Gametogenesis adalah proses diploid dan haploid yang mengalami pembelahan sel dan diferensiasi untuk membentuk gamet haploid dewasa. Tergantung dari siklus hidup biologis organisme, gametogenesis dapat terjadi pada pembelahan meiosis gametosit diploid menjadi berbagai gamet atau pada pembelahan mitosis sel gametogen haploid. Contohnya, tanaman menghasilkan gamet melalui mitosis pada gametofit. Gametofit tumbuh dari spora haploid setelah meiosis spora.

Skema yang menunjukan analogi proses pendewasaan sel telur dan perkembangan spermatid. Oosit dan spermatosit keduanya merupakan gametosit. Ova dan spermatids adalah gamet yang lengkap.

Gametogenesis meliputi spermatogenesis dan oogenesis. spermatogenesis merupakan pembentukan sel kelamin jantan (inti sel sperma), oogenesis merupakan pembentukan sel kelamin betina (inti sel telur/ovum). Gametogenesis melibatkan proses pembelahan sel mitosis dan meiosis

Gametogenesis pada tumbuhan berbiji

sunting
 
Mikrosporogenesis pada tumbuhan berbiji

Terdapat dua proses gametogenesis pada tumbuhan berbiji yaitu mikrosporogenesis dan makrosporogenesis atau megasporogenesis. Mikrosporogenesis adalah pembentukan sel gamet jantan. Sementara itu, megasporogenesis adalah pembentukan sel gamet betina.[1]

Mikrosporogenesis

Proses mikrosporogenesis pada tumbuhan berbiji terjadi dalam kepala sari. Pada kepala sari terdapat serbuk sari yang berisi sejumlah sel-sel induk serbuk sari atau mikrospora yang bersifat diploid.

Proses mikrosporogenesis diawali dengan pembelahan meiosis I pada mikrospora yang menghasilkan sepasang sel haploid. Kemudian terjadi pembelahan meiosis II yang menghasilkan 4 mikrospora haploid yang berkelompok membentuk satu kesatuan yang disebut dengan tetrad. Setiap mikrospora menghasilkan 2 inti haploid. Inti yang satu dinamakan inti vegetatif dan yang lainnya disebut dengan inti generatif. Terjadi pembelahan mitosis pada inti generatif tanpa sitokinesis sehingga terbentuk dua inti sperma. Inti vegetatif tidak mengalami pembelahan.[1]

Dalam serbuk sari yang matang terdapat 3 inti haploid yaitu satu inti saluran serbuk sari, serta dua inti generatif.

Megasporogenesis

Proses pembelahan sel megasporogenesis pada tumbuhan berbiji terjadi pada bakal buah atau ovarium. Di dalam ovarium terdapat ovulum atau bakal biji yang menempel pada dinding ovarium. Ovulum dibungkus oleh integumen luar dan integumen dalam. Bakal biji bertemu dengan serbuk sari pada bagian yang disebut dengan lubang mikrofil. Terdapat sel induk megaspora pada bakal biji.

Proses pembelahan megasporogenesis pada tumbuhan angiospermae dimulai ketika sel induk megaspora diploid mengalami pembelahan meiosis I pada ovarium. Hasil dari pembelahan tersebut adalah dua sel haploid. Selanjutnya, Sel tersebut mengalami pembelahan meiosis II menghasilkan 4 megaspora haploid, tiga di antaranya mengalami degenerasi. Megaspora yang masih hidup mengalamai kariokinesis dan menghasilkan delapan inti haploid dan sel besar. Dalam megaspora empat inti berada pada kalaza dan empat inti lainnya di dekat mikrofil. Satu inti dari tiap tiap sisi menuju ke pusat dan bersatu membentuk kandung lembaga. sekunder yang diploid. Tiga inti dari bagian kalaza dinamakan intipoda. Inti bagian tengah yang dekat mikrofil dinamakan ovum serta inti pada samping kiri dan kanan dinamakan sinergid. Pada sebuah peristiwa pembuahan inti generatif membuahi ovum membentuk zigot diploid. Hasil persatuan dua kutub yang dibuahi inti generatif menghasilkan endosperma bersifat triploid.[1]

Gametogenesis pada hewan

sunting

Gametogenesis pada hewan terjadi pada dua tempat yakni testis dan ovarium. Gametogenesis pada testis disebut spermatogenesis karena menghasilkan sperma sementara pada ovarium dinamakan oogenesis karena menghasilkan ovum. Proses pembelahan tersebut merupakan pembelahan meiosis kromosom yang bertujuan untuk mewariskan sifat dengan jumlah setengah kromosom dengan induknya.[2]

Spermatogenesis

Di dalam testis hewan terdapat kromosom spermatogonium yang merupakan sel induk sperma. Proses spermatogenesis diawali dengan pembelahan mitosis yang menghasilkan spermatogonia. Selanjutnya, spermatogonia mengalami deferensiasi pada proses meiosis I menghasilkan spermatosit primer. Pada proses anafase, terjadi reduksi kromosom dari haploid menjadi diploid sehingga menghasilkan dua spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Kemudian, spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiosis II membentuk dua sel spermatid, sehingga dari dua sel spermatosit sekunder menghasilkan empat sel spermatid yang bersifat haploid. Empat sel spermatid tersebut mengalami metamorfosis membentuk spermatozoa yang fungsional.[2]


Oogenesis

Pada ovarium terdapat sel-sel primordial. Sel-sel tersebut mengalami pembelahan secara mitosis menghasilkan oogonia diploid (2n). Sel oogonia tersebut mengalami pembelahan meiosis I. Pada profase I, oogonia membentuk oosit primer diploid. Sementara itu, pada anafase oosit primer mengalami reduksi menjadi oosit primer haploid. Proses selanjutnya adalah telofase. Pada proses ini terjadi pembagian plasma sel yang tidak sama banyaknya sehingga pada proses meiosis I menghasilkan satu sel oosit primer bersifat haploid (n) serta satu sel polosit I haploid (n) yang memiliki plasma lebih sedikit dari sel oosit primer. Proses selanjutnya, kedua sel tersebut mengalami fase meiosis II (mitosis). Oosit primer menghasilkan satu ootid dan satu polosit II. Sedangkan, satu sel polosit I menghasilkan dua sel polosit II. Tiga sel polosit II mengalami degenerasi sehingga tidak berfungsi. Ootid mengalami pendewasaan membentuk ovum fungsional .[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Tetty Setiowati, Deswaty Furqonita (2007). BIOLOGI Interaktif Kls.XII IPA. Jakarta: Ganeca Exact. hlm. 64–65. ISBN 978-979-1211-25-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2020-11-24. 
  2. ^ a b c R. Gunawan Susilowarno, DKK. Biologi SMA/MA Kls XII (Diknas). Jakarta: Grasindo. hlm. 99–100. ISBN 978-979-025-021-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-28. Diakses tanggal 2020-11-24.