Tumāḍir binti Amru bin al-Ḥarth bin al-Sharīd al-Sulamīyah (575-645) (bahasa Arab: تماضر بنت عمرو بن الحرث بن الشريد السُلمية) atau dikenal luas dengan nama Al-Khansa (bahasa Arab: الخنساء, har. 'kijang') adalah penyair Arab abad ketujuh. Al-Khansa lahir dan besar di wilayah Najd (wilayah tengah dari Arab Saudi saat ini). Pada awalnya ia bersebrangan dengan nabi Islam Muhammad, tetapi kemudian memeluk Islam.[1]

al-Khansāʾ
Gambar al-Khansa' tahun 1917 oleh Kahlil Gibran
Nama asalالخنساء
Lahirca 575
Safeena, Arabia
(sekarang Mahd Al-Dhahab (daerah Madinah), Saudi Arabia)
Meninggalca 646 (umur 70–71)
Najd, Arabia
(sekarang Riyadh, Saudi Arabia)
PekerjaanPenyair

Pada masanya, penyair wanita hanya menyairkan elegi tentang kematian dan melantunkan untuk suku dihadapan khalayak umum. Al-Khansa mendapatkan ketenaran dan pengakuan dari khalayak umum dengan elegi untuk saudara laki-lakinya, Sakhr dan Muawiyah yang tewas dalam pertempuran. Ia dikenal sebagai penyair wanita terbaik dalam literatur sastra Arab.

Keluarga

sunting

Al-Khansa terlahir dalam keluarga kaya di Najd pada tahun 575.[butuh rujukan] Khansa’ lahir sebagai perempuan.[2] Nama lengkapnya adalah Tumadir bintu Amrin as-Syarib.[3] Sebagian pakar menyatakan bahwa nama asli Al-Khansa' adalah Tadamur binti Amru bin Tsarid Assulammy.[4]

Khansa' dikenal sebagai seorang perempuan yang cantik dan pandai dari kalangan bangsa Arab.  Ia dibesarkan di bagian utara Hijaz setelah melewati daerah Najed. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki bernama Muawiyah dan Shakhr. Khansa' menikah dengan seorang yang kaya raya dan mulia di kalangannya.[3] Khansa' memiliki empat orang anak laki-laki yang semuanya tewas di dalam medan perang.[5] Nama-nama anaknya berurutan ialah Yazīd, Muʿāwiyah, ʿAmr, dan ʿAmrah.[butuh rujukan]

Kehidupan

sunting

Masa Jahiliah

sunting

Pada masa jahiliah, Al-Khansa merupakan seorang penyair dari kalangan perempuan bangsa Arab. Hampir seluruh syair buatannya merupakan ungkapan ratapan. Gubahan sastra Arab dalam syair-syair buatan Al-Khansa ditujukan untuk mengenang kematian dua saudara laki-lakinya. Namanya adalah Mu’awiyah dan Sakhr.[6] Mu'awiyah terbunuh pada tahun 612 M oleh anggota dari suku lain. Lalu Khansa' meminta Sakhr untuk membalas dendam, tetapi saudaranya ini pun terluka dan meninggal satu tahun kemudian.[7]

Puisi-puisi duka yang dibuatnya untuk Shakhr berkaitan dengan kisah kematiannya akibat menolong Al-Khansa dalam kesulitan dan musibah yang dialaminya bersama suaminya. Al-Khansa menerima separuh harta dari saudaranya ini karena suaminya mengalami kebangkrutan. Namun suaminya menggunakan dan menghabiskan harta yang diberikan kepadanya oleh Shakhr. Al-Khansa' kemudian menemui Shakhr lagi dan Shakhr kembali menolongnya. Hal ini berulang terus hingga kematian saudaranya. Al-Khansa' teringat dengan pertolongan Shakhr kepadanya semasa hidupnya sehingga ia terus merasakan kesedihan yang mendalam atas kematian saudaranya ini.[3] Ia melantukan puisi-puisinya terutama di pasar yang terletak di Ukaz.[8]

