Tiga ikan satu kepala


Tiga ikan satu kepala (Jawa: ꦲꦶꦮꦏ꧀ꦠꦼꦭꦸꦱꦶꦫꦃꦱꦤꦸꦁꦒꦭ꧀, translit. Iwak telu sirah sanunggal) atau trimina adalah ragam hias berupa gambaran tiga ikan yang saling beririsan di bagian kepala sehingga tampak memiliki satu kepala yang tunggal. Ragam hias ini dapat dijumpai di banyak tempat di dunia, seperti Mesir, Perancis hingga Jepang. Di Indonesia, penerapan ragam hias ini banyak ditemui di naskah-naskah pesisir Jawa dan berkaitan erat dengan Tarekat Syattariyah.[1][2]

Ragam hias tiga ikan satu kepala dari naskah yang disimpan British Library

Sebagian sumber menganggap simbol tiga ikan satu kepala ini merupakan variasi dari trikueta[3] dan melambangkan tritunggal suci.[4]

Penggunaan sunting

Lambang tiga ikan satu kepala merupakan simbol yang cukup banyak ditemukan di pelbagai belahan dunia. Ragam hias kuno ini disebutkan terlihat di dinding kuil di Bodh Gaya, India yang diyakini tempat Buddha menerima pencerahan. Motif ini juga tampak pada peti mati berlapis emas dari Dinasti Huan di Tiongkok. Selain itu, simbol ini disebutkan juga muncul di tembikar Mesir kuno.[5]

Indonesia sunting

Contoh paling awal yang dapat ditelusuri dari penggunaan lambang tiga ikan satu kepala di pulau Jawa adalah dua naskah koleksi Kolonel Colin Mackenzie yang bekerja pada masa penjajahan Inggris di Jawa pada 1811 hingga 1813. Kedua naskah tersebut berisikan silsilah Syattariyah, salh satunya bertahun 1790, berasal dari daerah Mataraman di Batavia, saat ini Jakarta.[1]

Di Indonesia, ragam hias tiga ikan satu kepala selain dapat ditemukan dalam naskah-naskah kuno, juga dapat ditemukan penggunaannya dalam batik. Salah satu batik yang memiliki ragam hias ini dalam rancangannya ialah batik Ceplok Kasatriyan. Ragam hias tiga ikan berkepala tunggal distilir dan ditempatkan di dalam bidang berbentuk seperti bunga. Kemunculan simbol ini menandakan pengaruh tasawuf Islam dalam pembuatan batik.[6]

Tiongkok sunting

Di Tiongkok, ragam hias ini dikenali dengan sebutan sebagai tiga ikan berebut bulan (San yu zheng yue) dan ditemukan dalam bentuk cetakan dan keramik.[7]

Mesir sunting

Contoh penggunaan ragam hias ini di Mesir terdapat pada sebuah mangkuk.[3][8] Selain itu juga ditemukan di sebuah gereja Koptik di Mesir.[9]

India sunting

Motif tiga ikan satu kepala tampak pada ukiran jejak kaki Buddha di Bodh Gaya, India.[10]

Galeri sunting

Lihat juga sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b "Three fish with one head: (1) Sufi sources from Southeast Asia - Asian and African studies blog". blogs.bl.uk. Diakses tanggal 2019-12-05. 
  2. ^ "Iwak Telu Sirah Sanunggal: Simbol Tarekat Cirebon". www.nu.or.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-12-05. 
  3. ^ a b "Triquetra (Triqueta, Trinity Knot)". symboldictionary.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-31. Diakses tanggal 2019-12-11. 
  4. ^ Olderr, Steven (2017-02-10). Symbolism: A Comprehensive Dictionary, 2d ed (dalam bahasa Inggris). McFarland. ISBN 978-0-7864-9067-7. 
  5. ^ "Batik Indonesia : Motif Ornamen Tiga Ikan Kepala Tunggal". Informasi Batik Indonesia. 2018-07-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-24. Diakses tanggal 2019-12-11. 
  6. ^ "Batik Indonesia : Batik Ceplok Kasatriyan, Hias Geometris". Informasi Batik Indonesia. 2018-08-01. Diakses tanggal 2019-12-11. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ "Three Fish Competing for the Moon". ChinesePuzzles.org (dalam bahasa Inggris). 2016-01-26. Diakses tanggal 2019-12-11. 
  8. ^ Spurr, Stephen; Reeves, Nicholas; Quirke, Stephen (1999). Egyptian Art at Eton College: Selections from the Myers Museum (dalam bahasa Inggris). Metropolitan Museum of Art. ISBN 978-0-87099-921-5. 
  9. ^ Heuken, Adolf (2006). Ensiklopedi gereja: Tr-Z. Yayasan Cipta Loka Caraka. 
  10. ^ "Buddha's Footprint". The Allen Ginsberg Project (dalam bahasa Inggris). 2010-04-01. Diakses tanggal 2019-12-11.