Wisnuwarman adalah Raja Tarumanagara ke-4. Dia memerintah Kerajaan Tarumanagara yang menggantikan ayahnya, Purnawarman yang mangkat pada tahun 435 M. Wisnuwarman dinobatkan menjadi Raja pada tanggal 14 bagian terang bulan Posya tahun 355/356 Saka atau tahun 434 M.

Wisnuwarman
Raja Tarumanegara ke 4
Berkuasa(434 - 455)
PendahuluPurnawarman
PenerusIndrawarman
Kelahiran434 M
Kematian455 M
Keturunan
Nama takhta
Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati
WangsaDinasti Warman
AyahPurnawarman

Penobatan Wisnuwarman sebagai Raja Tarumanagara

sunting

Pada saat penobatan sang Wisnuwarman sebagai raja, di istana Kerajaan melakukan sebuah pesta besar selama tiga hari tiga malam dan istana dihias bunga-bunga yang sangat harum. Di dalam upacara penobatan Wisnuwarman sebagai raja yang menggantikan Purnawarman, para raja Kerajaan bawahan Kerajaan Tarumanagara yang terletak di Pulau Jawa bagian barat yang menghadiri upacara penobatan tersebut.

Selain para raja dari negeri lain, upacara penobatan itu yang juga dihadiri oleh perdana menteri Kerajaan Tarumanagara, para brahmana, pendeta kapwatji, senapati sarwajala, panglima angkatan perang dan para pejabat-pejabat yang lainnya. Di dalam upacara itu, para tamu disajikan jamuan makanan dan minuman yang amat lezat. Selain itu, para tamu juga disajikan pertunjukan musik dengan para penari yang berparas cantik. Para tamu kemudian bersama-sama memanjatkan doa-doa bagi Wisnuwarman, raja bagi Kerajaan Tarumanagara yang baru.

Masa Pemerintahan

sunting

Setelah penobatan Wisnuwarman sebagai raja bagi Kerajaan Tarumanagara pada tahun 435 M, dia mengirimkan utusannya ke berbagai negeri, diantaranya; Cina, negeri Bharata, negeri Syangka, negeri Campa, negeri Yawana, Swarnabhumi, Bakulapura, negeri Singa, negeri Dhamma, dan seluruh negeri-negeri yang merupakan negara sahabat Kerajaan Tarumanagara. Selain itu, tidak luput juga Wisnuwarman yang mengirimkan utusannya kepada raja-raja yang berada di kawasan Dwipantara.

Tujuan Wisnuwarman mengirimkan utusannya ke berbagai negeri itu bertujuan untuk memberikan kabar bahwa penguasa di Kerajaan Tarumanagara, Purnawarman telah meninggal dan digantikan oleh Wisnuwarman. Selain memberikan kabar pergantian kekuasaan itu, para utusan yang dikirimkan ini juga berupaya untuk mempertahankan hubungan yang telah berlangsung sejak masa pendahulu-pendahulu Wisnuwarman.

Pada tahun 436 M, tepat tiga tahun setelah Wisnuwarman dinobatkan sebagai raja, Kerajaan Tarumanagara, terjadi gempa bumi dengan skala sedikit. Pada tahun 439 M, terjadi gerhana bulan, namun gerhana itu berlangsung tidak lama. Kedua kejadian itu (gempa bumi dan gerhana bulan) dianggap oleh Wisnuwarman sebagai sesuatu pertanda bahaya. Dia pun upaya menghindari bahaya itu dengan mengikuti nasehati dari Brahmana Siddhimantra yang memberikan petunjuk Wisnuwarman harus berjalan mengikuti aliran sungai Gangga yang berada di wilayah Kerajaan Indraprahasta (Cirebon).

Dua bulan kemudian setelah perjalanan itu, Wisnuwarman bermimpi melihat harimau tua, celeng (babi hutan), garuda, beruang, dan beberapa ekor satwa lainnya, semua hewan liar yang dilihatnya itu handak menyerang Sang Maharaja Wisnuwarman yang tengah naik gajah tunggangnya yang bernama Maniwa. Di dalam serangan hewan liar itu, Wisnuwarman hampir terjatuh ke tanah, namun gajah Maniwa dapat menyelamatkannya dari bahaya itu. Namun, secara tiba-tiba datang seorang brahmana menaiki gajah Airawata (gajah tunggangan Raja Purnawarman) menyelamatkan Wisnuwarman. Karena mimpinya itu, Wisnuwarman menjadi sangat gelisah batinnya.

