Sungai Siak
Sungai Siak adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Riau, pulau Sumatra, Indonesia, sekitar 1000 km di barat laut ibu kota Jakarta.[1]
Sungai Siak Siak River, Siak rivier | |
---|---|
![]() Sungai Siak mengalir melalui kota Siak Sri Inderapura | |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Riau |
Kabupaten/Kota | Siak, Bengkalis, Rokan Hulu, Pekanbaru |
Ciri-ciri fisik | |
Hulu sungai | |
- elevasi | 0 m (0 ft) |
Muara sungai | Selat Malaka |
Panjang | 370 km (230 mi) |
Daerah Aliran Sungai | |
Sistem sungai | DAS Siak |
Luas DAS | 11.180 km2 (4.320 sq mi) |
Pengelolaan sungai | BPDAS Indragiri Rokan; BWS Sumatra III |
Informasi lokal | |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
GeoNames | 1627345 |


Sungai Siak memiliki tiga anak sungai besar yakni Sungai Tapung Kiri, Sungai Tapung Kanan, dan Sungai Mandau. Sungai Siak memiliki panjang kurang lebih mencapai 345 km. Area Sungai yang dapat dilayari 240 km. Di Sungai Siak juga hidup jenis reptil yakni buaya dan beberapa kali ditemukan oleh warga.[2][3][4][5]
Anak sungai
suntingSungai Siak memiliki beberapa anak sungai, di antaranya:
- Sungai Mempura [6]
- Sungai Mandau
- Sungai Tapung Kiri
- Sungai Tapung Kanan
- Sungai Sail
- Sungai Lanjung
- Sungai Cimpur
Sejarah
suntingSungai Siak memiliki nama lain yakni Sungai Jantan. Pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura, Sungai Siak menjadi sarana transportasi utama karena melintasi wilayah strategis perdagangan. Sungai Siak menjadi saksi kemajuan kota Pekanbaru dan kota Siak Sri Indrapura sampai saat ini.
Pada masa Kerajaan Siak Sri Indrapura, Sungai Siak dimaanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk mengeluarkan hasil hutan dan rempah-rempah yang akan dibawa ke Selat Malaka. Keberadaan Sungai Siak digunakan sebagai alat transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi Minangkabau ke wilayah pesisir di Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan, cikal bakal Kota Pekanbaru, di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (pekan) bagi para pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.[7]
Sungai ini adalah sudah terdalam di Indonesia, sehingga dapat dilalui oleh kapal-kapal besar seperti kapal tanker dan kapal peti kemas. Pada sehiliran sungai ini terdapat banyak pabrik di antaranya pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan kayu dan juga pabrik kertas.[8] Kedalamannya dahulu mencapai 30 meter, namun akibat pendangkalan kini tinggal sekitar 18 meter. Pendangkalan ini disebabkan oleh abrasi dan endapan yang dibawa oleh hulu Sungai Siak.
Beberapa jembatan besar dibangun untuk melintasi sungai ini, di antaranya Jembatan Siak I, Jembatan Siak II, Jembatan Siak III, dan Jembatan Siak IV yang sejak tahun 2011 dan pada tahun 2019 telah di resmikan. di kota Pekanbaru dan kadang dikenal juga dengan sebutan Jembatan Leighton yang diambil dari nama perusahaan yang membangun jembatan tersebut (PT. Leighton Indonesia Construction Company).[9] Di Kabupaten Siak, ada tiga jembatan yang melintasi sungai ini yakni Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Jembatan Teluk Mesjid dan Jembatan Siak Perawang.
Geografi
suntingSungai ini mengalir di wilayah tengah pulau Sumatra yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[10] Suhu rata-rata setahun sekitar 23 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 25 °C, and terdingin Januari, sekitar 22 °C.[11] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2673 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah November, dengan rata-rata 418 mm, dan yang terendah Januari, rata-rata 106 mm.[12]
Ekologi dan lingkungan
suntingMasyarakat sekitar Sungai Siak telah lama memanfaatkan sungai ini sebagai jalur pelayaran dan sumber perikanan, baik dengan memancing maupun menjala. Sebagai sungai terdalam di Indonesia, Sungai Siak juga banyak dilintasi oleh kapal tanker, kapal kayu, perahu cepat dan kapal peti kemas.
Pencemaran
suntingKeadaan lingkungan sekitar Sungai Siak telah banyak berubah sejak perusahaan dan industri berdiri disekitar aliran Sungai Siak. Berdasarkan temuan dari tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menemukan fakta bahwa Sungai Siak sudah tercemar bahan kimia klorin dan fosfat dan mikroplastik. Pada 2022, penelitian dilakukan ESN bersama Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Ekonomi Universitas Riau dan Badan Teritori Telapak Riau pada tanggal 1 - 3 Juli 2022.[13]
Pencemaran di Sungai Siak disebabkan oleh sampah plastik, kegiatan pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri, dan peternakan. Sungai ini merupakan satu dari 15 sungai prioritas di Indonesia, yang melewati batas daya tampung beban pencemaran.[14]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ /sungai%20siak.html Sungai Siak at Geonames.org (cc-by); Last updated 2013-06-04; Database dump downloaded 2015-11-27
- ^ Indriani, Citra. (7 November 2018). "Ini Penyebab Buaya Sering Muncul di Sungai Siak". Kompas.com | Diakses pada 27 Maret 2025
- ^ Adha, Bayu Agustari. (18 November 2023). "Buaya kembali menteror Sungai Siak". Antaranews.com | Diakses pada 27 Maret 2025
- ^ Tanjung, Chaidir Anwar. (12 April 2019). "Warga Tangkap Buaya di Sungai Siak". Detik.com/ | Diakses pada 27 Maret 2025
- ^ M Syukur. (20 Oktober 2018). "Kemunculan Buaya Sepanjang 3 Meter Penunggu Sungai Siak". Liputan6.com | Diakses pada 27 Maret 2025
- ^ Riau Pos. (15 November 2023). "Waspada, Buaya Muncul di Sungai Mempura, Anak Sungai Siak". Jawapos.com | Diakses pada 27 Maret 2025
- ^ Rahmat, Yudi. (20 Desember 2023). "Sungai Siak Jalur Penting Pelayaran Rempah Menuju Eropa". Infopublik.id | Diakses pada 25 Maret 2025
- ^ Daniswari, Dini. (2 Februari 2025). "Sungai Siak: Asal-usul, Kedalaman, Panjang dan Nama Awal Sungai". Kompas.com | Diakses pada 25 Maret 2025
- ^ Nama Leighton dan Siak belum memiliki nama khas Melayu Diarsipkan 2013-08-01 di Wayback Machine. (diakses pada 25 Juli 2010)
- ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11: 1633–1644. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. Diakses tanggal 30 January 2016. Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai (link)
- ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari asli tanggal 2020-04-26. Diakses tanggal 2019-01-10.
- ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2018-11-28.
- ^ Firmansyah, M Julnis. 4 Juli 2022. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara Temukan Sungai Siak Tercemar Klorin dan Fosfat. Tempo.co | Diakses pada 7 Maret 2025
- ^ Suryadi. 30 Juni 2024. Sampah Plastik Cemari Sungai Siak. Mongabay.co.id | Diakses pada 7 Maret 2025
Pranala luar
sunting- (Indonesia) "Pembangunan Jembatan Sungai Siak Tetap Diteruskan" Diarsipkan 2007-03-13 di Wayback Machine., Liputan 6, 25 Februari 2005