Bank benih
Bank benih adalah sebuah fasilitas penyimpanan benih yang akan digunakan di kemudian hari ketika dibutuhkan atau dalam kondisi darurat. Benih yang disimpan merupakan benih tanaman pangan yang saat ini sedang ditanam dan benih tumbuhan langka yang terancam punah. Benih tanaman pangan disimpan dengan alasan yang beragam, mulai dari preservasi varietas tertentu, seperti varietas kerabat liar tanaman pertanian yang mungkin memiliki kode genetik yang bermanfaat untuk kondisi iklim dan tanah tertentu. Benih juga disimpan ketika bencana seperti wabah hama dan penyakit tanaman, peperangan, dan kekeringan terjadi di dunia dan menghabisi tanaman pangan. Namun tidak sama dengan perpustakaan benih yang bersifat reuse dan saling berbagi kepada dan antar petani, bank benih bersifat tertutup bagi umum dan hanya diakses oleh orang tertentu saja (umumnya ilmuwan pertanian).
Kondisi penyimpanan optimal
suntingTergantung spesiesnya, benih memiliki kondisi penyimpanan yang beragam. Umumnya benih dikeringkan hingga mencapai kadar air yang cukup rendah, di bawah 5 persen, yang kemudian disimpan pada temperatur dingin (di bawah 18 derajat Celcius). DNA di dalam benih akan terus mengaami degradasi sepanjang waktu meski kondisi penyimpanan optimal, sehingga secara periodik benih harus ditanam dan benih dari tumbuhan yang telah ditanam disimpan sebagai pengganti.[1]
Alternatif
suntingAlternatif dari penyimpanan benih yaitu konservasi in-situ, di mana spesies tumbuhan dilestarikan dengan cara dibudidayakan. Di setiap generasi, benih akan memiliki kode genetik yang sedikit berbeda dengan pendahulunya karena tumbuhan tersebut juga beradaptasi terhadap kondisi iklim terkini. Konservasi in-situ dapat dilakukan di suaka alam hingga arboretum.
Ketahanan
suntingBenih tumbuhan tertentu dapat bertahan meski telah tersimpan selama ratusan tahun. Benih tertua yang telah berhasil ditumbuhkan kembali adalah kurma Judea, salah satu kultivar dari pohon kurma. Benih ini berusia 2000 tahun dan didapatkan dari lokasi arkeologi istana Herod di Israel.[2]
Lihat pula
suntingReferencsi
sunting- ^ Hong, T.D. and R.H. Ellis. 1996. A protocol to determine seed storage behaviour. IPGRI Technical Bulletin No. 1. (J.M.M. Engels and J. Toll, vol. eds.) International Plant Genetic Resources Institute, Rome, Italy. ISBN 92-9043-279-9 [www.cbd.int/doc/case-studies/tttc/seedstorage.pdf]
- ^ National Geographic
- Ellis, R. H., T.D. Hong and E.H. Roberts (1985). Handbook of Seed Technology for Genebanks Vol II: Compendium of Specific Germination Information and Test Recommendations. SGRP (System-Wide Genetic Resources Programme). Rome, Italy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-11. Diakses tanggal 2014-05-13.
- Engels, J. M. M. and L. Visser (editors) (2003). A Guide to Effective Management of Germplasm Collections. CGN, FAO, GRST, IPGRI, SGRP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-25. Diakses tanggal 2014-05-13.
- Kameswara Rao, N., J. Hanson, M. E. Dulloo, K. Ghosh, A. Nowell and M. Larinde (2006). Manual of Seed Handling in Genebanks. SGRP (System-Wide Genetic Resources Programme). Rome, Italy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-21. Diakses tanggal 2014-05-13. 147 p.
- Koo, B., Pardey, P. G., Wright, B. D.; et al. (2004). Saving Seeds. CABI, IFPRI, IPGRI, SGRP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-11. Diakses tanggal 2014-05-13.
Pranala luar
sunting- The Danish seedbank[pranala nonaktif permanen]
- BBC: Planned Norwegian seed bank
- MSNBC: Norwegian seedbank
- The Danish seedbank Diarsipkan 2014-05-14 di Wayback Machine.
- The International Rice Genebank at IRRI Diarsipkan 2012-06-20 di Wayback Machine.
- The dutchseedsbank (dsb)
- The Sensi Seeds Bank
- Israel Gene Bank Diarsipkan 2009-06-22 di Wayback Machine.
- Seedsman Seed Bank