Biara Mor Hananyo

gereja di Turki

Biara Mor Hananyo (bahasa Turki: Deyrüzzaferân Manastırı, bahasa Suryani: ܕܝܪܐ ܕܡܪܝ ܚܢܢܝܐ; Biara Santo Ananias) adalah salah satu biara Ortodoks Suryani yang penting. Biara ini berada di daerah lingkungan budaya Suryani yang dikenal dengan nama Tur Abdin, dan terletak tiga kilometer di sebelah tenggara kota Mardin, Turki.

Biara Santo Ananias
Biara Mor Hananyo di Turki
Biara Mor Hananyo
Location within Turki
Informasi biara
Nama lainDairod Mor Hananyo
OrdoGereja Ortodoks Suryani
DidirikanTahun 493
Didedikasikan kepadaMor Hananyo
Gereja yang mengurusGereja Bunda Allah, Bet Kadisye
Tokoh
PendiriMor Slemon
Situs
LokasiDekat Mardin, Turki
Koordinat37°17′58″N 40°47′33″E / 37.29944°N 40.79250°E / 37.29944; 40.79250

Biara ini lebih dikenal dengan nama panggilan "Biara Kuma-Kuma" (bahasa Suryani: ܕܝܪܐ ܕܟܘܪܟܡܐ, Dairod Kurkmo; bahasa Arab: دير الزعفران, Dairuz Zafaran) lantaran cerahnya warna bebatuan yang menjadi bahan baku bangunannya. Kebudayaan Ortodoks Suryani berpusat di dua biara yang berdiri tidak jauh dari kota Mardin (sebelah barat dari Tur Abdin), yakni Biara Mor Gabriel dan Dairuz Zafaran.[1]

Sejarah

sunting

Biara Mor Hananyo dibangun di atas situs kuil pemujaan Syamas, dewa matahari Mesopotamia, yang diubah menjadi sebuah permukiman berbenteng oleh bangsa Romawi. Sesudah ditinggalkan bangsa Romawi, permukiman berbenteng tersebut diubah menjadi tempat tinggal para rahib oleh Mor Slemon pada tahun 493 Masehi.[2] Pada tahun 793, Mor Hananyo, Uskup Mardin dan Kfartuta, merenovasi dan membuat namanya lekat dengan biara ini sampai sekarang.

Sesudah sempat ditelantarkan, biara Mor Hananyo dibangun ulang Yohanes, Uskup Mardin, yang melakukan renovasi-renovasi penting dan menjadikan biara ini sebagai markas Gereja Ortodoks Suryani sebelum ia mangkat pada tanggal 12 Juli 1165.[3] Oleh karena itu, dari tahun 1160 sampai 1932, Biara Mor Hananyo menjadi tempat kedudukan resmi Batrik Gereja Ortodoks Suryani, yang selanjutnya dipindahkan ke kota Hims, kemudian dipindahkan lagi ke kota Damsyik pada tahun 1959. Meskipun demikian, biara ini masih menyimpan takhta batrik dan banyak relikui, bahkan pusara beberapa mendiang batrik.[4]

“Tiga kilometer dari timur Mardin berdiri biara Santo Ananias, yang beberapa kali dijadikan tempat kediaman Batrik Antiokhia Ortodoks Suryani dalam rentang waktu tahun 1166 sampai 1923. Biara ini berada di kaki sebuah gunung yang terlihat seperti keju Emmental khas Swiss, penuh dengan ceruk dan gua yang digali para rahib untuk dijadikan tempat berkhalwat. Para petarak garis keras berkhalwat selama bertahun-tahun di dalam gua-gua yang ditemboki mulutnya, bahkan ada yang melakukannya sampai ajal datang menjemput. Para novis yang tinggal di biaralah yang membawakan mereka air dan sedikit makanan, yang dimasukkan lewat sebuah tingkap kecil. Rahib yang mengabaikan mangkuknya selama 40 hari akan diperkirakan sudah wafat, oleh karena itu tembok penutup mulut guanya akan dibongkar. Kebiasaan semacam ini tampaknya seperti tindakan memilih liang kubur sendiri secara sukarela pada masa lampau, kebiasaan yang juga lazim dijumpai di kalangan pemeluk agama Budha di Tibet sampai negeri itu diinvasi Tiongkok pada tahun 1950. Rahib-rahib semacam inilah yang membuat daerah tersebut diberi nama Tur Abdin. . . . Saya selanjutnya mengunjungi makam-makam bawah tanah di biara ini, dan mendapati, di dalam tujuh ceruk seluas bilik, jenazah tiga mendiang batrik dan empat mendiang uskup agung Ortodoks Suryani didudukkan di atas takhta, lengkap dengan segala tanda kebesaran jabatannya.”[5]

Biara Mor Hananyo memiliki 365 ruangan. Satu ruangan mewakili satu hari dalam setahun.