Tiga hari kemudian setelah menuruti nasehat dari para brahmana, Wisnuwarman disertai dengan para penggiringnya dan juga para brahmana, kapwatji segera berangkat ke arah timur, Kerajaan Indraprahasta. Di sini Sang Maharaja Wisnuwarman disambut gembira oleh Raja Indraprahasta yaitu Wirya Banyu. Wisnuwarman keesokan harinya beserta para raja bawahan semuanya mandi di sungai Gangga dengan dijaga oleh pasukan yang membawa berbagai jenis senjata. Setelah mandi, Wisnuwarman menuju pertapaan dan melakukan persembahan kepada tempat suci Dewa Wisnu dan Bahtara Sangkara (Dewa Siwa) yang terletak di sekitar sungai Gangga.

Menghadapi pemberontak Cakrawarman

sunting

Setahun kemudian, pada tahun 437 M setelah peristiwa mandinya Wisnuwarman di sungai Gangga, adalah suatu peristiwa di dalam Kedaton Kerajaan Tarumanagara yaitu di kala Sri Maharaja Wisnuwarman dan permaisuri sedang tidur, di malam hari ada seseorang yang membawa pedang dan belati menuju tempat tidur Wisnuwarman. Namun, ketika mendekati tempat tidur raja, pedang dan belati terjatuhnya yang menyebabkan raja dan permaisurinya terbangun dan segera melumpuhkan orang itu.

Setelah kejadian itu, pada pagi harinya Sri Maharaja Wisnuwarman duduk di tengah balairung, beberapa para petinggi kerajaan, sang jaksa, sang brahmana, sang tanda, sang juru saat itu mereka sedang berbincang-bincang (mengenai) perintah menghadap oleh Sri Maharaja. Di tengah balairung itu, seseorang yang hendak membunuh Wisnuwarman segera dihadapkan dan dimintai keterangan, mengenai tujuan dari keinginannya. Setelah ditekan oleh Wisnuwarman, orang itu menyatakan bahwa tujuannya yang membunuh Wisnuwarman karena perintah dari seorang yaitu Cakrawarman, paman Wisnuwarman (adik Purnawarman).

Perlu diketahui, Cakrawarman yang pada saat masa pemerintahan Purnawarman diangkat menjadi sebagai panglima angkatan perang memiliki keinginan untuk menjadi raja di Kerajaan Tarumanagara. Sehingga Cakrawarman berupaya untuk membunuh keponakannya sendiri, Wisnuwarman. Mendengar keterangan itu, Wisnuwarman menjadi terkejut, demikian pula para pejabat tinggi yang hadir di balairung itu.

Mendengar rencana pembunuhan terhadap Wisnuwarman gagal, Cakrawarman beserta para pengikutnya melarikan diri menuju ke tepi sungai Taruma untuk mencari perlindungan dari Kerajaan Cupunagara. Namun raja Kerajaan Cupunagara, yaitu Raja Satyaguna tidak ingin memberikan perlindungan untuk Cakrawarman beserta para pengikutnya. Mendapat jawaban penolakan dari Kerajaan Cupunagara, Cakrawarman berserta para pengikutnya kemudian melarikan diri ke arah timur dan mengasingkan diri diantara hutan-hutan dan pegunungan.

Atas bantuan dari Kerajaan Indraprahasta, pemberontakan yang dilakukan oleh Cakrawarman berhasil dipadamkan. Pasca pertempuran itu, panglima dan bala tentara Kerajaan Indraprahasta mendapat hadiah kemenangan perang. Demikian juga Raja Indraprahasta, yaitu Raja Wirya Banyu mendapatkan anugerah diberikan oleh Wisnuwarman dengan berbagai hadiah yang tidak sedikit. Selain memberikan berbagai macam hadiah, Wisnuwarman juga memperistri putri Raja Wirya Banyu, yaitu Dewi Suklawati yang kemudian menjadi permaisurinya. Sebab permaisuri Raja Wisnuwarman yang berasal dari Bakulapura itu telah meninggal akibat sakit di usia muda tanpa meninggalkan seorangpun putra.

Dari pernikahan Dewi Suklawati, Wisnuwarman memiliki 2 anak;

  1. Indrawarman
  2. Widalawarman

Wisnuwarman meninggal pada tahun 455 M dengan gelar anumerta Sri Maharaja Wisnuwarman Iswara Digwijaya Tunggal Jagatpati. Sepeninggalan Wisnuwarman diperintakan oleh anak tertua, yaitu Indrawarman.

Referensi

sunting
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
Purnawarman
Raja Tarumanagara
(434455)
Diteruskan oleh:
Indrawarman