalah bagian sentral pada alur novel misteri pembunuhan karya Elliott Roosevelt 1998 (diterbitkan secara anumerta) berjudul Murder in the Map Room.

Galeri sunting

Video internet sunting

Referensi sunting

  1. ^ "探访传奇老宅"内史第":百年上海的文化密码". China News. 2016-04-10. Diakses tanggal 2019-10-18. 
  2. ^ Karon, Tony (October 24, 2003). "Madame Chiang Kai-Shek, 1898-2003". Time. Diakses tanggal August 12, 2017. 
  3. ^ While records at Wellesley College and the Encyclopædia Britannica indicate she was born in 1897, the Republic of China government as well as the BBC and the New York Times cite her year of birth as 1898.[butuh klarifikasi] The New York Times obituary includes the following explanation: "Some references give 1897 as the year because the Chinese usually consider everyone to be one year old at birth." cf: East Asian age reckoning. However, early sources such as the Columbia Encyclopedia, 1960, give her date of birth as 1896, making it possible that "one year" was subtracted twice.
  4. ^ a b c Faison, Seth (October 24, 2003). "Madame Chiang Kai-shek, a Power in Husband's China and Abroad, Dies at 106". New York Times. Diakses tanggal June 27, 2008. Madame Chiang Kai-shek, a pivotal figure in one of the 20th century's great epics — the struggle for control of post-imperial China waged between the Nationalists and the Communists during the Japanese invasion and the violent aftermath of World War II — died on Thursday in Manhattan, the Foreign Ministry of Taiwan reported yesterday. She was 105. ... 
  5. ^ Tyson Li, Laura (2007). Madame Chiang Kai-shek: China's eternal First Lady. New York: Grove Press. hlm. 5. 
  6. ^ "Southeast Tennessee Tourist Association". Southeast Tourist Tourist Association. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 3, 2011. Diakses tanggal July 9, 2011. 
  7. ^ Chitty, Arther and Elizabeth, Sewanee Sampler, 1978, p. 106; ISBN 0-9627687-7-4
  8. ^ Profile, wellesley.edu; accessed July 28, 2014.
  9. ^ "CHINA: Soong Sisters". TIME. December 12, 1927. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-27. Diakses tanggal May 22, 2011. 
  10. ^ "CHINA: Potent Mrs. Chiang". TIME. November 26, 1928. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-24. Diakses tanggal May 22, 2011. 
  11. ^ St. Bartholomew's Church Marriage Registration 1944.
  12. ^ Meiling Villa, synotrip.com; accessed July 28, 2014.
  13. ^ Tyson Li 2006, pp. 87–88
  14. ^ Scott Wong, Kevin (2005). Americans first: Chinese Americans and the Second World War. Harvard University Press. hlm. 93. ISBN 9780674016712. 
  15. ^ "TIME Magazine cover". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-21. Diakses tanggal 2019-09-09. 
  16. ^ Karon, Tony (October 24, 2003). "Madame Chiang Kai-shek, 1898-2003". Time.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-27. Diakses tanggal July 27, 2011. 
  17. ^ "Asian-Pacific-American Servicewomen in Defense of a Nation". Women In Military Service For America Memorial Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-08. Diakses tanggal 2013-01-07. 
  18. ^ "Madame Chiang Kai-Shek". Wellesley College. August 14, 2000. Diakses tanggal August 1, 2017. 
  19. ^ Pakula 2009, p. 659
  20. ^ Pakula 2009, p. 670
  21. ^ Berger, Joseph (October 30, 2003). "An Epitaph for Madame Chiang Kai-shek: 'Mama'". New York Times. Diakses tanggal April 3, 2015. 
  22. ^ Isogawa, Tomoyoshi; Aoyama, Naoatsu (March 7, 2014). "Chinese Civil War and birth of Taiwan, as told by Leo Soong". The Asahi Shimbun. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 7, 2015. Diakses tanggal April 3, 2015. 
  23. ^ "President's Statement on the Death of Madame Chiang Kai-shek". The White House. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  24. ^ Pakula, Hannah. "Chiang Kai-shek". New York Times. Diakses tanggal November 11, 2014. 
  25. ^ Pakula 2009, p. 305
  26. ^ a b Kirkpatrick, Melanie (November 3, 2009). "China's Mystery Lady". Wall Street Journal. Diakses tanggal November 11, 2014. 
  27. ^ Fenby, Jonathan (2009), Modern China, p. 279

Bacaan tambahan sunting

  • Laura Tyson Li, Madame Chiang Kai-Shek : China's Eternal First Lady (New York: Atlantic Monthly Press, 2006).
  • Samuel C. Chu, ed., Madame Chiang Kai-Shek and Her China (Norwalk, CT: EastBridge, 2004).

Pranala luar sunting