Xue Song (Hanzi: 薛嵩, ?-773), Pangeran Pingyang (平阳王), adalah seorang panglima perang pada pertengahan Dinasti Tang. Tadinya ia merupakan salah satu jenderal pemberontak pada masa Pemberontakan Anshi. Ketika pemberontakan sudah di ujung tanduk, Xue bersama beberapa rekannya membelot ke pihak Tang. Setelah menyerah, pemerintah Tang membiarkannya tetap berkuasa atas distrik militer Zhaoyi (sekarang wilayah Henan). Xue adalah salah satu dari enam gubernur militer pembangkang pasca Pemberontakan Anshi.

Peta wilayah kekuasaan utama dan kekuatan pasukan militer Dinasti Tang pada masa Kaisar Xuanzhong bertakhta

Latar belakang sunting

Xue Song dilahirkan di wilayah Beijing (catatan lain menyebutkan ia lahir di Shanxi), tetapi tahun kelahirannya tidak diketahui. Ia adalah cucu dari Xue Rengui, jenderal legendaris pada masa Kaisar Tang Gaozong yang dikenal sebagai penakluk Korea. Ayahnya, Xue Chuyu, juga menjadi jenderal Tang. Sejak muda Xue sudah mahir menunggang kuda dan memanah, ia juga sangat menggemari sepak bola tradisional Tiongkok, tetapi tidak menaruh minat dalam pelajaran. Meskipun memiliki latar belakang keluarga terpandang, ia sempat jatuh miskin karena tidak becus mengelola harta keluarga.

Selama Pemberontakan Anshi sunting

Tahun 755, gubernur militer Fanyang (sekarang termasuk wilayah Beizing), An Lushan, memberontak terhadap Kaisar Tang Xuanzong. Xue bergabung dalam pemberontakan ini, tetapi perannya pada tahun-tahun awal pemberontakan tidak tertulis dalam sejarah. Dokumen sejarah mencatat tentang dirinya pada tahun 758 ketika putra dan penerus An Lushan, An Qingxu terkepung oleh pasukan Tang di Yecheng. Xue saat itu menjalankan misi untuk meminta bala bantuan dari Shi Siming yang adalah tangan kanan dan sahabat An Lushan. Xue berhasil menyelesaikan misinya, Shi memimpin pasukannya ke Yecheng dan memukul mundur pasukan Tang. Namun setelah membebaskan kota Yecheng, Shi mendakwa An Qingxu sebagai anak tak berbakti karena telah membunuh ayahnya sendiri dan menjatuhinya hukuman mati. Setelahnya ia mengklaim tahta untuk dirinya sendiri. Sejak itu Xue mengabdi di bawah Shi Siming.

Pasca pemberontakan sunting

Tahun 763, pemberontak sudah di ambang kekalahan setelah mengalami kekalahan beruntun dalam beberapa pertempuran yang menentukan. Setelah putra dan penerus Shi Siming, Shi Chaoyi bunuh diri di tengah pelariannya, pemberontakan yang hampir meluluh lantakkan Dinasti Tang itu pun secara resmi berakhir. Saat itu Xue sedang menjaga Yecheng. Ia bersama tiga jenderal pemberontak, Li Huaixian, Tian Chengsi, dan Zhang Zhongzhi menyerahkan diri pada pemerintah Tang. Dinasti Tang pasca pemberontakan Anshi sudah bukan Dinasti Tang yang perkasa seperti dulu lagi. Kekuasaan kaisar semakin lemah, sementara di tingkat daerah para gubernur militer semakin berkuasa, di tangan merekalah sesungguhnya kekuasaan atas daerah terletak. Terhadap para mantan jenderal pemberontak, pemerintah pusat pun ragu untuk bertindak karena tidak ingin terjadi pemberontakan lebih lanjut. Atas saran Jenderal Pugu Huai’en, Xue bersama dengan tiga rekannya diizinkan untuk tetap berkuasa atas wilayah dan pasukan mereka. Xue diangkat sebagai gubernur militer Zhaoyi (beribu kota di Anyang, Henan) dan membawahi enam prefektur di sekitar Yecheng.

Xue membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang mampu, ia berhasil menciptakan ketentraman dan keamanan di wilayahnya serta menenangkan rakyat yang dilanda trauma pasca perang yang hampir satu dekade itu. Kekusaannya dari hari ke hari makin besar sehingga hampir sepenuhnya bebas dari pemerintah pusat. Ia bersama tiga rekannya yang sesama mantan pemberontak dan dua gubernur militer lain, Li Zhengji dan Liang Chongyi, membentuk persekutuan. Mereka menuntut otonomi yang lebih luas pada pemerintah pusat, hak waris atas jabatan mereka sebagai gubernur militer pada keturunan mereka, serta hak mengelola pasukan dan pajak sendiri tanpa harus melalui pusat. Xue mendapat gelar kebangsawanan Pangeran Gaoping lalu belakangan diubah menjadi Pangeran Pingyang. Untuk mempererat persekutuan, ia menikahkan putrinya dengan salah satu putra Tian Chengsi. Setelah ia wafat tahun 773, putranya, Xue Ping, meneruskan jabatannya sebagai gubernur militer. Namun tidak lama kemudian Xue Ping karena merasa tidak cocok, menyerahkan jabatan itu pada pamannya, Xue E. Xue E tidak mampu membendung serbuan Tian Chengsi yang berambisi memperluas wilayahnya dengan menyerang Zhaoyi. Ia kabur ke ibu kota Chang’an setelah dikalahkan oleh Tian. Empat prefektur Zhaoyi direbut oleh Tian sementara dua lainnya diambil alih pemerintah pusat. Dengan demikian berakhirlah dominasi klan Xue atas wilayah tersebut.

Referensi sunting