Analisis laporan keuangan

Analisis laporan keuangan adalah kegiatan menganalisa laporan keuangan menggunakan konsep dan standar akuntansi keuangan. Keakuratan dan pencegahan kesalahan penafsiran terhadap informasi keuangan di dalam analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan sifat dan konsep akuntansi keuangan selama proses analisa.[1] Kegiatan analisis laporan keuangan memiliki tahapan-tahapan dan metode-metode tertentu agar dapat mengubah informasi di dalam laporan keuangan menjadi suatu makna tertentu. Hasil pemaknaan ini yang kemudian digunakan oleh para pembaca dan penganalisis laporan keuangan untuk mengadakan pengambilan keputusan terkait keuangan.[2] Analisis laporan keuangan dapat membandingakan pos-pos laporan keuangan dalam satu periode (analisis vertikal atau statis) maupun membandingkan beberapa laporan keuangan dari beberapa periode (analisis horizontal atau dinamis).[3]

Tujuan sunting

Tujuan analisis laporan keuangan meliputi penyaringan informasi, pemahaman, peramalan, diagnosis dan evaluasi keuangan perusahaan. Penyaringan informasi berarti bahwa analisa dilakukan untuk mengetahui kondisi perusahaan secara tidak langsung melalui laporan keuangan. Pemahaman berarti memahami profil perusahaan beserta kondisi keuangan dan hasil usahanya. Peramalan berarti analisa ditujukan untuk memperkirakan kondisi keuangan perusahaan di masa depan. Diagnosis berarti bahwa analisa mampu memberitahukan mengenai adanya kemungkinan timbulnya masalah keuangan dalam operasi perusahaan. Sementara evaluasi berarti analisa ditujukan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Tujuan lain dari analisis laporan keuangan adalah menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Kewajaran ini kemudian akan menunjukkan kebenaran informasi laporan keuangan melalui perbandingan antara posisi dan prestasi keuangan perusahaan.[4]

Bahan sunting

Bahan yang diperlukan untuk mengadakan analisis laporan keuangan adalah laporan keuangan. Analisis laporan keuangan hanya dapat dilakukan dengan adanya pengetahuan mengenai laporan keuangan. Dari laporan keuangan kemudian diadakan perhitungan rasio keuangan.[5] Analisis secara objektif selalu diperlukan terhadap laporan keuangan. Objektivitas dalam analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan peralatan dan teknik tertentu. Tujuan umum diadakannya analisis laporan keuangan adalah sebagai alat dalam analisis bisnis.[6]

Laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai bahan analisa memiliki kriteria umum tertentu. Kriteria yang paling utama adalah berkaitan dengan kebutuhan para pihak yang menganalisis serta informasi yang disajikan dapat dipercaya. Prinsip kehati-hatian diberlakukan dalam mengadakan analisa laporan keuangan sehingga dapat diketahui bahwa laporan keuangan tersebut benar-benar otentik dan objektif sehingga dapat dipercaya.[7] Laporan keuangan yang relevan memiliki judul yang jelas. Pos-pos akuntansi di dalam laporan keuangan juga diberikan pedoman penilaiannya. Laporan keuangan yang relevan juga harus disusun sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan oleh pemerintah dan telah diperiksa oleh akuntan publik.[8]

Tahapan sunting

Analisis arus kas sunting

Standar analisis arus kas dapat berbeda-beda pada tiap perusahaan. Perbedaan ini disebabkan oleh jenis perusahaan yang berbeda-beda pula. Persamaannya terletak pada informasi keuangan yang akan dianalisis, yaitu sumber kas dan penggunaan kas. Kegiatan analisa diawali dengan mengetahui sumber pembelian atau penggantian aset tetap. Selanjutnya dilakukan analisa mengenai sumber pendanaan internal terhadap kegiatan ekspansi atau akuisisi perusahaan. Analisa berikutnya berkaitan dengan hubungan antara arus kas dengan pembiayaan sebagai hasil kebijakan keuangan perusahaan. Analisis arus kas diakhiri dengan kondisi pendanaan eksternal pada perusahaan.[9]

