Tanjung Balik, X Koto Diatas, Solok

nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat


Tanjung Balik adalah sebuah nagari setingkat pemerintahan desa dibawah Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Pada tahun 1950 - 1960, nagari Tanjung Balik terkenal sebagai pusat pemerintahan atas 10 nagari, pusat ekonomi, pusat agama dan pusat kebudayaan. Tanjung Balik mempunyai organisasi perantauan bernama KWARTAB (Kerukunan Warga Tanjung Balik) yang berdiri sejak tahun 1980.

Tanjung Balik
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenSolok
KecamatanX Koto Diatas
Kode Kemendagri13.02.12.2002
Luas-
Jumlah penduduk5000
Kepadatan-

Sejarah sunting

Semasa dahulu datanglah suatu rombongan kecil yang jumlahnya tidak seberapaorang, menurt Warih nan Bajawek Kato nan Batarimo rombongan tersebut berjumlah16 ( Enam belas ) rang Laki - laki dan perempuan yang turun dari Padang Simawang.selanjutnya perjalanan rombongan tersebut berjalan maka sampailah mereka di ''Kampung Timbarau '', dan ditengah perjalanan dari Padang Simawang banyak yang mereka temui beberapa keanehan alam, seperti jalan yang berbelit belit dan air yang sangat sulit alirannya dan lain lain keajaiban alam.

Rombongan pertama yang datang tersebut terdiri dai empat Niniak, yang menurt sejarah datang pada abad ke empat masehi sekitar tahun 431 masehi, selanjutnya baru mereka membuat ''tajak jo tambilang'', barulah Nagari dicacak kampuang dihuni, Nagari mulai dicacak di tanjung sebelah mudiak tepatnya PAYOBODA sekarang dan pada masa itu PAYAU BANA, sedangkan Sumua digali d lereng Tanjung sebelah hilia yaitu KOLAM DUO sekarang, medan ( Kampuang ) mulai di huni yatu KAMPUNG TIMBARAU disanalah tempat bermusyawarah dan memecahkan semua persoalan dan masalah, ditempat bermusyaarah itu dparit / dipaga dengan batu batu alam yang sampai akhirnya batu tersebut berjumlah 25 ( du puluh lima ) buah dan 24 ( dua puluh empat ) untuk sandaran penghulu, 1 ( satu ) untuk sandaran Rajo.

Kemudian setelah masyarakat terus berkembang dari kampung mereka buat taratak dan taratak yang pertama mereka buat adalah Taratak Batu Galeh, setelah ada Kampung dan Taratak maka disusun menjadi Koto, kemudian koto tersebut barulah menjadi sebuah Nagar, dan karena penduduk sudah agak berkembang maka mereka mendirikan suatu Pemerntahan yaitu kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang raja, menurut sejarah yang diterima Raja yang pertama di Tanjung Balik bernama RASI RAJO MALANO keturunan Rajo nan batgo yaitu RAJO MALEWAR, RAJO HITAM, RAJO MAULANA, sekitar Abad ke 8 ( delapan ).

Tapi secara Pemerintahan di Minangkabau belum lagi diakui berdirinya sebuah Nagari ( Belum terdaftar ) cuma Tanjung Balik itu hanya sebuah sebutan daerah saja, tetapi keberadaan Nagari Tanjung Balik sudah diakui oleh Kerajaan Minangkabau, dan pada abad ke 12 sebagai rangkaian dari pembagian kekuasaan Datuak nan Batig yaitu: DT.KETUMANGGUNGAN, DATUAK PARPATIAH NAN SABATANG DAN DATUAK SRI MARAJO NAN BANEGO - NEGO, Tanjung Balik masuk LONGGAM NAN TUJUH, maka ''Tanjung Balik jo Sulik Aia Cimoti Koto Piliang'' resmilah nama Nagari Tanjung Balik diakui oleh Kerajaan Minangkabau, dan pada abad itu pulalah datang suatu ombongan lagi ke Tanjung Balik yang terdiri dari dua niniak, sehingga jumlahnya menjadi enam niniak, itu pulalah sebabnya di Nagari Tanjung Balik terdri dari enam Suku yaitu : Suku Bendang, Suku Simabua, Suku Payoboda, Suku Pitopang ( Pitopang Piliang ) Suku Limo Sngkek dan Suku Limo Panjang, niniak tersebut mempunyai jabatan dalam Nagari, niniak yang ber-empat turun pertama adalah:

1. Manjadi tapatan Rajo

2. Mnjadi Suluah dalam Nagari

3. Menjadi Cadiak Pandai dalam Nagari

4. Menjadi Parik Paga dalam Nagari dan Niniak yang dua pada tahap kedua adalah

5. Menjadi urang tuo dalam Nagari

Setelah enam suku yangada maka disepakati tidak akan menambah suku lagi sekiranya masih ada yang datang disusui ( digabung ) saja pada suku yang telah ada, maka dibuatlah tempat tinggal ( Rumah ) maka Rumah adat tersebut ( Rumah Gadang ) yang pertama dibangun oleh niniak urang Tanjung Balik yang enam keluarga ini disebut Rumah Gadang saja.

