Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengarsipkan 2 lembaran (lebih lama dari 30 hari) ke Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/2019/4
Baris 1:
{{Pengguna:HsfBot/config
|archiveheader = {{MonthlyArchive}}
|archive = Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/%(year)d/%(month)d
|algo = old(30d)
|archiveheader = {{MonthlyArchive}}
}}
<noinclude>{{Warung Kopi
Baris 28:
</noinclude>__NEWSECTIONLINK__
<!-- Pembicaraan diletakkan di bawah ini -->
 
== Gunakan sesuatu pada tempatnya ==
 
Mulai saat ini artikel-artikel Wikipedia bahasa Indonesia yang mengandung teks "gampong" harus diubah menjadi "desa".
 
Alasan yang mendasari perubahan ini adalah:
 
* Gampong adalah bahasa Aceh, dan desa adalah bahasa Indonesia, sementara Wikipedia yang kita gunakan disini adalah Wikipedia berbahasa Indonesia, bukan Wikipedia berbahasa Aceh.
 
Jika ada kontributor yang tetap menggunakan teks gampong pada artikel-artikel yang disuntingnya di Wikipedia bahasa Indonesia ini, maka sebaiknya pergilah ke Wikipedia bahasa Aceh, bukan di Wikipedia bahasa ini (Wikipedia bahasa Indonesia).
 
Karena jika teks "gampong" tetap digunakan di Wikipedia bahasa Indonesia,
kenapa tidak sekalian aja artikel-artikel desa di Sumatra Barat menggunakan teks "nagari",
artikel-artikel desa di Papua dan Kutai Barat serta Kalimantan Timur menggunakan teks "kampung", dan seterusnya.
 
Apa kalian rela menciderai Wikipedia bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia?
Terus, apa gunanya di negara Indonesia ada Wikipedia bahasa Indonesia, Wikipedia bahasa Aceh, Wikipedia bahasa Sunda, Wikipedia bahasa Jawa, kalau masih tetap tidak menggunakan teks atau bahasa pada tempat yang semestinya?
Ayolah, gunakan sesuatu pada tempatnya. [[Pengguna:Alfian rsn|Alfian rsn]] ([[Pembicaraan Pengguna:Alfian rsn|bicara]]) 6 April 2019 17.04 (UTC)
: Mungkin Mas {{u|Rachmat04}} bisa memberikan tanggapan selaku pengguna yang paham tentang Aceh? -- [[Pengguna:Bagas Chrisara|Bagas Chrisara]] ([[Pembicaraan Pengguna:Bagas Chrisara|bicara]]) 6 April 2019 23.26 (UTC)
 
::Maaf OOT. Sedikit menambahkan arti kata "awam" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
:#umum; am; kebanyakan; biasa; tidak istimewa
:#orang kebanyakan; orang biasa (bukan ahli, bukan rohaniwan, bukan tentara): ''orang awam''
::[http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/awam ''Sumber''] <span class="nowrap">-- '''[[Pembicaraan Pengguna:M. Adiputra|<font face="Tahoma" color="#808000">Adiputra</font>]]'''&nbsp;'''[[Pembicaraan Pengguna:M. Adiputra|<font color="blue"><span class="Unicode">बिचर</span></font>]]''' --</span> 7 April 2019 02.05 (UTC)
 
:{{re|Bagas Chrisara}}, Masalahnya sangat sederhana, Wikipedia bahasa Indonesia tidak menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. Dan hingga saat ini, masih banyak artikel WBI yang mengandung bahasa lain. Contoh; beberapa artikel-artikel administrasi di Indonesia seperti artikel administrasi di provinsi Aceh menggunakan bahasa Aceh dengan menggunakan teks "gampong", artikel administrasi di provinsi Sumatra Barat menggunakan bahasa sanskerta dengan menggunakan teks "nagari", seperti yang kita ketahui, bahwa kata "nagari" berasal dari bahasa sanskerta. Seharusnya teks-teks itu diletakkan pada tempatnya masing-masing, teks "gampong" digunakan di Wikipedia bahasa Aceh, teks "nagari" digunakan di Wikipedia bahasa Sanskerta. Bukannya digunakan di Wikipedia bahasa Indonesia. Dan masalah ini tidak ada hubungannya dengan pengguna yang paham tentang Aceh, ataupun pengguna yang paham tentang Sumatra Barat. Jelas ini adalah sebuah kekeliruan bagi para kontributor terdahulu. Pendapat saya ini juga mewakili orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama dengan saya di luar sana. Wikipedia bahasa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia, tidak menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia. [[Pengguna:Alfian rsn|Alfian rsn]] ([[Pembicaraan Pengguna:Alfian rsn|bicara]]) 7 April 2019 09.20 (UTC)
 