Metode sunting

Analisis rasio sunting

Analisis rasio merupakan salah satu metode analisis laporan keuangan. Data kuantitatif yang tersedia di dalam neraca dan laporan laba rugi dibandingkan satu sama lain. Analisis rasio digunakan untuk menilai kinerja perusahaan di masa lalu dan masa sekarang. Kemungkinan mengenai kinerja perusahaan di masa depan juga dapat dianalisa menggunakan analisis rasio. Ukuran yang digunakan dalam analisis rasio adalah rasio keuangan.[10]

Rasio keuangan yang digunakan untuk analisis rasio memiliki standar tertentu. Standardisasi ini didasarkan mulai kepada catatan kondisi keuangan perusahaan pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, standarisasi dinilai dari perusahaan pesaing yang telah tergolong sukses dalam pengelolaan keuangan. Standar lain yang dapat digunakan ialah data rasio akhir dan rasio perusahaan sebagai salah satu anggota dalam suatu kelompok perusahaan. Suatu perusahaan dapat dinilai posisi keuangannya melalui rasio yang telah diberi standar. Standar rasio yang memadai adalah yang memberikan nilai rata-rata dari gabungan perusahaan sejenis. Adanya nilai rata-rata membuat hasil penggolongan kinerja keuangan perusahaan terdiri dari kategori di atas rata-rata, rata-rata atau di bawah rata-rata.[11]

Analisis rasio dalam laporan keuangan juga digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu entitas keuangan. Caranya yaitu dengan membandingkan akun-akun yang ada dalam hal keuangan dengan entitas tersebut. Analisis rasio terhadap laporan keuangan utamanya ditujukan kepada investor dan kreditur. Para investor dan kreditur menggunakan analisis rasio untuk memberikan keputusan pemberian investasi dan pinjaman terhadap suatu entitas.[12]

Analisis rasio memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, sulitnya mengadakan penggolongan sektor industri atau sektor jasa pada perusahaan yang bergerak pada beberapa sektor industri atau sektor jasa. Kedua, angka rata-rata yang diperoleh belum dapat dijadikan sebagai referensi spesifik karena hanya memberikan gambaran yang sangat umum dan hanya hasil tafsiran. Ketiga, nilai yang dicatat dapat berbeda dengan nilai aslinya karena adanya penyimpangan nilai pada neraca perusahaan. Keempat, adanya kedok perusahaan yang mengubah isi laporan keuangan menjadi lebih baik dari yang sebenarnya perlu dilaporkan. Terakhir, perusahaan dapat memiliki rasio-rasio keuangan yang baik dan buruk secara bersamaan. Kondisi ini membuat sulitnya penentuan kondisi kesehatan keuangan perusahaan melalui analisis rasio.[13]

Rasio likuiditas sunting

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemenuhan perusahaan terhadap kewajiban jangka pendek. Kewajiban ini berupa pelunasan utang jangka pendek. Dalam perumusannya, rasio likuiditas dapat menghasilkan tiga kondisi, yaitu rasio lancar, rasio cepat dan rasio lambat. Elemen perumusan dalam rasio likuiditas meliputi aset lancar, utang lancar, persediaan uang, kas, efek keuangan dan aset keseluruhan. Nilai rasio lancar diperoleh melalui perbandingan antara aset lancar dengan utang lancar. Nilai rasio cepat diperoleh melalui selisih aset lancar dan persediaan yang dibadingkan dengan utang lancar. Nilai rasio lambat diperoleh melalui penjumlahan kas dan efek keuangan yang kemudian dibandingkan dengan utang lancar. Terdapat satu kondisi lain dalam perumusan rasio likuiditas, yaitu peralihan modal kerja menjadi rasio aset total. Nilainya diketahui melalui pengurangan aset lancar dengan utang lancar yang kemudian dibandingkan dengan aset total. Nilai rasio likuiditas dikatakan baik ketika nilai lukiuiditas lebih besar dari 1 yang menandakan bahwa perusahaan mampu membayar kewajiban utang jangka pendek.[14]

