Indikator ekologi digunakan untuk menyampaikan informasi tentang ekosistem dan pengaruh aktivitas manusia terhadapnya kepada berbagai kelompok, seperti masyarakat atau pembuat kebijakan. Karena ekosistem sangat rumit, indikator ekologi dapat membantu menyederhanakan deskripsi ekosistem ke dalam istilah-istilah yang dapat dipahami dan digunakan oleh orang-orang yang tidak memiliki latar belakang ilmiah untuk mengambil keputusan pengelolaan yang tepat. Sebagai ilustrasi, jumlah taksa kumbang yang ada di suatu lahan dapat menjadi indikator keanekaragaman hayati.[1][2][3]

Indikator ekologi sangat beragam dan dapat mencerminkan berbagai aspek ekosistem seperti faktor biologis, kimiawi, dan fisik. Karena keragaman ini, proses pengembangan dan pemilihan indikator ekologi menjadi kompleks.[4]

Menggunakan indikator ekologi merupakan pendekatan praktis karena mendokumentasikan secara langsung perubahan ekosistem sebagai respons terhadap aksi pengelolaan.[5][6] Sebagai contoh, menghitung setiap burung, tanaman, dan hewan di lahan basah yang baru saja direstorasi untuk menilai apakah restorasi tersebut berhasil atau tidak, akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu, memantau beberapa spesies indikator dapat menjadi cara yang lebih layak untuk menentukan keberhasilan restorasi.

Dasar sunting

Lingkungan mikro merupakan habitat suatu organisme yang memiliki hubungan erat antara faktor fisik dengan lingkungan sekitar yang dipengaruhi oleh iklim mikro dan perbedaan topografi. Perbedaan iklim mikro menghasilkan perubahan yang berbeda pada komunitas yang ada. Faktor lingkungan sering menentukan organisme yang ditemukan pada suatu daerah, sebaliknya fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu daerah dapat menentukan keadaan lingkungan. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan indikator biologi adalah:

  • Umumnya organisme steno, merupakan indikator yang lebih baik daripada organisme euri. Jenis tanaman indikator ini bukan merupakan organisme yang terbanyak dalam suatu komunitas.
  • Spesies yang jumlahnya besar umumnya merupakan indikator yang lebih baik daripada spesies yang berjumlah kecil, karena spesies dengan jumlah anggota organisme yang besar mempunyai biomassa yang besar sehingga lebih stabil. Juga terjadi kemungkinan turnover rate organisme kecil sekarang yang ada/hidup mungkin besok sudah tidak ada/mati. Oleh karena itu, tidak ada spesies algae yang dipakai sebagai indikator ekologi.
  • Sebelum yakin terhadap satu spesies atau kelompok spesies yang akan digunakan sebagai indikator, seharusnya mengetahui jumlah spesies di alam.
  • Semakin banyak hubungan antarspesies, populasi atau komunitas sering kali menjadi faktor yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan satu spesies.

Referensi sunting

  1. ^ Bertollo, Pietro (1998-03). "Assessing Ecosystem Health in Governed Landscapes: A Framework for Developing Core Indicators". Ecosystem Health (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 33–51. doi:10.1046/j.1526-0992.1998.00069.x. ISSN 1076-2825. 
  2. ^ Girardin, Philippe; Bockstaller, Christian; Werf, Hayo Van der (1999-03-29). "Indicators: Tools to Evaluate the Environmental Impacts of Farming Systems". Journal of Sustainable Agriculture. 13 (4): 5–21. doi:10.1300/J064v13n04_03. ISSN 1044-0046. 
  3. ^ Kurtz, Janis C.; Jackson, Laura E.; Fisher, William S. (2001-08-01). "Strategies for evaluating indicators based on guidelines from the Environmental Protection Agency's Office of Research and Development". Ecological Indicators (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 49–60. doi:10.1016/S1470-160X(01)00004-8. ISSN 1470-160X. 
  4. ^ Niemeijer, David (2002-04-01). "Developing indicators for environmental policy: data-driven and theory-driven approaches examined by example". Environmental Science & Policy (dalam bahasa Inggris). 5 (2): 91–103. doi:10.1016/S1462-9011(02)00026-6. ISSN 1462-9011. 
  5. ^ Osinski, Elisabeth; Meier, Uwe; Büchs, Wolfgang; Weickel, Joerg; Matzdorf, Bettina (2003-09-01). "Application of biotic indicators for evaluation of sustainable land use—current procedures and future developments". Agriculture, Ecosystems & Environment. Biotic Indicators for Biodiversity and Sustainable Agriculture (dalam bahasa Inggris). 98 (1): 407–421. doi:10.1016/S0167-8809(03)00100-2. ISSN 0167-8809. 
  6. ^ Piorr, Hans-Peter (2003-09-01). "Environmental policy, agri-environmental indicators and landscape indicators". Agriculture, Ecosystems & Environment. Biotic Indicators for Biodiversity and Sustainable Agriculture (dalam bahasa Inggris). 98 (1): 17–33. doi:10.1016/S0167-8809(03)00069-0. ISSN 0167-8809.