Kaum 'Ad
Kaum `Ad (bahasa Arab: عاد, ʿĀd) adalah salah satu kaum yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Mereka termasuk dalam suku kuno yang pernah mendiami wilayah Yaman. Kaum 'ad memiliki tubuh yang besar dan kuat serta hidup dengan kaya. Mereka menyembah berhala sehingga Allah mengutus seorang nabi bernama Hud untuk mengajak mereka kembali beriman. Pengingkaran Kaum 'Ad terhadap kenabian Hud mengakibatkan pemusnahan Kaum 'Ad melalui bencana berupa kekeringan dan topan.[1]
Genealogi
suntingNama kaum `Ad diambil dari nama salah seorang leluhur mereka yang bernama `Ad. Silsilahnya menurut para ulama adalah 'Ad bin Us/Aush bin Aram/Iram bin Sem/Sam bin Nuh.[2] Dalam sejarah, terdapat dua kaum 'Ad yaitu kaum 'Ad awal atau pertama dan kaum 'Ad akhir atau kedua. Kaum 'Ad awal adalah pengganti umat Nabi Nuh dan merupakan kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar. Mereka menyembah berhala bernama Shamad, Shamud, dan Huran.[3] Kaum 'Ad kedua ada setelah kaum 'Ad awal hancur. Nabi Hud diutus pada kaum 'Ad awal. Kaum 'Ad kedua berasal dari Qahthan dan Saba' di wilayah Yaman. Beberapa pendapat sejarawan mengatakan bahwa kaum 'Ad kedua adalah kaum Tsamūd.[4]
"Dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum 'Ad awal."
— An-Najm (53): 50
Dalam riwayat tentang utusan kaum 'Ad yang pergi ke Makkah, terdapat beberapa pendapat. Muhammad bin Ishaq berpendapat bahwa mereka adalah kaum 'Ad yang sama dengan kaum yang didakwahi Nabi Hud. Dikatakan bahwa Hud dan pengikutnya telah berpindah ke tempat lain sehingga tidak terkena azab.[5] Muhammad bin Ishaq melanjutkan bahwa kaum 'Ad yang ada di Makkah selamat dan keturunan mereka yang kemudian dikenal sebagai kaum 'Ad akhir.[6]
Ibnu Katsir berpendapat bahwa riwayat tersebut membicarakan mengenai kaum 'Ad kedua. Hal ini disebabkan bahwa dalam riwayat tersebut disebutkan mengenai Makkah, padahal Makkah baru dibangun pada masa Ibrahim. Gaya bahasa dari syair yang dilantunkan Mu'awiyah bin Bakr juga bukan ciri khas kaum 'Ad awal. Juga disebutkan pula bahwa awan itu membawa api yang buruk, padahal kaum 'Ad awal dibinasakan dengan angin dingin yang sangat kencang.[7] Ibnu Katsir juga berpendapat bahwa kaum 'Ad yang disebutkan dalam surah Al-Ahqaf adalah kaum 'Ad kedua, sedangkan kaum 'Ad yang dikisahkan dalam surah lain adalah kaum 'Ad awal.[8]
Disebutkan dalam kisah suku Badui bahwa raja dari kaum 'Ad memiliki istana tempat kediaman para wanita dan kuda-kudanya, kemudian mereka semua dihancurkan dengan api dari langit atas perbuatan dosa mereka. Dipercaya bahwa reruntuhan mereka berada di suatu tempat di Rub' al Khali, sebuah gurun pasir luas yang berada di semenanjung Arab bagian selatan.[9]
Keterangan dalam Al-Qur'an
suntingKisah kaum 'Ad disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf (07): 65-72, Hud (11): 50-60, Asy-Syu'ara' (26): 123-140, Fushshilat (41): 15-16, Al-Ahqaf (46): 21-25, Adz-Dzariyat (51): 41-42, An-Najm (53): 50-55, Al-Qamar (54): 18-22, Al-Haqqah (69): 6-8, dan Al-Fajr (89): 6-14. Dalam Al-Mu'minun (23): 31-41 dikisahkan mengenai suatu kaum setelah Nuh yang juga mengingkari seruan rasul. Meski tidak dijelaskan mengenai nama kaum dan rasul yang bersangkutan, ayat tersebut ditafsirkan membicarakan Hud dan kaum 'Ad.