Rasio solvabilitas sunting

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka panjang maupun jangka pendek. Jenis-jenis rasio solvabilitas ialah rasio liabilitas terhadap aset, rasio utang berbunga terhadap ekuitas, rasio pendapatan terhadap pembayaran suku bunga dan rasio pendapatan operasional terhadap liabilitas. Rasio liabilitas terhadap aset digunakan untuk menentukan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap utang. Perusahaan dengan persentase rasio liabilitas terhadap aset mencapai 80% memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap utang, sementara yang mencapai 100% menandakan terjadinya krisis keuangan. Rasio utang berbunga terhadap ekuitas merupakan rasio solvabilitas yang secara tepat menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar utang. Rasio ini menggunakan pembilang yaitu utang berbungan dengan penyebut yaitu ekuitas. Ketepatan rasionya disebabkan biaya utang berbunga selalu lebih rendah dibandingkan dengan biaya ekuitas. Sementara itu, rasio pendapatan terhadap pembayaran suku bunga digunakan untuk mengetahui kemampuan pembayaran suku bunga atas pinjaman yang dibayarkan. Rasio pendapatan terhadap pembayaran suku bunga membandingkan laba sebelum pembayaran suku bunga dan pajak dengan pembayaran suku bunga. Sedangkan rasio pendapatan operasional terhadap liabilitas hanya membandingkan antara pendapatan operasional dengan liabilitas.[15]

Analisis horizontal sunting

Analisis horizontal merupakan perbandingan kinerja keuangan dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Batas minimal perbandingannya adalah dua tahun. Perbandingan kinerja keuangan dalam analisis horizontal juga dapat melebihi dari dua tahun.[16]

Analisis vertikal sunting

Analisis vertikal membandingkan posisi keuangan dari tiap elemen yang ada di dalam laporan keuangan. Elemen ini meliputi aset, liabilitas dan ekuitas keuangan. Dalam laporan posisi keuangan, tiap bagian dari ketiganya dibandingkan melalui persentase. Perbandingan diadakan terhadap jumlah keseluruhan dari masing-masing elemen. Pembandingan yang sama juga berlaku pada laporan laba rugi dan laporan perubahan modal.[17] Pelaksanaan analisis vertikal hanya dilakukan dalam satu periode laporan keuangan. Analisis vertikal hanya memberikan gambaran mengenai hubungan antara tiap jenis laporan keuangan dalam satu periode. Kegunaan lain dari analisis vertikal adalah membandingkan kinerja keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain pada periode waktu tertentu. Perusahaan yang dibandingkan juga harus memiliki unit usaha yang sejenis sehingga data kinerja keuangan dapat menjadi acuan dalam perbandingan perusahaan.[18]

Pemanfaatan sunting

Pengambilan keputusan sunting

Para pengambil keputusan di dalam suatu organisasi memerlukan informasi mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting dalam pengambilan keputusan oleh para pengambil keputusan. Kekurangan dari informasi yang ada di dalam laporan keuangan adalah sifatnya yang menyajikan informasi di masa lalu atau bersifat sejarah. Sifat ini menimbulkan kesenjangan terhadap kebutuhan informasi bagi para pengambil keputusan. Kesenjangan ini diatasi dengan mengadakan analisis laporan keuangan. Isi dari laporan keuangan diolah kembali hingga dapat menghasilkan perkiraan-perkiraan yang tepat mengenai kejadian yang akan terjadi di masa depan.[19]

Manajemen keuangan sunting

Kinerja keuangan dapat dinilai dari keuntungan dan risiko keuangan melalui analisis laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan yang menggambarkan hasil operasi perusahaan. Dalam manajemen keuangan, hasil kinerja keuangan pada masa sekarang harus dibandingkan masa lalu dan dengan rata-rata kinerja keuangan dari perusahaan sejenis. Tujuan pembandingan ini untuk mengetahui adanya perubahan yang menguntungkan atau merugikan keuangan. Setelah kondisi perubahan yang menguntungkan atau merugikan diperoleh, manajemen keuangan dapat mencari tahu penyebab terjadinya perubahan tersebut. Setelah penyebabnya diketahui, pihak manajemen keuangan dapat mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan manajemen keuangan perusahaan. Perbaikan ini kemudian disajikan ke dalam laporan keuangan.[20]

Pemerintahan daerah sunting

Pemerintah daerah umumnya menggunakan beberapa metode analisis laporan keuangan yaitu metode perbandingan laporan keuangan, metode persentase kemajuan keuangan dan metode ukuran umum. Metode perbandingan laporan keuangan dilakukan dengan membandingkan dua laporan keuangan dari dua tahun yang berbeda atau lebih. Hal yang diperbandingkan utamanya ialah antara anggaran dan realisasinya.[21]

