Jahiliah (bahasa Arab: جاهلية, translit. Jāhilīyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang menunjukkan masa kebodohan akibat tidak tahu mengenai petunjuk Tuhan. Kondisi jahiliah terutama merujuk kepada bangsa Arab khususnya penduduk Makkah ketika belum mengenal Islam. Di dalam Al-Qur'an terdapat pembahasan mengenai tiga jenis jahiliah yakni jahiliah dalam persoalan ketuhanan, syariat Islam dan akhlak.

Terminologi

sunting

Jahiliah berasal dari istilah jahiliyyah yang merupakan bentuk kata kerja pertama pada kata jahala. Kata jahala memiliki arti menjadi bodoh, bodoh, bersikap dengan bodoh atau tidak peduli.[1] Dalam syariat Islam, jahiliah dimaknai sebagai ketidaktahuan akan petunjuk ilahi atau kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan.[2] Kondisi kebodohan merujuk pada situasi bangsa Arab kuno, yaitu pada masa masyarakat Arabia pra-Islam sebelum diutusnya seorang rasul yang bernama Muhammad. Pengertian khusus kata jahiliah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam dan Al-Qur'an.

Jahiliah dalam persoalan ketuhanan

sunting

Jahiliah dalam persoalan ketuhanan berkaitan dengan menjadikan sesuatu sebagai Tuhan selain Allah. Pada Surah Al-A'raf ayat ke-138 memberikan contoh berupa permintaan Bani Israil kepada Musa sebagai nabi mereka untuk membuat berhala. Kondisi jahiliah ini terjadi setelah Bani Israil diselamatkan oleh Allah ketika menyeberangi Laut Merah.[3] Jahiliah dalam persoalan ketuhanan juga disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat ke-67. Ayat ini mengisahkan tentang penyampaian perintah Allah atas penyembelihan seekor sapi betina oleh Musa kepada Bani Israil. Namun Bani Israil bertindak bodoh dengan menganggap perintah ini sebagai ejekan atas mereka.[4]

Jahiliah dalam persoalan syariat Islam

sunting

Jahiliah dalam persoalan syariat Islam berarti mengadakan hukum yang tidak sesuai atau tidak ada dalalm syariat Islam. Kondisi jahiliah ini dinyatakan dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Ma'idah ayat ke-50.[5]

Jahiliah dalam persoalan akhlak

sunting

Jahiliah dalam persoalan akhlak berkaitan dengan perbuatan yang tidak sesuai dengan keinginan Allah atas manusia. Kondisinya diwakili pada Surah Yusuf ayat ke-33 yang mengisahkan tentang Nabi Yusuf. Dalam ayat ini, Nabi Yusuf menyatakan permintaan kepada Allah bahwa dirinya lebih baik dipenjara daripada keinginan sekumpulan orang. Beberapa contoh jahiliah dalam persoalan akhlak ialah pakaian wanita yang tidak sesuai dengan syariat Islam, sikap sombong, pembicaraan yang tidak memberi manfaat dan perzinaan.[5]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Amros, Arne A. and Stephan Pocházka 2004: A Concise Dictionary of Koranic Arabic, Reichert Verlag, Wiesbaden
  2. ^ Qutb, Sayyid (1981). Milestones. The Mother Mosque Foundation. p.11, 19
  3. ^ Yani 2008, hlm. 26.
  4. ^ Yani 2008, hlm. 26-27.
  5. ^ a b Yani 2008, hlm. 27.

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting