Teologi Minjung adalah teologi yang lahir di Korea Selatan pada periode 1970-an.[1] Teologi ini adalah hasil dari upaya sejumlah teolog Korea untuk merumuskan teologi yang mencerminkan keadaan rakyat jelata di Korea.[2] Ahn Byeong-mu, adalah teolog pertama yang mempopulerkan Teologi Minjung.[3] Teologi ini lahir atas prakarsa Komisi Teologi Dewan Gereja-gereja Nasional di Seoul pada 22-24 Oktober 1979.[2] Tema pokok yang diangkat dalam Komisi Teologi Dewan Gereja-gereja Nasional di Korea pada saat itu adalah "Umat Allah dan misi Gereja" (The People of God and the Mission of the Church).[2]

Teologi Minjung
Hangul
민중신학
Hanja
民衆神學
Alih AksaraMinjungsinhak
McCune–ReischauerMinchungshinhak

Arti kata sunting

Kata Minjung terdiri dari kombinasi aksara Cina Min dan Jung.[1] Min diterjemahkan sebagai orang-orang atau rakyat.[1] Jung berarti massa atau banyak, sehingga Minjung berarti "rakyat banyak".[1] Jika kata Minjung diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris, maka menjadi People (orang banyak), tetapi terjemahan ini tidak menjelaskan maksud asli dari orang-orang Korea.[4] Dalam teologi baru ini, Minjung merujuk kepada orang-orang yang ditekan secara politik, mengalami diskriminasi, dan miskin.[4] Minjung juga merujuk pada orang-orang yang tidak memilki kekuatan, yaitu lemah dalam kelas mereka, budaya, ras dan agama.[4]

Pokok sunting

Teologi Minjung merupakan perwujudan perjuangan rakyat Korea sebagai penentu nasibnya sendiri.[5] Khususnya, mereka yang mengalami penderitaan dan penindasan berupaya meraih keadilan sosial.[5]

Kata Minjung mulai dipakai ketika para teolog, pekerja muda, mahasiswa, imam dan pastor, mengadakan pertemuan dan saling berbagi cerita satu sama lain.[6] Mereka membentuk himpunan dan penyampaian pendapat, mulai dari pekerja remaja perempuan yang menderita di pabrik, petani, mahasiswa yang diseret dalam pengadilan militer, para profesor dan wartawan yang diculik.[6] Teologi minjung berangkat dari sejarah dan kebudayaan rakyat Korea sehingga dapat diterjemahkan pula sebagai teologi rakyat Korea.[6] Orang Korea sebelumnya mengenal istilah han, sebuah perasaan sakit yang dialami karena penderitaan.[2] Dengan hadirnya Teologi Minjung, rakyat Korea menggantungkan harapan mereka lebih dalam terhadap agama Kristen untuk memperjuangkan keadilan, persekutuan dan kedamaian.[2]

Dalam teologi ini juga ditekankan kesetaraan dan kehidupan yang sederajat.[7] Hal ini dicerminkan dari kutipan Injil Markus 2:1-22 "Ia menjauhkan diri-Nya, melainkan Ia makan dan minum bersama dengan orang berdosa dan para pemungut cukai (minjung)."[7] Tindakan Yesus yang berhubungan dan hidup bersama dengan orang yang tertindas dan miskin inilah yang dinilai sebagai inti Minjung.[2]

Ayat-ayat sebagai dasar Teologi Minjung sunting

  • Markus 9:35 dan 10:44.[8] “jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah dia menjadi yang terakhir dari semuanya, dan pelayan dari semuanya.[8] “ Ini menunjukan kerendahan, Yesus Kristus mau merendah di antara semuanya.[8] Yesus menjadi orang yang merendahkan diri-Nya dalam kehidupa-Nya.[8]
  • Filipi 2:5-8: Di sini dikatakan bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia mau merendah diri-Nya dan taat sampai mati.[8] Yesus merendahkan diri-Nya pada posisi paling rendah, sama seperti Minjung.[8]
  • Yesaya 11:1-9: gereja yang benar adalah gereja yang bersekutu/berkumpul.[8] Umat berkumpul menantikan kedamaian yang akan datang.[8] Orang yang berkumpul tersebut bukanlah sekumpulan orang-orang kaya saja, melainkan masyarakat yang percaya.[8] Sama seperti Minjung juga adalah masyarakat yang bersama-sama berkumpul.[8]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d Scott W. Sunquist, A Dictionary of Asian Christianity, (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 2001). Hal 552.
  2. ^ a b c d e f Christiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja; Sejarah, Dokumen-dokumen dan Tema-tema Gerakan Oikumenis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). Hal 176.
  3. ^ (Inggris)Byung Mu Ahn (안병무, 1921-1997) Diarsipkan 2012-06-27 di Wayback Machine., cskstudy.org. Akses:21-10-2011.
  4. ^ a b c Kim Yong Bock, Minjung Theology; people as the subjects of history, (Singapore: The Commission on Theological Concerns, 1981). Hal 17. ISBN 9971-948-05-2
  5. ^ a b Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia; tema-tema yang tampil ke permukaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006). Hal 356-357.
  6. ^ a b c Samuel Amirtham. John S. Pobee, Teologi Oleh Rakyat; refleksi tentang berteologi dalam jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993). Hal 36.
  7. ^ a b R.S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994). Hal 262.
  8. ^ a b c d e f g h i j KIM Yong-Bock, Messiah and Minjung, (Hongkong: Urban Rural Mission, 1981). Hal 166-180.

Pranala luar sunting