Biara ini adalah alasan utama yang memikat orang untuk berkunjung ke Mardin. Pada tahun 451, jemaat Kristen Suryani yang berhaluan Miafisit (umat Yakubi) memisahkan diri dari Gereja Romawi Timur selepas Konsili Kalsedon lantaran berbeda pandangan soal kodrat sejati Kristus. Biara ini menjadi pusat penggembalaan Gereja Ortodoks Suryani dari tahun 493 sampai dasawarsa 1920-an. Komunitas Kristen Mardin yang tangguh itu sudah menyusut dari 2000 jiwa menjadi 200 jiwa dalam 30 tahun terakhir. Gereja ini masih menggunakan bahasa Aram, bahasa yang dituturkan Yesus, sebagai bahasa liturgi. Ibadat digelar setiap hari, dipimpin salah seorang dari dua rahib yang tersisa. Di sebelah kanan pintu masuk, sesudah menuruni beberapa anak tangga, terdapat ruang sembahyang yang mulanya dimanfaatkan sebagai kuil pemujaan Baal pada tahun 2000 Pramasehi. Di atasnya terdapat mausoleum yang mulanya dimanfaatkan sebagai balai perguruan ilmu pengobatan. Pintu-pintu kayunya dihiasi ukiran singa dan ular. Kapel utama masih menampakkan bekas-bekas cat dinding aslinya yang berwarna toska, serta menyimpan sebuah Alkitab setua 300 tahun, sebuah bejana baptis setua 1000 tahun, dan sebuah mosaik lantai setua 1600 tahun.[6]

Mesin cetak

sunting

Biara Mor Hananyo juga gigih berdaya upaya mencetak buku-buku. Sebuah mesin cetak dibeli dalam suatu kunjungan ke Inggris pada tahun 1874, kemudian dikirim lewat kapal kepada Antonius Azar di Halab. Pada tahun 1881, mesin tersebut dipindahkan ke Biara Mor Hananyo, dan sebuah bangunan terpisah didirikan pada tahun 1882 untuk dijadikan gedung percetakan. Pada dasawarsa 1880-an, Uskup Agung Yerusalem diberangkatkan ke Inggris untuk mempelajari hal ihwal cetak-mencetak. Ia pulang membawa sebuah mesin cetak lagi untuk digunakan sebagai cadangan. Mesin cetak cadangan ini ditempatkan di Yerusalem. Pada tahun 1888, biara Mor Hananyo menghasilkan buku cetaknya yang pertama; satu eksemplar dikirim kepada Ratu Victoria. Biara ini terus mencetak buku sampai tahun 1917. Dari tahun 1913 sampai 1914, sebuah terbitan berkala dengan nama Hikmet juga dicetak di biara ini. Pada zaman Republik Turki, percetakan biara Mor Hananyo digunakan untuk mencetak dokumen-dokumen resmi, karena merupakan satu-satunya usaha percetakan di kawasan itu.[7]

Baca juga

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ Üngör 2011, hlm. 15.
  2. ^ "Eglise syriaque orthodoxe d'Antioche". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-26. Diakses tanggal 2014-03-05. 
  3. ^ "Mor Hananyo Dayro, Turkey". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. 
  4. ^ sor.cua.edu/ChMon/MardinDKurkmo/
  5. ^ Traces in the Desert: Journeys of Discovery across Central Asia. (2008). Christoph Baumer. I. B. Tauris, New York, hlm. 21.
  6. ^ "Mardin". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-26. Diakses tanggal 2022-09-06. 
  7. ^ Langer, Robert; Taşğın, Ahmet. "The Establishment of the Syrian Orthodox Patriarchate Press". Geoffrey Roper (Penyunting): Historical Aspects of Printing and Publishing in Languages of the Middle East (Islamic Manuscripts and Books, 4), 181–192 (dalam bahasa Inggris). 

Sumber

sunting

Pranala luar

sunting