Tempat tinggal
suntingPemukiman kaum 'Ad terletak antara Amman dan Hadramaut di Yaman. Tempat tinggal mereka merupakan kawasan tanjung dengan perbukitan yang berpasir. Nama tempatnya ialah Asy-Syihr. Permukiman ini berada pada bagian lembah bernama Mughits.[10]
Disebutkan pula bahwa kaum 'Ad memiliki seorang raja bernama Syaddad (bahasa Arab: شدّاد, translit. Syaddād). Dia menguasai lebih dari 1.000 suku 'Ad, melakukan berbagai penaklukan seperti menundukkan Arab dan Iraq dengan kejam, mengusir bangsa Kan'an dari kediaman mereka di Syria, dan penyerangan tanah Mesir. Sebagian sumber menyatakan Syaddad adalah putra 'Ad al-Miltat bin Saksak bin Wa'il bin Himyar.[11]
Disebutkan bahwa kaum 'Ad adalah "penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi."[12] Terdapat perbedaan pendapat mengenai status Iram. Sebagian menafsirkan bahwa itu adalah nama tempat yang berada dalam wilayah kaum 'Ad. Mereka yang mengidentifikasinya sebagai kota telah memberikan berbagai pendapat mengenai letak dan rupa kota itu, mulai dari Aleksandria atau Damaskus, hingga kota yang benar-benar bisa berpindah, atau sama dengan kota yang disebut Ubar.[13] Sebagai kawasan, beberapa juga mengidentifikasikan Iram dengan Aram, wilayah yang disebutkan Alkitab yang berada di kawasan Syria.[14] Pendapat lain menyatakan bahwa Iram merujuk pada nama suku, yakni kaum 'Ad.[15]
Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa kaum 'Ad tinggal di Al-Ahqaf atau bukit-bukit pasir. Dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan bahwa lembah Al-Ahqaf sekarang berada di daerah Yaman.[16][17]
Keadaan mengenai negeri kaum 'Ad yang dijelaskan dalam Al-Qur'an antara lain:
Kondisi sosial
suntingSedangkan keterangan mengenai masyarakat kaum 'Ad sendiri antara lain:
Kehancuran
suntingBeberapa ayat Al-Qur'an menjelaskan mengenai azab yang membawa kehancuran mereka.
- Musnah karena suara yang mengguntur, menjadikan mereka seperti sampah banjir.[27]
- Angin yang menghancurkan setelah sebelumnya didahului penampakan awan yang dikira membawa hujan.[28]
- Tersapu angin membinasakan yang menjadikan benda-benda yang dilewatinya seperti serbuk.[29]
- Terlibas angin dingin yang sangat kencang selama tujuh malam delapan hari. Mereka mati bergelimpangan dan diibaratkan sebagai tunggul pohon kurma yang telah lapuk.[30]
Disebutkan bahwa kaum 'Ad mengalami kekeringan selama tiga tahun. Kemudian mereka mengutus tujuh puluh orang laki-laki untuk meminta hujan di Makkah. Di sana mereka singgah di kediaman seorang bernama Mu'awiyah bin Bakr. Dia merupakan keturunan kaum 'Amaliq dari jalur ayah, sedangkan ibunya berasal dari kaum 'Ad bernama Jalhadzah binti Al-Khaibari. Para utusan kaum 'Ad singgah sebulan lamanya sehingga Mu'awiyah merasa tidak enak pada kaumnya, tapi juga sungkan untuk mengusir mereka, sehingga dia menyindir para tamunya lewat syair.
Setelah tersadar, utusan kaum 'Ad tersebut pergi ke Makkah dan berdoa, dipimpin seorang bernama Qail bin 'Anaz, meminta hujan kepada Allah. Lalu datanglah tiga macam awan: putih, merah, dan hitam, dan suara dari langit meminta mereka untuk memilih salah satu awan tersebut. Qail memilih awan hitam. Kemudian suara tersebut menyatakan bahwa awan yang dipilih itu adalah hujan batu yang tidak akan membiarkan salah seorang dari kaum 'Ad hidup.
