Sungai di bawah Laut Hitam

Sungai di bawah Laut Hitam adalah arus yang mengalir di dasar laut yang melewati Selat Bosphorus dari Perairan Mediterania hingga Laut Hitam. Arus sungai mengalir melalui ngarai yang curam dan berkelok yang membawa lumpur dan pasir di dalam saluran sungai tersebut. Setiap partikel jatuh bersama air dengan berat sedimen yang berbeda-beda, beratnya endapan partikel juga menyebabkan perbedaan kecepatan arus sungai.[1][2]

Karateristik sunting

Sungai bawah laut serupa dengan sungai di daratan yaitu memiliki hulu dan hilir sungai, yang mana hulu sungai dimulai dari titik awal berubahnya kadar garam pada air laut yang dipengaruhi oleh endapan partikel atau sedimen yang tumpah, dan membentuk saluran arus sungai dasar laut. Sedangkan hilir sungai bawah laut terjadi ketika endapan sedimen tidak mengalir lagi dalam saluran, karenanya pada beberapa saluran hanya mengalir beberapa waktu sesuai dengan pergerakan sedimen yang terbawa oleh air. Aliran sungai yang tidak mengalir dapat diartikan saluran tersebut tidak aktif, ketidakaktifan aliran dapat berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu atau memang tidak akan aktif kembali.[1]

Sungai yang berkelok dapat berpisah menjadi anak sungai yang memungkinkan untuk mengendap dan menjadi tidak aktif atau bergabung pada aliran sungai yang lebih besar hingga menemui hilirnya.[1]

Sungai bawah laut memiliki hal yang serupa dengan sungai di daratan seperti tepian sungai, aliran deras air, saluran, anak sungai, dan air terjun.[3]

Penelitian sunting

Pada akhir tahun 1990, Dr. Dan Parsons, pemimpin tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Bumi dan Lingkungan, Universitas Leeds menyatakan bahwa aliran turun pada arus sungai bawah laut seperti layaknya longsoran salju atau aliran vulkanik. Penelitian dilakukan dengan mengebor ke dalam sedimen saluran sungai, saluran-saluran sungai ditemukan mengalir sepanjang lebih dari 2 km dengan kedalaman hingga 4 km. Penelitian ini dibantu dengan penggunaan kapal selam pengendali jarak jauh. Penelitian dipersulit dengan keadaan aliran sungai yang hanya aktif atau mengalir beberapa kali saja.[1]

Terhambat dengan peralatan selam yang belum memadai, para peneliti mengandalkan simulasi laboratorium dengan mencampurkan air laut dan pasir bangunan atau lumpur dalam tangki besar untuk menciptakan arus. Percobaan ini mengungkapkan bahwa arusnya serupa dengan longsoran, karena sedimen mengepul dan melonjak di dasar tangki.[1]

Pada taun 2010, Peakall dan Parsons mengirim kapal selam bertenaga robot ke saluran bawah laut yang melintasi di sepanjang Laut Hitam. Arus sungai bawah laut di dasar Laut Hitam mengalir dengan kecepatan 6,4 km/jam dan setiap detiknya membawa 22.000 kubik air dalam saluran tersebut.[1][3]

Pada tahun 2013, Charlie Paull dari Monterey Bay Aquarium Research Institute dan rekan-rekannya menggunakan kapal selam bertenaga robot dengan jenis ROV untuk menjelajahi ngarai bawah air yang relatif kecil, bertempat sekitar 400 meter dari permukaaan Pantai California. Penelitian ini menggambarkan pengalaman kekuatan aliran sedimen sungai bawah laut, dengan bukti ROV seberat 5 ton terhempas dan tergulung ditengah tumpukan sedimen sungai. Penelitian dihentikan dengan memperimbangkan kekuatan arus yang belum dapat diperkirakan dampaknya.[1]