@{{u|Alfian rsn}} sebelumnya mari kita definisikan "kata Indonesia" sebagai kata baku yang tercantum dalam KBBI.
 
[https://kbbi.web.id/nagari Kata nagari ada di KBBI] dengan definisi "wilayah atau sekumpulan kampung yang dipimpin (dikepalai) oleh seorang penghulu; distrik". Jadi soal nagari sudah tidak perlu dibahas ya, lagipula lucu kalau tiba-tiba sensitif dengan nagari yang katanya "Sansekerta", padahal dalam bahasa Indonesia sendiri juga banyak sekali kata serapan Sansekerta seperti negeri, bumi, dll. Apa mau dimusnahkan semuanya?
 
<s>[https://kbbi.web.id/serta-merta Kata "gampong"] memang tidak ada di KBBI, tetapi</s> [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gampong Gampong juga ada di KBBI] dan di [http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf catatan penjelasan UU No 6 tahun 2014 tentang desa] ada tertulis:
{{cquote2|Yang diatur dalam Undang-Undang ini adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang merupakan gabungan antara genealogis dan teritorial. Dalam kaitan itu, '''negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat''' beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. '''Implementasi dari kesatuan masyarakat hukum adat tersebut''' telah ada dan hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti huta/nagori di Sumatera Utara, '''gampong di Aceh''', nagari di Minangkabau, marga di Sumatera bagian selatan, tiuh atau pekon di Lampung, desa pakraman/desa adat di Bali, lembang di Toraja, banua dan wanua di Kalimantan, dan negeri di Maluku.}}
 
Jadi penggunaan terminologi "gampong" di sini tidak sembarangan dan merupakan terminologi resmi pemerintahan dengan makna tertentu yang tidak ditangkap oleh kata "desa" ataupun "kampung". Dalam perda di Aceh pun istilah "gampong" juga yang digunakan. Contoh:
* [https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/93456/perbup-kab-bireuen-no-21-tahun-2018 Peraturan Bupati (PERBUP) tentang DAFTAR KEWENANGAN GAMPONG BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA GAMPONG DALAM KABUPATEN BIREUEN]
* [https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/91590/perda-kab-pidie-jaya-no-2-tahun-2018 Peraturan Daerah (PERDA) tentang Pemerintahan Gampong], Kabupaten Pidie Jaya
* [https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/99147/perda-kota-lhokseumawe-no-1-tahun-2015 Peraturan Daerah (PERDA) tentang GAMPONG], Kota Lhokseumawe
* [http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/download.php?KPUU=22533 Perda Pemerintahan Gampong], Kabupaten Aceh Utara
* [http://jdih.setjen.kemendagri.go.id/download.php?KPUU=22532 Perda Penghapusan Kelurahan Dan Pembentukan Gampong Dalam Kabupaten Aceh Utara], Kabupaten Aceh Utara
 
Maka tidak heran kantor berita pemerintah menggunakan kata "gampong" dan bukan "kampung" atau "desa" saat membahas konteks Aceh: [https://www.antaranews.com/berita/821367/ribuan-mahasiswa-unimal-diterjunkan-ke-gampong-terpencil-aceh-utara berita dari Antara].
 