Di negeri kaum 'Ad, munculah awan hitam tersebut dan para penduduk keluar ke sebuah lembah bernama Al-Mughits. Mereka merasa senang lantaran mengira itu adalah awan yang mengandung hujan. Namun salah seorang wanita dari kaum 'Ad bernama Mahd mengetahui bahwa awan tersebut berisi angin yang membinasakan dan dia pingsan. Setelah sadar, dia menjelaskan bahwa telah melihat angin yang membawa kobaran api dan di depannya tampak sekumpulan laki-laki yang menarik tali kekang. Setelahnya, angin tersebut membinasakan kaum 'Ad.[31][32][33]
Keterangan kitab agama abrahamik
suntingKeberadaan kaum 'Ad hanya dinyatakan oleh kitab Al-Qur'an dalam Surah Al-Fajr. Di dalam Al-Qur'an, penyebutan kaum 'Ad selalu mendahului kaum Tsamūd sehingga sejarawan meyakini bahwa kaum 'Ad merupakan kaum kuno.[34] Sementara itu, di dalam kitab Taurat tidak ada ayat yang menjelaskan mengenai keberadaan kaum 'Ad. Taurat juga tidak menyebutkan tokoh bernama Saleh dan Hud serta kaum bernama kaum Tsamūd. Keterangan mengenai kaum 'Ad di dalam Taurat diperoleh melalui analisa para sejarawan. Hubungan genealogi antara kaum 'Ad di dalam Al-Qur'an saling berkaitan dengan nama-nama para tokoh di dalam Taurat. Selain itu, kisah mengenai kaum 'Ad juga ditemukan dalam tradisi lisan bangsa Arab.[35] Tidak adanya keterangan mengenai kaum 'Ad di dalam Taurat disebabkan oleh perhatian konteksnya yang lebih mengkhususkan kepada bangsa Ibrani.[36]
Lihat pula
suntingRujukan
sunting- ^ Ghazali, dkk. (2019). Ensiklopedia Al-Qur'an dan Hadis Per Tema. Quanta. hlm. 254. ISBN 978-602-04-9550-7.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 135.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 136-137.
- ^ Khalil, Syauqi Abu (2006). Atlas al-Qur'an: Mengungkap Misteri Kebesaran al-Qur'an. Jakarta: Almahira. hlm. 31.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 154.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 153.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 156.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 161.
- ^ Wynn, Jeffrey C.; Shoemaker, Eugene M. (November 1998). "The Day the Sands Caught Fire" (PDF). Scientific American. Springer Nature. hlm. 64–71. Diakses tanggal 2019-11-17.
- ^ Ibnu Katsir 2015, hlm. 123.
- ^ Alami, Mohammed Hamdouni (2001). Al-Bayan Wa L-Bunyan: Meaning, Poetics, and Politics in Early Islamic Architecture (dalam bahasa Inggris). University of California, Berkeley. hlm. 238.
- ^ Al-Fajr (89): 7
- ^ Noegel, Scott B.; Wheeler, Brannon M. (2010). "Iram". The A to Z of Prophets in Islam and Judaism. Scarecrow Press. hlm. 151. ISBN 978-0-8108-7603-3.
- ^ Bosworth, C.E., ed. (1999). The History of al-Ṭabarī, Volume V: The Sāsānids, the Byzantines, the Lakhmids, and Yemen. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. hlm. 180. ISBN 978-0-7914-4355-2.
- ^ Glassé, Cyril; Smith, Huston (2003). "ʿĀd". The New Encyclopedia of Islam. Rowman Altamira. hlm. 26. ISBN 978-0-7591-0190-6.
- ^ "Qur'anic Verses (56:77-9) on Carpet Page". World Digital Library. Diakses tanggal 1 March 2013.
- ^ The Study Quran, hlm. 1231, v.21 commentary.
- ^ Al-Fajr (89): 7
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 128-129
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 133-134
- ^ Al-A'raf (07): 69
- ^ Al-A'raf (07): 70
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 137
- ^ Al-A'raf (07): 69
- ^ Asy-Syu'ara' (26): 130
- ^ Hud (11): 59
- ^ Al-Mu'minun (23): 41
- ^ Al-Ahqaf (46): 24
- ^ Adz-Dzariyat (51): 41-42
- ^ Al-Haqqah (69): 6-8
- ^ HR. Ahmad (3/482)
- ^ Tafsir Ath-Thabari (8/217-222)
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 152-155.
- ^ Ali 2018, hlm. 287.
- ^ Ali 2018, hlm. 287-288.
- ^ Ali 2018, hlm. 288.
Daftar pustaka
sunting- Ali, Jawwad (2018). Sejarah Arab Sebelum Islam: Geografi, Iklim, Karakteristik, dan Silsilah. Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet. ISBN 978-602-6577-24-5.
- Katsir, Ibnu (2015). Hikmatiar, Ikhlas, ed. Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi Sejak Adam hingga Isa. Diterjemahkan oleh MS, Saefulloh. Jakarta: Qisthi Press. ISBN 978-979-1303-84-2.
- Seyyed Hossein Nasr; Caner K. Dagli; Maria Massi Dakake; Joseph E.B. Lumbard; Mohammed Rustom, ed. (2015). The Study Quran: A New Translation and Commentary. New York, NY: HarperCollins. ISBN 978-0-06-112586-7.