Madidihang
Ikan Madidihang atau tuna sirip kuning (Thunnus albacares) adalah sejenis ikan pelagis besar yang mengembara di lautan tropika dan ugahari di seluruh dunia. Ikan ini merupakan salah satu jenis tuna yang terbesar, meski masih kalah besar jika dibandingkan dengan tuna sirip biru dan tuna mata besar. Madidihang juga merupakan ikan tangkapan samudra yang penting karena bernilai ekonomi tinggi. Dalam perdagangan dunia, ikan ini dikenal sebagai yellowfin tuna (Ingg.) dan juga albacore (Pr. dan Sp.).
Madidihang
| |
---|---|
Thunnus albacares | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 21857 |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Thunnus albacares (Bonnaterre, 1788) |
Tata nama | |
Sinonim takson |
|
Protonim | Scomber albacares |
Pengenalan
suntingMadidihang dewasa memiliki tubuh yang berukuran besar, dengan panjang dari ujung moncong hingga ujung percabangan sirip ekor (FL, fork length) mencapai 195 cm; namun umumnya hingga 150 cm. Bentuknya gilig panjang serupa torpedo (fusiform), agak memipih dari sisi ke sisi.[2]
Sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua berkas, terpisah oleh celah yang kecil saja; berkas yang kedua segera diikuti oleh 8–10 sirip-sirip tambahan berukuran kecil (finlet). Sirip anal diikuti oleh 7–10 finlet. Pada spesimen berukuran besar, sirip punggung kedua dan sirip anal ini kadang-kadang memanjang hingga 20% FL. Sirip dada (pectoral) lumayan panjang (22–31% FL), biasanya mencapai pangkal bagian depan sirip dorsal kedua, tetapi tidak melewati pangkal bagian belakangnya. Ada dua lipatan kulit (tonjolan interpelvis) di antara sirip-sirip perut. Batang ekor amat ramping, dengan sebuah lunas samping yang kuat di tiap-tiap sisi, yang masing-masing diapit oleh dua lunas yang lebih kecil.[2] Sirip ekor bercabang kuat (forked, bercagak).
Punggungnya berwarna biru gelap metalik, berangsur-angsur berubah menjadi kekuningan atau keperakan di bagian perut. Sirip-sirip punggung kedua dan anal, serta finlet-finlet yang mengikutinya, berwarna kuning cerah, yang menjadi asal namanya. Bagian perut kadang-kadang dihiasi oleh sekitar 20 garis putus-putus yang hampir vertikal arahnya.[2]
Madidihang dapat mencapai berat melebihi 300 pon (136 kg), walau demikian ini masih jauh di bawah tuna sirip biru Pasifik (Thunnus orientalis) yang bisa memiliki berat lebih dari 1000 pon (454 kg), dan juga sedikit di bawah tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna sirip biru selatan (Thunnus maccoyii). Ukuran madidihang yang tercatat dalam literatur adalah hingga sepanjang 239 cm dan seberat 200 kg.
Habitat
suntingMadidihang merupakan ikan epipelagis yang menghuni lapisan atas perairan samudra di atas lapisan termoklin. Penelitian memperlihatkan bahwa meski madidihang kebanyakan mengarungi lapisan kolom air 100 m teratas, dan relatif jarang menembus lapisan termoklin, tetapi ikan ini mampu menyelam jauh ke kedalaman laut. Seekor madidihang yang diteliti di Samudra Hindia menghabiskan 85% waktunya di kedalaman kurang dari 75 m, tetapi tercatat tiga kali menyelam hingga kedalaman 578 m, 982 m dan yang paling ekstrem hingga 1.160 m.
Tuna sirip kuning ini mempunyai kebiasaan berenang cepat dan bergerombol bersama ikan yang seukuran, kadang-kadang juga bercampur dengan tuna jenis lainnya. Musim berbiaknya berlangsung selama musim panas. Ikan-ikan ini memangsa aneka jenis ikan, krustasea, dan juga cephalopoda.[2] Di laut Halmahera dan Sulawesi, madidihang terutama memangsa ikan (malalugis dan teri), udang dan kepiting; dengan ikan malalugis (ikan layang) menempati porsi terbesar.[3]
Penyebaran dan produksi
suntingMadidihang ditemukan di seluruh perairan tropis dan ugahari dunia di antara garis lintang 40° LU dan 40° LS. Ikan ini merupakan komoditas nelayan yang penting; buku FAO Yearbook of Fishery Statistics melaporkan antara 1990 hingga 1995 tangkapan madidihang di perairan Pasifik barat-tengah berkisar antara 323.537 sampai 346.942 ton per tahun.[2]
Indonesia adalah tempat bertemunya stok madidihang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik; kemungkinan tempat pertemuan kedua kelompok itu adalah di sekitar Laut Flores dan Laut Banda.[4] Potensi tuna sirip kuning yang terbesar di Indonesia memang diperkirakan berada di Laut Flores dan Selat Makassar, dengan luas area penangkapan sekitar 605 ribu km². Alat tangkap yang banyak digunakan adalah pancing huhate (pole and line), pancing ulur (hand line), pancing rawai (long line) dan pukat cincin (purse seine).
Madidihang dipasarkan dalam bentuk ikan segar, tuna beku, atau dikalengkan.[2] Ikan ini digemari dalam berbagai macam masakan, termasuk untuk dipanggang dan dijadikan sashimi. Madidihang juga merupakan tantangan yang menarik bagi penggemar olahraga memancing.
Catatan
suntingDalam perdagangan, yang disebut sebagai albacore dalam bahasa Inggris adalah jenis tuna yang lain, yakni tuna albakora (Thunnus alalunga). Ikan ini lebih kecil dari madidihang (hingga 120 cm FL), dengan pewarnaan yang mirip kecuali finletnya yang berwarna gelap. Sirip dada memanjang hingga melewati pangkal sirip punggung kedua, biasanya ujungnya mencapai finlet punggung yang kedua.
Referensi
sunting- ^ Froese, Rainer and Pauly, Daniel, eds. (2018). "Thunnus albacares" di situs FishBase. Versi February 2018.
- ^ a b c d e f Carpenter, Kent E. & Volker H. Niem. 2001. FAO Species Identification Guide: The Living Marine Resources of The Western Pacific. Vol. 6: 3753. Food and Agriculture Organization, Rome.
- ^ Balai Riset Perikanan Laut - Muara Baru. 2005. Riset kelimpahan sumberdaya ikan pelagis besar di laut Halmahera dan laut Sulawesi. (abstrak)[pranala nonaktif permanen].
- ^ Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta. Hal. 293
Pranala luar
sunting- Punt, A. (1996). Thunnus albacares. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 13 April 2008. Listed as Least Concern (v2.3).
- "Thunnus albacares". FishBase. Ed. Ranier Froese and Daniel Pauly. April 2008 version. N.p.: FishBase, 2008.
- The Journal of San Diego History Summer 1991, Volume 37, Number 3: 'Pole Fishing for Tuna, 1937-1941: An Interview with Edward S. Soltesz' Diarsipkan 2011-06-05 di Wayback Machine.