Titanomakhia (wiracarita)

puisi wiracarita Yunani Kuno

Titanomakhia (bahasa Yunani Kuno: Τιτανομαχία, translit. Titanomakhía) adalah sebuah puisi wiracarita yang telah hilang, yang merupakan bagian dari mitologi Yunani. Puisi ini berkaitan dengan perjuangan yang dilakukan Zeus dan saudara-saudaranya, para dua belas dewa Olimpus, dalam menggulingkan ayah mereka bernama Kronos dan generasi ilahinya, para Titan.

Kemungkinan penggambaran Titanomakhia: Zeus berjanggut digambarkan meluncurkan petir ke Titan yang sedang berlutut? (atau Gigantes?) di pedimen Gorgon dari Kuil Artemis di Kerkyra seperti yang dipamerkan di Museum Arkeologi Kekyra.

Puisi ini secara tradisional dianggap berasal dari Eumelus dari Korinthos (abad ke-8 SM),seorang penyair semi-legendaris dari keluarga penguasa Bakkhiadai di Korinthos kuno,[1] yang dihargai sebagai penyusun tradisional Prosodion, lagu pawai kemerdekaan Messene yang dilakukan di Delos.

Bahkan pada Zaman Klasik, banyak penulis mengutip Titanomakhia tanpa nama penulis. Martin Litchfield West dalam menelaah sebuah bukti menyimpulkan bahwa nama Eumelos melekat pada puisi itu sebagai satu-satunya nama yang tersedia.[1] Dari bukti-bukti yang sangat tidak lengkap, kemungkinan kisah "Eumelos" tentang Titanomakhia berbeda dari kisah Theogonia oleh Hesiodos yang bertahan pada hal-hal penting. Dugaan abad ke-8 SM sebagai waktu puisi ini ditulis sangat tidak mungkin; West menganggap akhir abad ketujuh sebagai waktu penulisan yang terawal.[1]

Titanomakhia dibagi menjadi setidaknya dua kitab. Pertempuran Para Dua Belas Olimpus dan Titan|Titan didahului oleh semacam theogonia, atau silsilah dewa-dewa primal, di mana, menurut penulis Romawi Timur bernama Yohanes Laurentios,[2] penulis Titanomakhia menempatkan kelahiran Zeus, bukan di Kreta, melainkan di Lidia, tepatnya di Gunung Sipylos.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c M.L. West, "'Eumelos': A Corinthian Epic Cycle?" The Journal of Hellenic Studies 122 (2002), pp. 109–133. The present article follows West's analysis.
  2. ^ De mensibus 4.71.

Pranala luar

sunting