ASAL USUL NAGARI TANJUNG BALIK:

Pada suatu hari niniak moyang tersebut mengadakan peninjauan daerah sambil berjalan - jalan mengitari daerah yang baru saja mereka tempati, setelah sekian lama berjalan akhirnya mereka berhenti disebuah tanah yang lapang untuk mlepas lelah, karena hari hampir sore dan akan turun hujan mereka kembali ketempat semula yaitu Kampuang Timbarau.

setelah Maghrib hujan turun dengan sangat lebatnya menurut sejarah ( Warih Nan Bajawek Pusako nan Batarimo ) Malam itu adalah Petang Kamis Malam Jum'at mereka bau sadar bahwa Momongan ( Canang Besar ) yang mereka bawa tertinggal di tanah lapang tersebut.

Esoknya mereka kembali menelusuri jejak mereka kemaren dan mereka melihat air sungai ( Batang Katialo sekarang ) yang begitu besar dan sangat deras, dengan kebolehan niniak moyang tersebut sebagai mana kata pepatah '' Lauik sati rantau batuah rang dunia banyak nan kiramaek '' mereka berhasil menyeberangi sungai tersebut dan setelah sampai ketempat yang mereka maksud mereka melihat sesuatu yang aneh dipandang mata yaitu seonggok tanah dikeliling air ( dibalik - balik ) oleh air beberapa kali baru kemudian air tersebut mengalir ke arah hilia dan onggokan tanah tersebut berbentuk Momongan mereka yang tertinggal, sedangkan kemaren waktu mereka berhenti disana tidak ada sama sekali onggokan tanah tersebut.

Setelah diamati Momongan yang tertinggal itulah yang menjadi onggokan tanah yang merupakan Tanjung sebelah Mudiak dan Tanjung sebelah hilia, maka sepakatlah niniak moyang yang ber-empat itu memberi nama daerah itu dengan nama TANJUNG BALIK dan juga onggokan tanah tersebut dijaga kelestariannya sampai sekarang dan menjadi Pusat Nagari.

Batas Batas Nagari

Tahap berikutnya niniak yang berenam tadi merencanakan batas wilayah karena melihat perkembangan penduduk yang sudah semakin banyak dan sudah sewajarnya dibuat batas batas kekuasaan rombongan yang enam belas ( 16 ) orang itu di bagi menjadi empat kelompok yaitu, ke mata hari hidup, kemata hari mati, kearah hulu sungai dan kearah hilir sungai, hasil dari perjaanan mereka yang pertama ke bagian mata hari mati ( kaateh ) mereka menemui suatu tanda yang tembus dari goa yang mereka lihat antara duabuah bukit dan mereka menamakan PINTU ANGIN. selanjutnya rombongan kedua kearah mata hari hidup ( kabaruah ) mereka menemukan sebuah Gantiang sesaat mereka melepas lelah dan mereka menancapkan sebatang aur ( aua ) dan terus melanjutkan perjalanan tetapi tidak ada yang bisa dijadikan batas, maka rombongan tersebut membakar rimba alang - alang ( manyia lalang ) sekaligus menyumpahi lereng bukit tersebut dengan sumpahnya: MULAI DARI SAAT INI KAMI SUMPAHI ENGKAU BUKIT APA SAJA YANG TUMBUH DITEMPAT BEKAS PEMBAKARAN ( SIARAN ) KAMI INIAKAN MENJADI MERAH SEPERTI ALANG - ALANG TERBAKAR ( lALANG TABAKA ) dan disebut sampai sekarang ialah Rimbo Sialalang. sedangkan rombongan yang ketiga kearah hulu sungai ( midiak ) sampai kepada sebuah puncak yang ada penyaringan air nya dan disana mereka melihat SIRANGKAK PUTIAH maka dinamai dengan PUNCAK PANYARINGAN SATI dan dikala mereka berhenti sambil memperhatikan air yang jernih dan sejuk maka jatuhlah salah satu kapuran niniak tersebut yang mana kapuran itu ialah alat pemakan sirih

yang tidak bisa mereka ambil lagi. sedangkan untuk rombongan ke-empat ( Hilia ) sungai dengan takdir Allah Swt. disuatu lubuak di dalam sungai menemukan kapuran setelah mereka amati ternyata kapuran itu adalah milik niniak yang berjalan kearah Hulu Sungai ( Kamudiak ) karena kapuran tersebut tidak bisa diambil karena diputar - putar oleh air puputan maka seelah bermusyawarah niniak tersebut menamakan daerah itu dengan LUBUAK PURAN dan sekaligus batas daerah ke hilirnya. maka itulah batas Nagari Tanjung Balik:

Kahilia: Kalubuak Puran

Kamudiak: Panjaringan Sati

Kaateh: Kapintu Angin

Kabaruah: Rimbo Sialalang

kemudian pada tahun 1580 Kerajaan Minangkabau yang dipeintah oleh RAJO SULTAN ALIF diwaktu itulah berdirinya Nagari - nagari di Minangkabau menjadi Kerajaan - kerajaan kecilyang dpimpn oleh Raja kecil yang Berdaulat kepada Rajo Pagaruyung, dan pada abad ke 15 ini pulalah terjadinya perang antara Kerajaan Tanjung Balik yang dipimpin oleh Datuak Sutan dilangik dengan Kerajaan Kacang Rosam ( kerajaan kacang rosam ini di pimpin oleh Rajo Sutan Manangkerang.

Status Nagari Tanjung Balik dimasa Pemerintahan Hindia Belanda sebelum Peraturan Blasting diberlakukan, Kepala Pemerintahan di Nagari ialah Kelarasan ( Lareh ), adapun Lareh tersebut ialah:

1. Nama BARARAK gelar Datuak Sutan Dilangik Suku Simabua, diangkat berdasarkan Kputusan Gouverneur Van Sumateras Westkus, Fortdekock den 13 September 1865 Nomor 623 Berkedudukan di Tanjung Balik yang mempunyai Resort Lima Koto Dimudiak.

2. RODI gelar Datuak Rajo Bandaro Suku Payoboda.

3. CUMOTI gelar Datuak Rajo Malano Suku Bendang.

4. MARAH PADANG gelar Datuak Rajo Malano Suku Bendang

5.RODI gelar Datuak Paduko Kayo Suku Bendang

adapun yang dimaksud dengan Lima Koto Dimudiak ialah:

a. Cambai Bancah Dalam.

b. Karimbang Batu Alang.

c. Piatok Batu Tungga.

d. Kolok Labuah Kumbuang

e. Tanjung Balik

f. Sulik Aia termasuk kedalam Enam Koto Dimudiak

sedangkan empat koto dihilia ialah:

a. Panyalangan

b. Bukik Kanduang.

c. Pasilihan

d. Taratak Bungkuak

Suku/klan sunting

Tanjung balik terdiri dari enam suku/klan yaitu: (Dalimo) Limo Panjang, (Dalimo) Limo Singkek, Simabua, Bendang, Piliang dan Payoboda.

Batas Wilayah sunting

  • Timur: berbatas dengan Sawah laweh, kehilirnya data perumahan, Lurah Batu HIlir, Lurah Spipinang (Nagari Kolok)
  • Barat: berbatas dengan Batu Hidung, Guguk Sibintangan, Liang Ribut, Puncak Batu Galeh (Nagari Tanjung Alai)
  • Utara: (Gunung Merapi) berbatas dengan batu babalah, Gunung Merah, Parik Batu Batagak, Malayung (nagari Sulit Air)
  • Selatan: (Gunung Selasih) berbatas dengan Lurah Kampeh, Sikumuh, Kubang Cik Anjing, Sawah Doliek (Nagari Paninjauan)

Kampung dan Taratak sunting

Nagari Tanjung Balik terdiri dari 22 Kampung dan 8 Taratak

Kampung sunting

Kampung Kapalo Koto, Payoboda, Bendang, Limo Singkek, Balai Lamo, Bukik Balai, Guguk, Sadurian, Ikua Koto (Sembilan Rumah), Piliang, Kolam Duo, Tampilin, Rumah Data, Rumah Baanjung, Kolam Godang, Rambai, Pitopang, Tingkahan, Koto Kaciek, Tapi Air, Parak Sopan batulirik, kandang kudo, uba, dang loweh, guak macang, kubang tigo, rumah baru, talago, parambahan, cambai,gupin, ganting sopan, tulipay, surau tampa

Taratak sunting

Taratak Batu Galeh, Pintu Air, Kubang Kayu, Batu Laweh, Kubang Tigo,guak macang, Batu Balirik, Sawah Banyak, Katialo

Pranala luar sunting