Wikipedia:Artikel Pilihan/40 2018

Seorang wanita Tionghoa mengenakan pakaian tradisional (kiri) dan seorang wanita membeli pakaian modern (kanan). Pemandangan yang kontras mengingat globalisasi telah berpengaruh terhadap wanita Tionghoa dalam busana dan budaya.

Globalisasi memengaruhi hak asasi wanita dan hierarki gender di Tiongkok dalam ranah kehidupan pribadi seperti pernikahan dan primogenitur serta di tempat kerja. Perubahan ini mengubah mutu hidup dan ketersediaan peluang wanita pada waktu yang berbeda-beda sepanjang proses globalisasi modern. Dinamika ketaksetaraan gender berhubungan dengan prinsip ideologis yang digunakan oleh suatu kekuasaan politik yang berjalan. Zaman kekaisaran didominasi oleh paradigma sosial Konfusianisme, yang merupakan falsafah pokok di negara-negara lingkungan kebudayaan Asia Timur. Ketika pemerintah Tiongkok mulai berasimilasi kembali ke dalam masyarakat global pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, negara ini bergeser dari falsafah Konfusianisme konvensional dan peran wanita dalam masyarakat juga berubah. Sesudah Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat Tiongkok pada 1949, perubahan dalam peran gender tradisional muncul. Kematian Mao menandakan reformasi politik besar-besaran pada bidang pemerintahan, dan terjangkaunya hubungan internasional lewat komunikasi dalam bidang perdagangan, politik, dan gagasan sosial. Sejak 1980-an, di bawah partai komunis yang telah direformasi, gerakan hak asasi wanita telah mendapatkan momentumnya dan menjadi isu nasional sekaligus sebagai pertanda modernisasi di Tiongkok. (Selengkapnya...)