Referensi sunting

  1. ^ Septiana, Aldila (2018). Analisis Laporan Keuangan: Pemahaman Dasar dan Analisis Kritis Laporan Keuangan. Duta Media. hlm. 27–28. ISBN 978-602-654-686-9. 
  2. ^ Kawatu, Freddy Semuel (2019). Analisis Laporan Keuangan Sektor Publik. Sleman: Deepublish. hlm. 45. ISBN 978-623-02-0357-2. 
  3. ^ Hidayat, Wastam Wahyu (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (PDF). Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia. hlm. 38–39. ISBN 978-602-5891-76-2. 
  4. ^ Widyatuti, Maria (2017). Analisa Kritis Laporan Keuangan. Surabaya: CV. Jakad Media Nusantara. hlm. 9–10. ISBN 978-602-61918-1-6. 
  5. ^ Prihadi, Toto (2019). Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 4. ISBN 978-602-03-9526-5. 
  6. ^ Sianturi, N. M., dan Purba, D. (2021). Purba, L., Gaol, M. R. L., dan Situmorang, A. T., ed. Analisa Laporan Keuangan untuk Teknik dan Ekonomi. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management. hlm. 1. 
  7. ^ Sugiono, A., dan Untung, E. (2016). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan Edisi Revisi. hlm. 7. ISBN 978-602-3753-98-7. 
  8. ^ Sugiono, A., dan Untung, E. (2008). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan: Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan. Jakarta: Grasindo. hlm. 8–9. ISBN 978-979-025-279-0. 
  9. ^ Sianturi, N. M., dan Purba, D. (2021). Purba, L., Gaol, M. R. L., dan Situmorang, A. T., ed. Analisa Laporan Keuangan untuk Teknik dan Ekonomi. Pekalongan: PT Nasya Expanding Management. hlm. 20. ISBN 978-623-6906-88-0. 
  10. ^ Hantono (2018). Konsep Analisa Laporan Keuangan dengan Pendekatan Rasio dan SPSS. Sleman: Deepublish. hlm. 8. ISBN 978-602-475-506-5. 
  11. ^ Febriana, H., dkk. (2021). Irnawati, Jeni, ed. Dasar-Dasar Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 57–58. ISBN 978-623-362-063-5. 
  12. ^ Silitonga, H. P., dkk. (2020). Sudirman, Acai, ed. Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (PDF). Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 99. ISBN 978-623-94066-9-1. 
  13. ^ Astawinetu, E., dan Handini, S. (2020). Manajemen Keuangan: Teori dan Praktek (PDF). Surabaya: Scopindo Media Pustaka. hlm. 34. ISBN 978-623-93757-5-1. 
  14. ^ Hutabarat, Francis (2020). Puspitasari, Gita, ed. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan. Serang: Penerbit Desanta Muliavisitama. hlm. 21–22. ISBN 978-623-6010-06-8. 
  15. ^ Manurung, Adler Haymans (2021). Keuangan Perusahaan (PDF). Jakarta Timur: Penerbit PT Adler Manurung Press. hlm. 59. ISBN 978-979-3439-25-9. 
  16. ^ Wahyudiono, Bambang (2014). Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta Timur: Raih Asa Sukses. hlm. 11. ISBN 978-979-013-207-8. 
  17. ^ Tjandrakirana, R., Ermadiani, dan Budiman, A. I. (2021). Pengantar Akuntansi 1 Dilengkap dengan Soal dan Pembahasan (PDF). Palembang: NoerFikri Palembang. hlm. 104–105. ISBN 978-602-447-692-2. 
  18. ^ Hery (2016). Analisis Laporan Keuangan: Integrated and Comprehensive Edition. Jakarta: Penerbit PT Grasindo. hlm. 115. ISBN 978-602-375-540-0. 
  19. ^ Kariyoto (2017). Analisis Laporan Keuangan. Malang: Universitas Brawijaya Press. hlm. 1. ISBN 978-602-432-139-0. 
  20. ^ Septiana, Aldila (2019). Hermawan, Rudi, ed. Analisis Laporan Keuangan:. Pamekasan: Duta Media Publishing. hlm. 27. ISBN 978-602-65469-8-2. 
  21. ^ Fitra, Halkadri (2019). Analisis Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintahan Daerah. Malang: Penerbti CV IRDH. hlm. 33. ISBN 978-623-7343-30-1.