Walaupun ini memang Wikipedia Bahasa Indonesia, tapi kita tidak alergi dengan istilah asing di sini kalau memang diperlukan penggunaannya. Ada alasan kenapa "County of Tyrol" ditulis jadi [[Grafschaft Tirol]] dan bukan "Kabupaten Tirol". Apalagi soal gampong dan nagari ini kan terminologi resmi, jadi sebenarnya tidak perlu diributkan.
 
CC: @{{u|Albertus Aditya}} @{{u|HaEr48}} [[Pengguna:Mimihitam|'''<small><span style="background:#999999;color:#fff">&nbsp;Mimihitam&nbsp;</span></small>''']] 7 April 2019 16.36 (UTC)
 
*{{Jempol}} &nbsp;•&nbsp;[[Berkas:MySign.png|40px|link=Pengguna:Iwan Novirion|alt=Iwan Novirion]]™&nbsp;[[Berkas:Gartoon-Evolution.png|15px|link=Pembicaraan_Pengguna:Iwan Novirion|alt=Kirim Pesan]]&nbsp;&nbsp;Minggu, 7 April 2019 - 23:46 wib.
::Ingin menyampaikan ralat. Berikut adalah pranala dari KBBI daring terbitan [[Kemendikbud]]: [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/gampong gampong] dan [https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/nagari nagari]. — [[Pengguna:Bonaditya|'''Bonaditya''']] <sup>([[Pembicaraan Pengguna:Bonaditya|<font color="red">bicara</font>]])</sup> 7 April 2019 23.36 (UTC)
::: Menurutku kalaupun tidak ada di KBBI bukan otomatis harus dilarang. Harus dilihat kepantasannya masing-masing. Untuk nama daerah administratif di berbagai provinsi Indonesia, menurutku kalau nama itu sudah resmi menggantikan nama standar seperti desa atau kelurahan, dan luas dipakai misalnya dalam dokumen resmi (misalnya kop surat, undang-undang, dst.) maka justru layak nama itu dipakai. [[Pengguna:HaEr48|HaEr48]] ([[Pembicaraan Pengguna:HaEr48|bicara]]) 8 April 2019 00.08 (UTC)
 
Dengan tidak adanya argumen lain yang membantah penggunaan kata gampong, nagari, dkk pada konteks pembagian administratif wilayah, maka dapat disimpulkan bahwa untuk penggunaan kata gampong, nagari, dkk '''tetap dipertahankan'''. Agar terutama menjadi perhatian dari {{u|Alfian rsn}} untuk mengikuti hasil diskusi ini. Terima kasih. [[Pengguna:Albertus Aditya|Albertus Aditya]] ([[Pembicaraan Pengguna:Albertus Aditya|bicara]]) 8 April 2019 02.06 (UTC)
 
== Pseudo: Palsu atau semu? ==
 
Istilah "Pseudo" seperti yang dipakai dalam kata pseudoscience, pseudocode, dlsb cocoknya diartikan palsu atau semu ? Kalo "palsu", masak nanti "pseudo-diocesan" diterjemahkan jadi "keuskupan palsu" (?) padahal "keuskupan" yang dimaksud itu dibentuk juga dari Vatikan seperti keuskupan-keuskupan lain tapi "bentuknya beda" (CMIIW) --[[Pengguna:Glorious Engine|Glorious Engine]] ([[Pembicaraan Pengguna:Glorious Engine|bicara]]) 7 April 2019 05.07 (UTC)
:Mengapa harus "palsu"? Tidak mampu menentukan [[diksi]] bakal menghasilkan terjemahan yang buruk.
:Padanannya '''semu''' (tampak seperti yang asli [yang lumrah, yang sebenarnya], padahal sama sekali bukan yang asli [yang lumrah, yang sebenarnya]). Contohnya: Bahasa semu, prosedur semu, mati semu, ilmu semu. <span class="nowrap">-- '''[[Pembicaraan Pengguna:M. Adiputra|<font face="Tahoma" color="#808000">Adiputra</font>]]'''&nbsp;'''[[Pembicaraan Pengguna:M. Adiputra|<font color="blue"><span class="Unicode">बिचर</span></font>]]''' --</span> 7 April 2019 05.47 (UTC)
 
== Penulisan tahun ==