Pada tahun 2014, oleh Esther Summer dari Universitas Southampton menunjukkan bahwa aliran sedimen setebal 90 meter menuruni ngarai dengan kecepatan sekitar 6,1 km/jam tergolong kedalam aliran sungai bawah laut yang relatif kecil.[1]

Ahli kelautan dari Monterey Bay Aquarium Research Institute melakukan pengembangan teknologi baru untuk mempelajari kecepatan arus sungai dengan mengembangkan “kamera kecepatan akustik”, yang dapat mengukur kecepatan arus di Ngarai Monterey dan lembah-lembah di sekitarnya. Pengembangan teknologi berupa “Batu Pintar” juga telah dibuat dengan bentuk seukuran bola pantai yang diikutkan bersama dengan aliran sedimen arus sungai. Batu Pintar ini mengirim kembali informasi yang didapat mengenai bagaimana alat itu dapat berguling, meluncur, dan terangkat dari dasar laut ketika sedang berada di dalam arus sungai.[1]

Pada tahun 2016, Charlie Paull dari Monterey Bay Aquarium Research Institute dan timnya, kehilangan alat pemantau dengan tripod yang terpasang dengan berat 1 ton, setelah aliran sdimen yang kuat menyapu Monterey Canyon dengan kecepatan 19,3 km/jam. Alat pemantauan ditemukan dengan jarak 6 km dari posisi semula dengan keadaaan rusak, bengkok, dan tergiling oleh aliran sedimen. Dalam kurun waktu 10 bulan, Charlie Paull dan timnya kehilangan tripod untuk kedua kalinya dengan cara yang sama yaitu alat pemantau yang terseret sejauh 7,1 km dari posisi semula.[1]

Dampak sunting

Dihadapkan dengan kekuatan penghancur yang tinggi seperti aliran sedimen sungai bawah laut ini, terdapat beberapa spesies yang dapat bertahan dan berkembang di dalamnya seperti siput, kerang, krustasea, bulu babi, teripang, dan cacing. Aliran sedimen sungai memeiliki dampak positif bagi keanekaragaman hayati. Craig Mcclain dengan Jim Barry di Monterey Bay Aquarium Research Institute telah melakukan penelitian dengan hasil yang menunjukkan bahwa dalam aliran sedimen sungai bawah laut, memiliki nutrisi dan oksigen yang dapat membantu organisme bertahan hidup.[1]

Organisme yang hidup diantara aliran sedimen juga memiliki peranan penting dalam arah mengalirnya sungai. Sebuah studi pada tahun 2015, oleh Jaco Baas dari Universitas Bangor, Inggris menyatakan bahwa mikroorganisme yang hidup di lumpur membantu mengikat sedimen bersama-sama, sehingga memungkinkan untuk bertumpuknya sedimen yang dapat mencegah terjadinya bencana akibat aliran sedimen yang tidak terkendali. Hal ini membantu menjelaskan mengapa sungai bawah laut dapat berhenti atau mengalir secara berkala.[1]

Namun, aliran sedimen sungai bawah laut dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi manusia, mengingat transaksi internet dan perbankan di dunia dilakukan melalui kabel bawah air. Seperti pada tahun 1929 aliran sedimen yang berada di dalam saluran mencapai kecepatan 93 km/jam dan membawa puing-puing lebih dari 1.100 km melintasi dasar laut. Aliran tersebut memotong 23 kabel telegraf bawah air yang berada di Newfounland dan gempa bumi lepas pantai yang melanda daerah Grand Banks.[1]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Gray, Richard. "The giant undersea rivers we know very little about". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-04-18. 
  2. ^ "Undersea river discovered flowing on sea bed - Telegraph". web.archive.org. 2010-08-02. Archived from the original on 2010-08-02. Diakses tanggal 2022-04-18. 
  3. ^ a b "Is there a River Under the Sea?". Marine Insight (dalam bahasa Inggris). 2019-09-19. Diakses tanggal 2022-04-18.