Masa keislaman

sunting

Al-Khansa menjadi salah satu perempuan yang menjadi Sahabat Nabi.[9] Puisi-puisi yang dilantukan oleh Al-Khansa juga terkenal pada masa keislamannya.[10] Al-Khansa memanfaatkan syair-syair yang dibuatnya untuk meningkatkan semangat kaum muslimin.[11] Pada Pertempuran Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid sebagai panglima, Al-Khansa berperan sebagai pasukan barisan belakang bersama dengan wanita lainnya. Mereka diberikan pedang, kayu dan batu sebagai senjata untuk menghalau pasukan musuh yang melarikan diri dari medan perang.[12]

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab tahun 14 Hijriah, pasukan kaum muslimin disiapkan untuk bertempur menghadapi pasukan Kekaisaran Persia. Sebanyak 41 ribu pasukan dai kaum muslimin dikerahkan. Dalam pertempuran ini, kaum wanita ditugaskan untuk merawat pasukan dan meningkatkan semangat mereka.[13]

Pertempuan Qadisiyyah berakhir dengan kematian keempat putra Al-Khansa dalam keadaan syahid. Mereka tewas bersama dengan sekitar 7 ribu syuhada lainnya.[14] Setelah pertempuran berakhir dengan kemenangan umat muslim. Al-Khansa kembali bersama mereka tanpa membawa mayat-mayat dari putra-putranya. Setelah tiba di Madinah, Al-Khansa digelari dengan ibu para syuhada sebagai penghormatan atas dirinya.[14]

Peran penting

sunting

Al-Khansa' dikenal sebagai orang pertama yang menggunakan terminologi politik di dalam syair. Ia menggunakannya untuk menyampaikan kondisi politik di masa hidupnya. Ia pertama kali menggunakannya ketika terjadi perang antara kabilahnya dengan kabilah Sahar.[4]

Keahlian

sunting

Seorang penyair Arab kontemporer bernama Al-Nābighah al-Dhubyānī mengemukakan bahwa Al-Khansa adalah penyair terbaik dari kalangan jin dan manusia.[15]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Ayyildiz, Esat (2020-06-30). "El-Hansâ' Bint 'Amr: Eski Arap Şiirinde Öncü Bir Mersiye Şairi Hanım". Mütefekkir (dalam bahasa Turki). 7 (13): 201–224. doi:10.30523/mutefekkir.757993. ISSN 2148-8134. 
  2. ^ Wargadinata dan Fitriani 2018, hlm. 103.
  3. ^ a b c Wargadinata dan Fitriani 2018, hlm. 137.
  4. ^ a b Arake, Lukman (Februari 2020). Hadis-Hadis Politik dan Pemerintahan (PDF). Bantul: CV Lintas Nalar. hlm. 2. ISBN 978-623-7212-33-1. 
  5. ^ Nur 2021, hlm. 111.
  6. ^ Hamim, Nur (2012). "Syair Ratapan (Ritsâ) dan Cinta (Ghazal) dalam Budaya Perang Bangsa Arab Jahiliyah (Kajian Sosiologi Sastra)" (PDF). Nuansa. 9 (2): 340. 
  7. ^ Talhami, Ghada Hashem (2013). Historical Dictionary of Women in the Middle East and North Africa (dalam bahasa Inggris). Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-8108-6858-8. 
  8. ^ Wargadinata dan Fitriani 2018, hlm. 83.
  9. ^ Nur 2021, hlm. 108.
  10. ^ Wargadinata dan Fitriani 2018, hlm. 102.
  11. ^ Thaib dan Hasballah 2012, hlm. 222.
  12. ^ Banua, A. A., dkk. (Agustus 2017). Haddade, A. W., Harisah, A., dan Irsyad, M., ed. Jihad dalam Islam: Kedamaian atau Kekerasan (PDF). Bantul: Lembaga Ladang Kata. hlm. 295. ISBN 978-602-6541-43-7. 
  13. ^ Thaib dan Hasballah 2012, hlm. 223.
  14. ^ a b Thaib dan Hasballah 2012, hlm. 225.
  15. ^ Ibn Qutaybah, al-Shiʿr wa-al-shuʿarā’ (Beirut, 1964)

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting