Suranenggala, Cirebon

kecamatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

Suranenggala adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Suranenggala terdiri dari 9 desa.[butuh rujukan]

Suranenggala
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
Pemerintahan
 • CamatMasroekhin, S.STP., M.H.
Populasi
 • Total47,197 jiwa
Kode Kemendagri32.09.39 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3209181 Edit nilai pada Wikidata
Luas22,03 km²
Kepadatan2.054 jiwa/km²
Desa/kelurahan-
Peta
PetaKoordinat: 6°37′46.94858″S 108°31′33.86111″E / 6.6297079389°S 108.5260725306°E / -6.6297079389; 108.5260725306
Gerbang Kecamatan Suranenggala
ASN Kecamatan Suranenggala

Sejarah Suranenggala

sunting

Sejarah Suranenggala atau dikenal dengan Bedulan berawal pada tahun 1556 yang saat itu tanah Bedulan masih merupakan hutan rimba yang tak berpenghuni dan dibawah kekuasaan kerajaan cirebon yang saat itu kerajaan cirebon diperintah oleh Sunan Gunung Jati atau yang bergelar Syeh Syarif Hidayatullah dan pada saat itu kerajaan Cirebon merupakan kerajaan islam pertama di Jawa Barat sehingga Cirebon membina hubungan diplomatik dengan Demak yang saat itu merupakan kerajaan Islam terbesar di tanah Jawa.[butuh rujukan]

Adanya keterkaitan Sejarah antara babad bedulan dengan astana Gunung Jati, Sehubungan dengan di rebutnya wilayah Jakarta atau saat itu yang bernama Sundakelapa oleh Portugis pada tahun 1561 Masehi. Kerajaan Demak yang saat itu diperintah oleh Raden Patah sangat khawatir dengan Portugis sehingga kerajaan Demak memerintahkan seorang panglimanya yang bernama Fatahillah dengan sekitar 30,000 tentaranya untuk mengusir Portugis dari Sundakelapa yang saat itu diubah namanya oleh Portugis Menjadi Repoblik Batav atau yang lebih dikenal dengan nama Batavia.[butuh rujukan]

Sehubungan hal tersebut, maka kesempatan tidak dilewatkan oleh pihak Cirebon untuk membantu pihak Demak yang ingin menyerang Sundakelapa, karena pihak Cirebon pun merasa terancam dengan adanya Portugis di Sundakelapa saat itu, sehingga pada tahun 1562 pihak kerajaan Cirebon mengutus seorang panglima wanita yang bernama Nyi,Mas Baduran untuk menyiapkan sebuah tempat yang akan di gunakan sebagai persinggahan sementara pasukan demak yang akan menyerang Batavia,[butuh rujukan]

Dengan diutusnya Nyi,Mas Baduran untuk menyiapkan tempat persinggahan tersebut dan dengan seizin dari Mbah Kuwu Cirebon atau pangeran Walang Sungsang bahwa Nyi,Mas Baduran di persilahkan menebang hutan yang tak bertuan yang terletak di sebelah utara pelabuhan Muara Jati atau yang sekarang Wilayah Celangcang. Sebelum berangkat Nyi,Mas Baduran di bekali jimat oleh Mbah Kuwu Cirebon Berupa Selendang, yang bernama Selendang Cinde (berwarna kuning keemasan), yang menurut Mbah Kuwu selendang itu akan sangat berguna bagiNyi,Mas Baduran dalam melaksanakan tugasnya untuk membuka lahan hutan tersebut. Sesampainya di wilayah hutan sebelah utara pelabuhan Muara jati Nyi,Mas Baduran menebang pohon dan mengumpulkan rerumputan kering yang kemudian sampai kelelahan dan berpikirlah Nyi,Mas Baduran seandainya ia seorang diri menebang pepohaonan rasanya tidak akan sanggup untuk menampung sejumlah pasukan demak yang sangat banyak sehingga ia berinisiatif untuk membakarnya dan setelah rerumputan ilalang yang terbakar membumbung asapnya ke angkasa kemudian Nyi,Mas Baduran menyabetkan selendangnya ke bara api tersebut agar api tersebut cepat merambat sambil menyabatkan selendang ia mengucap " sampai dimana bara api ini terjatuh maka tempat tersebut adalah tanah Baduran ".[butuh rujukan]

Setelah bara padam Nyi,Mas Baduran kemudian berkeliling untuk memastikan batas-batas wilayahnya dan akhirnya bara tersebut jatuh sampai wilayah Desa Bojong dan batas desa Bakung sehiingga Kigede Bakung merasa tersinggung terhadap Nyi,Mas Baduran, yang menurutnya telah merampas tanahnya, sehingga terjadi pertikaian atau perkelahian antara Kigede Bakung dengan Nyi,Mas Baduran di wilayah tapal batas Bakung dengan tanah Baduran. Konon katanya perkelaian itu sampai berlangsung berminggu-minggu sampai keduanya kehabisan tenaga dan kesaktian sehingga sampai pada saat Kigede Bakung merasa kalah dan mundur tetapi kemudian ada tanaman labu hitam yang tersangkut di kaki Nyi,Mas Baduran, sehingga terjatuh. Melihat hal seperti itu Kigede Bakung menghunuskan kerisnya sehingga Nyi,Mas Baduran terluka, tetapi Nyi,Mas Baduran tidak hanya diam ia sempat juga menusukan kerisnya ke tubuh Kigede Bakung sehingga Ki Gede Bakung tewas di tempat itu tetapi luka taklama setelah Kigede Bakung meninggal, Nyi,Mas Baduran pun menyusul tidak kuat. Tetapi sebelum Nyi,Mas Baduran meninggal ia sempat berpesan kepada anak cucu agar kelak jangan menanam pohon labu hitam tersebut di tanah Baduran sehingga sampai sekarang masyarakat bedulan tidak ada yang berani menanamnya.[butuh rujukan]

Mendengar kabar Nyi,Mas Baduran telah meninggal pihak keraton Cirebon sangat menyayangkan hal tersebut sehingga di utuslah putri dari Nyi,Mas Baduran sendiri yang bernama Nyiu,Mas Pulung Ayu dengan didampingi Pangeran Jaya Lelana untuk menguburkanya secara layak dan meneruskan tugasnya untuk mempersiapakan sebuah padukuan sebagai persinggahan pasukan Demak yang akan tiba dan kemudian dirampungkanlah tugas Nyi,Mas Baduran oleh Pangeran Jaya Lelana bersama dengan Nyi,Mas Pulung Ayu dan setelah itu Nyi Mas Pulung Ayu memutuskan untuk tinggal di daerah Baduran untuk meneruskan dan merawat kuburan ibunya.[butuh rujukan]

Setelah itu pada tahun 1563 datanglah tentara Demak yang di pimpin oleh Fatahillah dan di seranglah Batavia dan Portugispun dapat dikalahkan dan kemudian Repoblik Batav di ganti namanya menjadi Jaya Karta yang artinya Kota kemenangan dan Jaya Karta sekarang dikenal dengan nama Jakarta setelah di taklukanya Batavia pada tahun 1563 maka banyak dari tentara Demak yang memilih untuk tinggal di padukuan Baduran sehingga padukuan Baduran yang sebelumya hanya tempat persinggahan kini menjadi sebuah pedukuan yang ramai akan penduduknya dan pada tahun 1565 Baduran resmi menjadi sebuah desa yang di kepalai oleh seorang akuwu yaitu kuwu WERTU kemudian pada tahun 1576 desa Baduran di naikan statusnya menjadi Pademangan dengan seorang Demang Pangeran Jaya Lelana yang bergelar Adipati Suranenggala.[butuh rujukan]

Kemudian pada tahun 1782 pihak kerajaan Cirebon yang saat itu sudah lemah wilayahnya sedikit demi sedikit dikuasai oleh pihak Belanda atau VOC Saat itu jendral Van Hotman sebagai ajudan dari Dendles memerintahkan agar pademangan Baduran dihilangkan dan diambil alih kekuasaanya oleh Residen Cirebon yang bermarkas di Krucuk sekarang dan tanah Baduran di bagi dua menjadi Karangreja dan tanah Baduran dan mulai saat itu nama Baduran berganti menjadi Bedulan menggunakan logat Belanda dan Bedulan menjadi desa kembali.[butuh rujukan]

Kemudian pada tahun 1952 bedulan di pecah menjadi dua bagian yaitu desa Suranenggala Kidul atau Bedulan Kidul dan Surangenggala Lor atau Bedulan Lor[butuh rujukan]

Kemudian pada tahun 1982 Bedulan Lor dipecah kembali menjadi dua desa yaitu Suranenggala Lor Dan Suranenggala[butuh rujukan]

dan Bedulan Kidul dipecah menjadi dua desa pula yaitu desa Suranenggala Kidul dan Suranenggala Kulon.[butuh rujukan]

Dan menurut Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 17 tahun 2006 Suranenggala dijadikan nama Kecamatan secara resmi[butuh rujukan]

Dan sampai sekarang Suranenggala adalah nama desa dan kecamatan.[butuh rujukan]

Sedangkan nama bedulan adalah nama dari persatuan dari desa-desa tersebut.[butuh rujukan]

Wilayah administrasi

sunting
 
Peta Wilayah Kecamatan Suranenggala

Dengan Luas Wilayah 22,03 KM2,.[butuh rujukan]

Suranenggala terdiri dari Sembilan (9) desa.[butuh rujukan]

Secara geografis wilayah Kecamatan Suranenggala batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:[butuh rujukan]

Ø Sebelah Barat, berbatasan dengan Kec. Kapetakan.

Ø Sebelah Utara, berbatasan dengan Kec. Kapetakan dan Laut Jawa.

Ø Sebelah Timur, berbatasan dengan Kec. Gunungjati

Ø Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kec. Jamblang dan kec. Panguragan .

Desa-desa yang termasuk di kecamatan ini adalah:[butuh rujukan]

  1. Muara, terdiri dari 3 Dusun, 7 RW, 25 RT.
  2. Purwawinangun terdiri dari 8 Dusun, 8 RW, 38 RT.
  3. Surakarta terdiri dari 5 Dusun, 7 RW, 24 RT.
  4. Keraton terdiri dari 2 Dusun, 5 RW, 19 RT.
  5. Suranenggala, terdiri dari 4 Dusun, 8 RW, 18 RT.
  6. Suranenggala Kidul terdiri dari 5 Dusun, 5 RW, 21 RT.
  7. Suranenggala Lor terdiri dari 4 Dusun, 7 RW, 15 RT.
  8. Suranenggala Kulon, terdiri dari 4 Dusun, 4 RW dan 17 RT
  9. Karangreja terdiri dari 4 Dusun, 4 RW, 13 RT.
D e s a Tanah Bengkok (Ha) Tanah Kas Desa (Ha)
[1] [2] [3]
Surangggala
Kulon
Surakarta 31,25 16,029
Keraton 25,75 9,703
Purwawinangun 33,25 20,651
Muara 32,724 22,45
Karangreja 19 12,5
Suranenggala 50,9 16,22
kidul
Suranenggala 29,5 5.0
Lor
Suranenggala 37,5 7
Kecamatan 259,874 104,553

Sumber: Kecamatan Suranenggala Dalam Angka 2015

Luas Wilayah Kecamatan Suranenggala[butuh rujukan]

D e s a Luas Jumlah Wilayah (km2)
SurangggalaKulon 3,2
Surakarta 2,08
Keraton 1,25
Purwawinangun 1,88
Muara 5,03
Karangreja 1,4
Suranenggalakidul 2,35
SuranenggalaLor 2,78
Suranenggala 2,06
Kecamatan 22,03

Sumber: Kecamatan Suranenggala Dalam Angka 2015

== Penduduk[butuh rujukan] ==

  • Laki-laki = 23.343
  • Perempuan = 23.854
  • Jumlah Penduduk = 47.197
  • Sex Ratio = 97,86
  • Sebaran Penduduk = 2,06 %
  • Jumlah Kepala Keluarga = 13.101
    • Jumlah Keluarga Pra KS = 4.430
    • Jumlah Keluarga KS I = 4.636
    • Jumlah Keluarga Ks II = 2.496
    • Jumlah Keluarga KS III = 1.388
    • Jumlah Keluarga KS III+ = 151

Pendidikan

sunting

Pendidikan, merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu daerah.[butuh rujukan]

Oleh karena itu ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berupa sumber daya manusia dan sarana fisik sangatlah penting.[butuh rujukan]

Salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah tersedianya guru dalam jumlah cukup dan berkualitas.[butuh rujukan]

Lembaga Pendidikan[butuh rujukan]
PAUD TK SD SMP SMA RA MI MTs MA
Jumlah Sekolah 13 5 20 3 1 6 1 1 1
Jumlah Siswa 298 139 4.708 1.913 659 351 277 477 161
Jumlah Guru 65 15 196 94 39 53 71 28 8

Kesehatan

sunting

Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan.[butuh rujukan]

Jumlah Posyandu:[butuh rujukan]

  • Pratama = 12
  • Madya = 29
  • Purnama = 6
  • Mandiri = -
Fasilitas Kesehatan Jumlah
Puskesmas 1
Dokter Umum 4
Dokter Gigi 1
Bidan 25
Perawat 30
Asisten Apoteker 2
Tenaga Kesehatan Masyarakat 3
Tenaga Sanitasi 2

Pertanian

sunting

Luas sawah = 2.445 Ha[butuh rujukan]

Jumlah Produksi = 16.554 Ton[butuh rujukan]

Produksi Avokad Mangga = 2.590 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Jambu Biji = 20.536 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Jambu Air = 30 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Pepaya = 145 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Pisang = 1.840 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Nangka = 50 kwintal[butuh rujukan]

Produksi Belimbing = 12 kwintal[butuh rujukan]

Perikanan

sunting

Luas Kolam Ikan Darat = 34,50 Ha[butuh rujukan]

Jumlah Produksi Ikan Darat = 531,30 Ton[butuh rujukan]

Luas Tambak = 127,00 Ha[butuh rujukan]

Jumlah Produksi Ikan Tambak = 272,15 Ton[butuh rujukan]

Peternakan

sunting

Jumlah Ternak Domba = 4.946 ekor[butuh rujukan]

Jumlah Ternak Ayam Buras = 29.441 ekor[butuh rujukan]

jumlah Ternak Itik = 16.000 ekor[butuh rujukan]

Toko Logam Dasar = 10[butuh rujukan]

Home Industri Makanan = 15[butuh rujukan]

Home Industri Tekstile = 5[butuh rujukan]

Home Industri Kayu = 7[butuh rujukan]

Home Industri Kimia = 10[butuh rujukan]

Home Industri Logam Dasar = 4[butuh rujukan]

Home Industri Lainnya = 15[butuh rujukan]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting