Untaian Permata (geopolitik)

Untaian Permata (Inggris: String of Pearls) adalah teori geopolitik tentang dugaan rencana Tiongkok di kawasan Samudra Hindia.[1] Istilah ini mengacu kepada sebaran fasilitas militer dan komersial Tiongkok yang dihubungkan oleh jalur komunikasi laut dari Daratan Tiongkok ke Port Sudan di Tanduk Afrika. Jalur laut ini melintasi beberapa selat penting seperti Selat Mandeb, Selat Malaka, Selat Hormuz, dan Selat Lombok dan pusat-pusat maritim strategis di Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, Maladewa, dan Somalia.

Banyak pengamat di India yang yakin bahwa Untaian Permata, Koridor Ekonomi Tiongkok–Pakistan, dan sebagian Inisiatif Sabuk dan Jalan mengancam keamanan nasional India.[2] Sistem ini akan mengepung India[2] dan mengancam proyeksi kekuasaan, perdagangan, dan integritas wilayahnya.[3] Selain itu, dukungan Tiongkok untuk musuh bebuyutan India, Pakistan (lihat perang dan konflik India-Pakistan), sekaligus proyek Pelabuhan Gwadar dipandang sebagai suatu ancaman. India juga khawatir Tiongkok akan membangun pangkalan militer laut luar negeri di Gwadar[2] sehingga Tiongkok bisa melancarkan perang ekspedisi di kawasan Samudra Hindia.[4] India mulai mengambil berbagai macam tindakan untuk meredam persepsi ancaman tersebut.[5]

Peta Untaian Permata Tiongkok tahun 2012. Beberapa legenda keliru; #13 di peta seharusnya #15 di teks; #14 di peta seharusnya #13 di teks; #15 di peta seharusnya #14 di teks. (es)

Sebagai konsep geopolitik, istilah ini pertama kali digunakan dalam laporan internal Departemen Pertahanan AS yang berjudul "Energy Futures in Asia".[6] Istilah ini juga populer dalam lingkup geopolitik dan kebijakan luar negeri India untuk menyoroti kekhawatiran India atas proyek-proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan milik Tiongkok di seluruh Asia Selatan.[7] Menurut EUISS, Dialog Keamanan Kuadrilateral (beranggotakan Amerika Serikat, India, Australia, dan Jepang) adalah respons langsung terhadap agresifnya kebijakan luar negeri dan keamanan Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik.[8]

Untaian Permata menunjukkan semakin besarnya pengaruh geopolitik Tiongkok melalui serangkaian upaya untuk menambah akses ke pelabuhan dan bandara, memperbesar dan mempercanggih militer, serta memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara mitra dagang.[9] Pemerintah Tiongkok bersikukuh bahwa strategi laut mereka sepenuhnya bersifat damai dan bertujuan melindungi kepentingan perdagangan kawasan.[10] Perdana Menteri Tiongkok, Hu Jintao[10] dan Xi Jinping,[11] sama-sama menegaskan bahwa Tiongkok tidak akan menjadi pihak dominan dalam hubungan luar negeri. Analisis The Economist tahun 2013 menunjukkan bahwa Tiongkok benar-benar berniat untuk berdagang.[12] Meski katanya aksi Tiongkok menciptakan dilema keamanan antara Tiongkok dan India di Samudra Hindia, pandangan ini dipersoalkan oleh sejumlah pengamat karena Tiongkok memiliki kelemahan strategis yang mendasar.[13]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Issues and Insights | Pacific Forum". www.pacforum.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-22. Diakses tanggal 2018-12-22. 
  2. ^ a b c "Here Is All You Should Know About 'String Of Pearls', China's Policy To Encircle India". indiatimes.com (dalam bahasa Inggris). 2017-06-22. Diakses tanggal 2018-12-22. 
  3. ^ DelhiJune 15, Prabhash K. Dutta New; June 15, 2017UPDATED:; Ist, 2017 15:51. "Can China really encircle India with its String of Pearls? The great game of Asia". India Today (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-22. 
  4. ^ Times, EurAsian (2018-03-31). "China's "String of Pearls" Resulted in India's 1st Loss at the Indian Ocean". EurAsian Times: Latest Asian, Middle-East, EurAsian, Indian News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-12-22. 
  5. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama TheWorld2
  6. ^ "China builds up strategic sea lanes", The Washington Times, Washington, 17 January 2005. Retrieved on 4 May 2013.
  7. ^ C. Raja Mohan (2012-11-28). Sino-Indian Rivalry in the Indo-Pacific. Brookings Institution Press, 2012. ISBN 978-0870033063. 
  8. ^ https://www.iss.europa.eu/sites/default/files/EUISSFiles/Brief%203%20The%20Indo-Pacific_0.pdf
  9. ^ Pehrson, Christopher J.String of Pearls: Meeting the Challenge of China's Rising Power Across the Asian Littoral. Diarsipkan 2013-02-20 di Wayback Machine., "Carlisle Papers in Security Strategy", July 2006. Retrieved on 4 May 2013.
  10. ^ a b Hu: China Would Never Seek Hegemony, "Xinhua News Agency", Beijing, 23 April 2009. Retrieved on 4 May 2013.
  11. ^ Buckley, Chris; Myers, Steven Lee (2018-12-18). "4 Takeaways from Xi Jinping's Speech Defending Communist Party Control". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2018-12-22. 
  12. ^ "China's growing empire of ports abroad is mainly about trade, not aggression". The Economist. 8 June 2013. Diakses tanggal 5 November 2013. 
  13. ^ David Brewster. "Beyond the String of Pearls: Is there really a Security Dilemma in the Indian Ocean?". Diakses tanggal 11 August 2014.